Pengujian di Australia: Air Mineral Botolan Tak Lebih Sehat dari Air Ledeng
Selasa 17 Juli 2018, 10:36 WIB
Canberra, berazamcom - Dari hasil temuan ABC dengan melihat langsung ke laboratorium yang menguji kandungan air dalam kemasan, ditemukan jika kandungannya tidaklah lebih sehat dari air ledeng.
*Catatan editor: Air ledeng di Australia bisa langsung diminum dan kondisinya bisa berbeda dengan di Indonesia.
Lembaga penyiaran publik di Australia, ABC kembali menggelar kampanye War on Waste yang mengajak warga Australia untuk lebih kritis dengan sampah yang dihasilkan dari gaya hidup sehari-hari.
Kali ini masalah yang disoroti adalah botol plastik yang diakui telah mencemari lingkungan, khususnya di kawasan perairan, seperti laut dan pantai.
Pengujian terhadap kandungan air dalam kemasan botol dilakukan terhadap beberapa merk yang banyak ditemukan di supermarket Australia.
External Link: Sampah dari botol plastik air kemasan WCMS.pluginCache.add('#embedExternalLink19', 'embedExternalLinks' );
Tonton video dari pengujian air dan untuk mengetahui hasilnya lewat saluran YouTube berikut ini.
Kandungan yang diuji adalah tingkat keasaman dan flourida antara air dalam kemasan botol yang dijual dengan air ledeng.
"Pengujian menunjukkan air ledeng relatif memiliki kandungan mineral, seperti kalsium dan magnesium yang lebih tinggi."
Sementara untuk pH atau tingkat keasaman, hasilnya cukup mengejutkan.
Dengan pH di bawah angka empat, artinya akan mulai merusak lapisan luar gigi.
Dari hasil pengujian ditemukan beberapa merk malah tidak akan lolos uji keasaman jika standar yang digunakan adalah untuk air ledeng.
Belum lagi jika kita membeli air dalam kemasan botol, yang harganya berkisar $1 sampai $5, atau lebih dari Rp 10-50 ribu per botol.
Yang kita beli sebenarnya hanyalah plastiknya saja, sementara penguji laboratorium berargumen harga kandungannya hanya kurang dari satu sen.
Tapi, sayangnya bagian yang kita beli ini malah dibuang dan berakhir di lautan dan membunuh hewan-hewan.
Program War on Waste dibawakan oleh Craig Reucassel yang mencoba menggali seberapa banyak sampah yang dihasilkan oleh warga Australia.
*Catatan editor: Air ledeng di Australia bisa langsung diminum dan kondisinya bisa berbeda dengan di Indonesia.
Lembaga penyiaran publik di Australia, ABC kembali menggelar kampanye War on Waste yang mengajak warga Australia untuk lebih kritis dengan sampah yang dihasilkan dari gaya hidup sehari-hari.
Kali ini masalah yang disoroti adalah botol plastik yang diakui telah mencemari lingkungan, khususnya di kawasan perairan, seperti laut dan pantai.
Pengujian terhadap kandungan air dalam kemasan botol dilakukan terhadap beberapa merk yang banyak ditemukan di supermarket Australia.
External Link: Sampah dari botol plastik air kemasan WCMS.pluginCache.add('#embedExternalLink19', 'embedExternalLinks' );
Tonton video dari pengujian air dan untuk mengetahui hasilnya lewat saluran YouTube berikut ini.
Kandungan yang diuji adalah tingkat keasaman dan flourida antara air dalam kemasan botol yang dijual dengan air ledeng.
"Pengujian menunjukkan air ledeng relatif memiliki kandungan mineral, seperti kalsium dan magnesium yang lebih tinggi."
Sementara untuk pH atau tingkat keasaman, hasilnya cukup mengejutkan.
Dengan pH di bawah angka empat, artinya akan mulai merusak lapisan luar gigi.
Dari hasil pengujian ditemukan beberapa merk malah tidak akan lolos uji keasaman jika standar yang digunakan adalah untuk air ledeng.
Belum lagi jika kita membeli air dalam kemasan botol, yang harganya berkisar $1 sampai $5, atau lebih dari Rp 10-50 ribu per botol.
Yang kita beli sebenarnya hanyalah plastiknya saja, sementara penguji laboratorium berargumen harga kandungannya hanya kurang dari satu sen.
Tapi, sayangnya bagian yang kita beli ini malah dibuang dan berakhir di lautan dan membunuh hewan-hewan.
Program War on Waste dibawakan oleh Craig Reucassel yang mencoba menggali seberapa banyak sampah yang dihasilkan oleh warga Australia.
Ia juga mencoba mencarikan solusi dengan upaya apa dan bagaimana warga Australia bisa sama-sama menangani masalah sampah ini.*
[]bazm-13
sumber: detik.com
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Berita Pilihan
Rabu 15 Mei 2024
Edy Natar Nasution Kembali Berkomitmen Politik, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PAN Riau
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Berita Terkini
Kamis 16 Mei 2024, 13:18 WIB
Tuhan Sedang Menyapa Kita
Kamis 16 Mei 2024, 07:57 WIB
Konsistensi Syamsuar Dipertanyakan: Dulu Tidak Maju, Sekarang Maju, Harris pun Merasa Tertipu?
Rabu 15 Mei 2024, 15:08 WIB
KPU Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur Jika Maju Pilkada 2024
Rabu 15 Mei 2024, 13:21 WIB
Edy Natar Nasution Kembali Berkomitmen Politik, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PAN Riau
Rabu 15 Mei 2024, 12:15 WIB
Calon Pemimpin Riau Mendatang, Syamsuar Pastikan Maju Gubernur Riau
Rabu 15 Mei 2024, 12:11 WIB
JMSI Tolak RUU Penyiaran yang Bertentangan dengan UUD 1945 dan UU Pers
Rabu 15 Mei 2024, 10:20 WIB
Bangkitkan Semangat Gotong Royong, Jumat Ini Pemko Gelar Gerakan Cinta Pekanbaru
Rabu 15 Mei 2024, 10:02 WIB
Dewan Pers Tolak Draf RUU Penyiaran
Rabu 15 Mei 2024, 09:36 WIB
Ketua KNPI Ronal Akhyar Dukung Mendagri Tunjuk Hambali Manurung Jadi PJ Walikota Pekanbaru
Rabu 15 Mei 2024, 09:19 WIB
Universitas Pertamina Gencarkan Internasionalisasi Pendidikan, Supaya Lulusan Lebih Kompetitif