Terlibat Kasus PLTU Riau-1, PT Samantaka Ternyata Pemasok Batu Bara PLTU Tenayan yang Kini Jadi Sorotan
Minggu 21 April 2019, 11:28 WIB
Sumber lain menyebut, PLN sebenarnya tidak mengizinkan pengangkutan batubara lewat jalan darat. Tapi PT Samantaka selalu berdalih tidak dapat kapal. Sementara PLN butuh batu bara, mau tidak mau diijinkan.
Pekanbaru, Berazam-PT Samantaka memang orang kuat. Meski terjerat kasus hukum dalam pusaran proyek PLTU Riau 1, namun perusahaan pemasok batu bara ini masih berkibar di Riau dalam mega proyek PLTU Tenayan 2x110 MW. Kini kinerjanya tengah menjadi sorotan masyarakat. PT Samantaka Batubara merupakan salah satu anak usaha dari PT Blackgold Natural Resources Limited. Blackgold sendiri adalah perusahaan yang juga mengikuti tender pengadaan batu bara dalam proyek PLTU Riau-1. Pada kasus ini, KPK sudah menjerat tiga orang tersangka, yakni Eni Maulani Saragih, Johanes Budisutrino Kotjo, dan mantan Sekjen Golkar Idrus Marham. Idrus terbukti secara bersama-sama dengan Eni menerima hadiah atau janji dari Johanes terkait kasus ini. Ketiganya sudah divonis penjara oleh hakim Pengadilan Tipikor Jakarta. Proyek PLTU Riau-1 sendiri masuk dalam proyek 35 ribu Megawatt yang rencananya bakal digarap Blackgold, PT Samantaka Batubara, PT Pembangkit Jawa-Bali, PT PLN Batubara dan China Huadian Engineering Co. Ltd. Lalu seperti apa kinerja PT Samantaka di Pekanbaru? "PT Samantaka ini memang nakal. Disuruh angkut batu bara lewat jalur sungai, ternyata mereka lewat darat. Kalau ini gak dicegah jalan menuju perkantoran Tenayan terancam hancur," ungkap salah seorang warga di sekitar itu. Kerusakan jalan diduga kuat akibat lalu lintas truk bermuatan batubara PT Samantaka yang melebihi tonase menuju kawasan PLTU Tenayan. Padahal pembangkit listrik tenaga uap itu sengaja dibangun di tepi sungai Siak untuk memudahkan pengangkutan lewat jalur sungai. Adapun jalan yang dilewati truk tersebut, mulai sepanjang Simpang Tiga Hangtuah menuju PLN Tenayan melewati jalan menuju pusat perkantoran Pemko Tenayan Raya. Warga tadi menyebut hampir setiap hari truk truk besar yang berisi batu bara melewati jalan tersebut. "Mungkin karena kelebihan tonase, konstruksi jalan tidak mampu menahan, akibatnya jalan mulai rusak. Kalau rusak siapa yang bertanggungjawab? Pemko atau PLN?," ujar warga bernama Surono itu. Ditambahkan dia, PT Samantaka sudah sering lewat jalan darat dengan alasan susah pakai Ponton. Sehingga PLN diduga memberi izin lewat darat karena kebutuhan bahan baku mereka. "Ini harus dicegah. Dan untuk menghindari kerusakan jalan, pengangkutan batubara harus lewat jalur sungai," katanya lagi. Terpisah, sumber lain menyebut, PLN sebenarnya tidak mengizinkan pengangkutan batubara lewat jalan darat. Tapi PT Samantaka selalu berdalih tidak dapat kapal. Sementara PLN butuh batu bara, mau tidak mau diijinkan. "Tak tanggung-tanggung PT Samantaka memasok 10 ribu ton. Bahkan dalam bulan ini masih juga alasan PT Samantaka tidak dapat kapal, sehingga diizinkan lagi mengangkut 10 ribu ton batu bara," ungkap sumber itu. Dikonfirmasi kepada pihak-pihak terkait, dalam hal ini PT PLN, selaku pihak pemakai (user) batubara dari pemasok PT Samantaka, mengatakan untuk indikasi kerusakan jalan karena over tonase bisa dikatakan tidak ada karena sebagian besar pengangkutan batubara via kapal tongkang. "Kalaupun ada via darat bisa dikatakan jarang dan saat kondisi tertentu saja, dan tentunya sudah sesuai prosedur yang berlaku," kata Fendi Nusantoro, Asisten Manager dan Komunikasi (Humas) PLN Riau Kepri kepada berazam via sambungan aplikasi WhatsApp. Menurut Fendi, asumsi sementara indikasi kerusakan jalan dikarenakan adanya project Medco dan pelebaran jalan yang dilakukan Pemda/pemko setempat yang melewati jalan tersebut. Untuk diketahui PT PLN membangun PLTU 2x110 MW yang berada di Kawasan Industri Tenayan, Kelurahan Sail, Kecamatan Tenayan, lokasinya berada di Pinggiran Kota Pekanbaru. Akses dari pusat kota hingga pembangkit dihubungkan dengan jalan yang baru terbangun sepanjang kurang lebih 8 kilometer. Meski masih masuk Kota Pekanbaru, PLTU tersebut berada di tengah-tengah kebun sawit warga. Tak jauh dari lokasi pembangkit, terdapat kawasan pusat pemerintahan (Pemko) Pekanbaru. Dibangun di atas lahan seluas 40 hektar, PLTU Tenayan ini berada persis di tepi Sungai Siak untuk memudahkan pengangkutan suplai batu bara yang kebutuhannya sebesar 1 juta ton per tahun, atau setara dengan 1.824 ton per hari. Dilansir dari detik.com, Direktur Bisnis Regional Sumatera PT PLN Amir Rosidin menjelaskan, pembangunan PLTU Tenayan ini menelan investasi Rp 1,31 triliun yang dikerjakan oleh PT Rekayasa Industri, dengan pengoperasiannya dilakukan oleh PT Pembangkit Jawa Bali. Sementara untuk bahan bakarnya menggunakan batu bara berkalori rendah 3.800-4.700 kilo kalori yang dipasok dari tambang batu bara di Sumatera Selatan dan Jambi.* bazm2



Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: [email protected]
Copyright © 2021 berazam.com - All Rights Reserved
Scroll to top