Kamis, 25 April 2024

Breaking News

  • Serius Maju dalam Pilgubri 2024: Edy Natar Nasution Sudah Ketemu Sekjen DPP NasDem & Ketua DPW Nasdem Riau   ●   
  • Mantap! Mantan Gubernur Riau Serius Bertarung dalam Pilgubri 2024   ●   
  • KPU Resmi Menetapkan Prabowo-Gibran Sebagai Presiden-Wakil Presiden 2024-2029   ●   
  • Serius Maju di Kontestasi Pilgubri, Edy Natar Nasution Daftar di Partai Demokrat Riau   ●   
  • Dibuka Wapres Ma'ruf Amin, PJ Gubernur Riau Hadiri Rakornas Penaggulangan Bencana 2024   ●   
Kisah Defia: Sempat Tak Direstui Jadi Atlet, Kini Raih Emas Asian Games 2018
Senin 20 Agustus 2018, 07:27 WIB
Defia Rosmaniar bersama sang ibu usai raih medali emas Asian Games 2018
Jakarta, berazamcom - Ibu Defia Rosmaniar, Kartini, bangga anaknya bisa meraih medali emas di ajang Asian Games 2018. Apalagi dia sempat tak mengizinkan Defia menjadi atlet.

Defia mencatatkan sejarah ketika meraih medali emas usai memenangi nomor poomsae individu putri di Plenary Hall Jakarta Convention Centre, Minggu (19/8/2018) dengan mengalahkan taekwondoin Iran, Marjan Salahshouri. Ini adalah emas pertama Indonesia di ajang ini.

Ini merupakan prestasi ketiga yang diraih Defia di tahun ini. Sebelumnya, atlet asal Bogor, Jawa Barat itu juga meraih juara di kejuaraan Asia Taekwondo pada bulan Mei lalu di Vietnam dan Korea Open.

Pencapaian Defia saat ini tak didapatkan dengan mudah. Kedua orangtuanya sempat tak memberikan izin karena taekwondo dianggap olahraga yang ditekuni oleh laki-laki.

"Dari awal-awal sih saya sebagai seorang ibu kurang setuju. Tapi ya karena dia gigih kerja keras, saya lama-lama mendukungnya," ujar Kartini saat dihubungi.

Defia pertama kali terjun menjadi atlet taekwondo saat masih sekolah SMP. Berkat kerja kerasnya, mahasiswa Univesitas Negeri Jakarta itu mulai menunjukkan bakatnya dan akhirnya masuk ke pelatnas.

"Setelah Indonesia Open 2012, saya mulai dukung dia," sambungnya.

Saat menjalani pemusatan latihan di Korea untuk persiapan Asian Games 2018, atlet behijab itu bahkan harus kehilangan sang ayah karena meninggal dunia. Tapi Defia mencoba tetap tegar dan tetap fokus.

"Sakitnya biasa, tidak parah saat meninggal juga kami kaget. Makanya saat di Korea, Defia sempat pulang tapi cuma tiga hari," katanya.

Kini, Defia bisa membalas kepercayaan dari orangtuanya. Kartini berharap putri ketiganya itu makin berprestasi dan membanggakan Indonesia.

"Tentu saya sangat bangga anak saya bisa meraih medali. Saya selalu berdoa agar Defia bisa berprestasi, supaya dia mendapatkan apa yang diinginkan."

"Semoga Defia jadi anak yang tegar, gigih dan bisa membanggakan orang tua dan masyarakat Indonesia," tutupnya.Sempat Tak Direstui Jadi Atlet, Kini Raih Emas Asian Games 2018Jakarta - Ibu Defia Rosmaniar, Kartini, bangga anaknya bisa meraih medali emas di ajang Asian Games 2018. Apalagi dia sempat tak mengizinkan Defia menjadi atlet.

Kisah Defia: Defia mencatatkan sejarah ketika meraih medali emas usai memenangi nomor poomsae individu putri di Plenary Hall Jakarta Convention Centre, Minggu (19/8/2018) dengan mengalahkan taekwondoin Iran, Marjan Salahshouri. Ini adalah emas pertama Indonesia di ajang ini.

Ini merupakan prestasi ketiga yang diraih Defia di tahun ini. Sebelumnya, atlet asal Bogor, Jawa Barat itu juga meraih juara di kejuaraan Asia Taekwondo pada bulan Mei lalu di Vietnam dan Korea Open.

Pencapaian Defia saat ini tak didapatkan dengan mudah. Kedua orangtuanya sempat tak memberikan izin karena taekwondo dianggap olahraga yang ditekuni oleh laki-laki.

"Dari awal-awal sih saya sebagai seorang ibu kurang setuju. Tapi ya karena dia gigih kerja keras, saya lama-lama mendukungnya," ujar Kartini saat dihubungi.

Defia pertama kali terjun menjadi atlet taekwondo saat masih sekolah SMP. Berkat kerja kerasnya, mahasiswa Univesitas Negeri Jakarta itu mulai menunjukkan bakatnya dan akhirnya masuk ke pelatnas.

"Setelah Indonesia Open 2012, saya mulai dukung dia," sambungnya.

Saat menjalani pemusatan latihan di Korea untuk persiapan Asian Games 2018, atlet behijab itu bahkan harus kehilangan sang ayah karena meninggal dunia. Tapi Defia mencoba tetap tegar dan tetap fokus.

"Sakitnya biasa, tidak parah saat meninggal juga kami kaget. Makanya saat di Korea, Defia sempat pulang tapi cuma tiga hari," katanya.

Kini, Defia bisa membalas kepercayaan dari orangtuanya. Kartini berharap putri ketiganya itu makin berprestasi dan membanggakan Indonesia.

"Tentu saya sangat bangga anak saya bisa meraih medali. Saya selalu berdoa agar Defia bisa berprestasi, supaya dia mendapatkan apa yang diinginkan."

"Semoga Defia jadi anak yang tegar, gigih dan bisa membanggakan orang tua dan masyarakat Indonesia," tutupnya.*

[]bazm-13
sumber: detik.com



Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 


About Us

Berazamcom, merupakan media cyber berkantor pusat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Indonesia. Didirikan oleh kaum muda intelek yang memiliki gagasan, pemikiran dan integritas untuk demokrasi, dan pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Kata berazam dikonotasikan dengan berniat, berkehendak, berkomitmen dan istiqomah dalam bersikap, berperilaku dan berperbuatan. Satu kata antara hati dengan mulut. Antara mulut dengan perilaku. Selengkapnya



Alamat Perusahaan

Alamat Redaksi

Perkantoran Grand Sudirman
Blok B-10 Pekanbaru Riau, Indonesia
  redaksi.berazam@gmail.com
  0761-3230
  www.berazam.com
Copyright © 2021 berazam.com - All Rights Reserved
Scroll to top