Kisah Keberanian Gadis-gadis Palestina Melawan Tentara Israel
Sabtu 23 Desember 2017, 08:25 WIB
Gadis-gadis Palestina melawan tentara Israel
Jakarta, berazamcom - Desa Nabi Saleh di sebelah utara wilayah Tepi Barat, Palestina, Selasa dini hari, 19 Desember 2017. Basem al Tamimi, istri, dan anak-anaknya masih terlelap. Beberapa jam sebelum Azan Subuh berkumandang, tidur Basem terusik oleh derap langkah sepatu serombongan tentara Israel yang menuju ke rumahnya.
Beberapa saat kemudian, para tentara Israel dengan senjata di tangan itu merangsek masuk ke dalam rumah. Satu yang mereka cari adalah salah satu putri Basem, Ahed al-Tamimi. Gadis berusia 16 tahun itu dipaksa bangun lalu diborgol tangannya.
Tentara Israel juga menyita komputer jinjing dan kamera milik Ahed. "Mereka (tentara Israel) memborgol putri saya dan entah di bawa ke mana," kata Basem seperti dikutip dari Al Jazeera.
Ahed dikenal sebagai gadis pemberani. Pada 2012 lalu dia menerima penghargaan Hanzala Courage Award dari distrik Başakşehir Municipality di Istanbul, Turki. Penghargaan diberikan atas keberanian Ahed melawan tentara Israel yang menahan kakaknya.
Tapi Ahed bukan satu-satunya perempuan Palestina yang bernyali menentang pendudukan Israel di wilayah Tepi Barat. Sejak meletusnya gerakan intifadah pada 1987, para perempuan Palestina sudah terlibat langsung melawan pendudukan Israel di Tepi Barat.
Raja Mustafa, salah satunya. Saat meletus gerakan intifada pertama usianya baru 16 tahun. Dia dan rekan sebaya menghadapi kebrutalan tentara Israel dengan senjata seadanya. Batu dan katapel salah satunya batu.
"Semua gadis seusiaku bertempur di Intifadah pertama, kami berada di jalanan sambil melemparkan batu dan menghalangi jalan dan menjerit. Sungguh, dari awal hingga akhir, para wanita berpartisipasi," kata Raja mengenang.
Ada juga Manal Abu Akhar. Usianya baru 12 tahun saat pecah intifada pertama. Namun dia dan gadis seusianya turun ke jalan membantu pria-pria Palestina melawan pendudukan Israel.
Dalam salah satu aksinya, Manal terkena peluru tentara Israel. Peluru mengenai dadanya sehingga dia terpaksa dilarikan ke rumah sakit dan dirawat selama beberapa bulan.
Pada 2000 kembali pecah gerakan Intifadah kedua. Namun Raja Mustafa dan Manal serta perempuan Palestina lain tak memungkinkan untuk terjun langsung dalam kancah perang. "Sulit bagi wanita (terlibat) selama Intifada kedua," kata Manal yang kini berusia 40 tahun.
"Semuanya menggunakan senjata dan kelompok bersenjata berjuang. Jadi para wanita sulit terlibat (intifada kedua)," tambahnya.
Namun bukan berarti wanita Palestina berpangku tangan. Raja Mustafa, Manal dan perempuan-perempuan Palestina terlibat di belakang pasukan Palestina.
Manal misalnya, menyediakan rumahnya untuk persembunyian pejuang Palestina dari kejaran tentara Israel.
Saat Raja Mustafa dan Manal sudah tak lagi muda, perjuangan mereka melawan tentara Israel dilanjutkan oleh Ahed Tamimi, perempuan-perempuan dan pemuda Palestina saat ini. (dtc)
Beberapa saat kemudian, para tentara Israel dengan senjata di tangan itu merangsek masuk ke dalam rumah. Satu yang mereka cari adalah salah satu putri Basem, Ahed al-Tamimi. Gadis berusia 16 tahun itu dipaksa bangun lalu diborgol tangannya.
Tentara Israel juga menyita komputer jinjing dan kamera milik Ahed. "Mereka (tentara Israel) memborgol putri saya dan entah di bawa ke mana," kata Basem seperti dikutip dari Al Jazeera.
Ahed dikenal sebagai gadis pemberani. Pada 2012 lalu dia menerima penghargaan Hanzala Courage Award dari distrik Başakşehir Municipality di Istanbul, Turki. Penghargaan diberikan atas keberanian Ahed melawan tentara Israel yang menahan kakaknya.
Tapi Ahed bukan satu-satunya perempuan Palestina yang bernyali menentang pendudukan Israel di wilayah Tepi Barat. Sejak meletusnya gerakan intifadah pada 1987, para perempuan Palestina sudah terlibat langsung melawan pendudukan Israel di Tepi Barat.
Raja Mustafa, salah satunya. Saat meletus gerakan intifada pertama usianya baru 16 tahun. Dia dan rekan sebaya menghadapi kebrutalan tentara Israel dengan senjata seadanya. Batu dan katapel salah satunya batu.
"Semua gadis seusiaku bertempur di Intifadah pertama, kami berada di jalanan sambil melemparkan batu dan menghalangi jalan dan menjerit. Sungguh, dari awal hingga akhir, para wanita berpartisipasi," kata Raja mengenang.
Ada juga Manal Abu Akhar. Usianya baru 12 tahun saat pecah intifada pertama. Namun dia dan gadis seusianya turun ke jalan membantu pria-pria Palestina melawan pendudukan Israel.
Dalam salah satu aksinya, Manal terkena peluru tentara Israel. Peluru mengenai dadanya sehingga dia terpaksa dilarikan ke rumah sakit dan dirawat selama beberapa bulan.
Pada 2000 kembali pecah gerakan Intifadah kedua. Namun Raja Mustafa dan Manal serta perempuan Palestina lain tak memungkinkan untuk terjun langsung dalam kancah perang. "Sulit bagi wanita (terlibat) selama Intifada kedua," kata Manal yang kini berusia 40 tahun.
"Semuanya menggunakan senjata dan kelompok bersenjata berjuang. Jadi para wanita sulit terlibat (intifada kedua)," tambahnya.
Namun bukan berarti wanita Palestina berpangku tangan. Raja Mustafa, Manal dan perempuan-perempuan Palestina terlibat di belakang pasukan Palestina.
Manal misalnya, menyediakan rumahnya untuk persembunyian pejuang Palestina dari kejaran tentara Israel.
Saat Raja Mustafa dan Manal sudah tak lagi muda, perjuangan mereka melawan tentara Israel dilanjutkan oleh Ahed Tamimi, perempuan-perempuan dan pemuda Palestina saat ini. (dtc)
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Berita Pilihan
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Sabtu 09 September 2023
Jalin Silaturahmi, Sahabat Fuja ''Sejiwa Sehati'' Gelar Turnamen Domino Diikuti 500 Peserta
Berita Terkini
Senin 06 Mei 2024, 15:55 WIB
Mahasiswa Indonesia Belajar Logistik Kebencanaan ke Pakar di Jepang
Senin 06 Mei 2024, 14:51 WIB
Damkar Kota Pekanbaru Dapat Tambahan Bantuan Dua Unit Mobil Pemadam
Senin 06 Mei 2024, 14:48 WIB
Dibuka Presiden Jokowi, Pj Gubernur Riau Hadiri Musrenbangnas 2024
Minggu 05 Mei 2024, 09:47 WIB
Balon Gubri Edy Natar Nasution Serahkan Formulir ke DPW PKB: Membangun Komunikasi Politik yang Solid
Minggu 05 Mei 2024, 08:52 WIB
Mantan Gubernur Riau Edy Natar Nasution Terima Dukungan Penuh dari Marga Butar Butar untuk Maju di Pilgubri 2024
Minggu 05 Mei 2024, 08:46 WIB
Aklamasi, Tri Joko Jadi Ketua PJS DKI Jakarta
Sabtu 04 Mei 2024, 10:40 WIB
Bupati Zukri Misran Ngopi Sore Bareng JMSI Riau, Disorot Kontribusi dalam Pemilu dan Fokus Pembangunan Pelalawan
Jumat 03 Mei 2024, 18:03 WIB
Dugaan Pencemaran Nama Baik Profesi, PJS Resmi Adukan Rum Pagau ke Polda Gorontalo
Jumat 03 Mei 2024, 15:11 WIB
PT BRKS Jalin Kerjasama dengan Dinas PMD Bengkalis Terkait Pelaksanaan Siskeudes-Link
Jumat 03 Mei 2024, 14:48 WIB
UIR Masuk Dalam 10 Kampus Islam Terbaik Versi Edurank, Wakil Rektor Bidang Akademik : UIR Akan Terus Tingkatkan Mutu Kampus