Rabu, 8 Mei 2024

Breaking News

  • TMMD ke 120 Kodim 0301 PBR Resmi Dibuka, Masykur Tarmizi: Mari Kita Bangun Taraf Ekonomi Masyarakat di TMMD   ●   
  • Alih Kelola , Tarif Parkir Pasar Tradisional di Pekanbaru Bakal Turun   ●   
  • Pemko Pekanbaru Segera Salurkan Beras CPP Periode April-Mei 2024   ●   
  • LKTJ Sawit 2024: Meski Tanpa Juara Satu, Gaungnya Serasa Wow Banget   ●   
  • Investasi Pekanbaru Triwulan I Capai Rp 1,6 Triliun   ●   
Simpai Yanto Budiman
Jangan Terjebak Pencitraan di Tahun Politik Pilkada Serentak
Sabtu 20 April 2024, 08:38 WIB
Yanto Budiman

Dalam konteks politik, pencitraan memang memiliki peran yang penting dalam meraih kekuasaan. Pencitraan yang baik dapat membantu seorang calon untuk meningkatkan popularitas dan dukungan dari masyarakat. Namun, dalam hal ini, penting untuk diingat bahwa pencitraan yang efektif sebaiknya berdasarkan pada kualitas kepemimpinan yang sejati dan bukan hanya sekadar berpura-pura atau manipulatif.

Seorang calon yang ingin maju dalam Pilkada sebaiknya memiliki visi, misi, dan program yang jelas dan dapat menguntungkan masyarakat. Pencitraan yang baik seharusnya didasarkan pada kesungguhan dan integritas dalam menjalankan tugas dan amanah sebagai calon pemimpin. Bukan hanya sekadar penampilan atau kebohongan yang dibuat-buat untuk menarik perhatian publik.

Saat ini, masyarakat cenderung lebih cerdas dalam menilai calon pemimpin seperti apa yang mereka inginkan . Masyarakat tidak hanya melihat dari sisi fisik atau penampilan, namun juga melihat dari rekam jejak (track record) dan prestasi yang telah dicapai oleh calon tersebut.

Oleh karena itu, sebaiknya calon pemimpin fokus pada membangun citra yang bersumber dari kapasitas dan kompetensi mereka sebagai pemimpin yang mampu bertanggung jawab dan mengemban amanah dengan baik.

Dengan demikian, meskipun pencitraan dalam politik memang diperlukan untuk meraih kekuasaan, sebaiknya tetap diimbangi dengan kualitas kepemimpinan yang sejati dan bertanggung jawab. Karena pada akhirnya, kepercayaan dan dukungan masyarakat tidak hanya didasarkan pada citra, namun juga pada integritas dan kemampuan seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya dengan baik.

Seseorang atau beberapa orang kandidat calon kepala daerah baik mulai Gubernur hingga bupati dan walikota yang akan berkontestasi di Pilkada serentak di Riau yang ingin menciptakan image atau citra positif di mata orang lain seharusnya memiliki citra yang baik dalam diri mereka terlebih dahulu.

Sebab citra bukanlah sesuatu yang bisa diciptakan atau dibuat-buat secara instan, melainkan merupakan refleksi dari karakter, nilai-nilai, dan tindakan sehari-hari yang konsisten dengan apa yang mereka tunjukkan kepada "room public" (ruang publik).

Sebagai contoh, seseorang yang ingin terlihat sebagai sosok yang jujur dan tepercaya harus memastikan bahwa dia benar-benar memiliki integritas dan konsistensi dalam sikap dan perilakunya.
Begitu juga dengan seseorang yang ingin terlihat sebagai sosok yang berwibawa dan berpengaruh, mereka perlu memastikan bahwa mereka selalu bertindak dengan bijak dan penuh hikmat dalam setiap situasi.

Dengan kata lain, menciptakan citra yang baik bukanlah tentang sekadar berpura-pura atau "berpencitraan" belaka, melainkan lebih tentang proses membangun dan merawat kualitas diri yang sesungguhnya. Orang yang memiliki citra yang baik secara alami akan terlihat lebih autentik dan dapat dipercaya oleh orang lain, karena citra tersebut bersumber dari diri mereka yang sejati dan tulus.

Oleh sebab diharapkan untuk kita semua agar tidak terjerumus dengan politik pencitraan. Pengalaman menunjukkan bahwa pemimpin yang dihasilkan dari sebuah proses pencitraan yang tidak linear dengan ketulusan, integritas, kemampuan kepemimpinan atau kompetensi serta visi dan misinya yang realistis yang diharapkan dapat dieksekusi sesuai ekspektasi publik, seringkali menjelma menjadi pemimpin yang arogan yang berpotensi menyalahgunakan kekuasaan nya atau "abuse of power" dan memiliki kecenderungan untuk melakukan praktek praktek korupsi dengan cara memanfaatkan keuangan negara dan atau daerah yang pada akhirnya dapat merugikan masyarakat secara overall.

"Kemunafikan adalah seperti ini: dia memiliki wajah emas mengilap dan mata kristal yang indah, tetapi di dalam hatinya semuanya adalah timah, datar dan tidak berguna." - John Gower

Makna kutipan tersebut adalah bahwa seseorang yang munafik memiliki penampilan yang indah tapi hatinya kosong dan tidak berguna, seperti logam timah yang terlihat mengkilap tapi sebenarnya tidak memiliki nilai sejati.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi ingatan publik sekaligus edisi kontemplasi bagi kita semua dalam menghadapi Pilkada serentak yang tinggal hitungan bulan. Semoga!

 

 

Penulis adalah wartawan senior Wakil Pimpinan Umum berazamcom dan Ketua Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Riau.




Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 


About Us

Berazamcom, merupakan media cyber berkantor pusat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Indonesia. Didirikan oleh kaum muda intelek yang memiliki gagasan, pemikiran dan integritas untuk demokrasi, dan pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Kata berazam dikonotasikan dengan berniat, berkehendak, berkomitmen dan istiqomah dalam bersikap, berperilaku dan berperbuatan. Satu kata antara hati dengan mulut. Antara mulut dengan perilaku. Selengkapnya



Alamat Perusahaan

Alamat Redaksi

Perkantoran Grand Sudirman
Blok B-10 Pekanbaru Riau, Indonesia
  redaksi.berazam@gmail.com
  0761-3230
  www.berazam.com
Copyright © 2021 berazam.com - All Rights Reserved
Scroll to top