Dewi Hadi Menuju Puncak ‘Mercy’
Kamis 27 April 2017, 15:18 WIB
Pekanbaru, berazamcom: Nama boleh familiar. Tapi penampilan dan pengalaman hidupnya, laki-laki banget. Siapa sangka anggota DPRD Kampar ini, dulu adalah seorang pelaut.
Sosok pria ini, sudah tak asing lagi di Kabupaten Kampar. Soalnya, dia sudah tercatat sebagai anggota DPRD dalam dua periode dari Partai Demokrat. Dewi Hadi, SE MM, lahir di Air Tiris, 17 November 1975. Perjalanan hidup pria berkulit putih ini cukup berliku. Meski lahir di Kabupaten Kampar, tetapi ia dibesarkan di Pulau Midai Kepulauan Riau. Dan sebagai orang pulau, Dewi Hadi kecil bercita-cita menjadi seorang pelaut.
"Profesi yang paling bergengsi di Midai waktu itu adalah pelaut. Maka saya memilih sekolah pelayaran," ujar Dewi Hadi menceritakan masa lalunya. Setelah menamatkan sekolah pelayaran, sekretaris DPC Partai Demokrat Kampar ini, memang langsung menjadi seorang pelaut. Dia bekerja di sebuah kapal penumpang yang mengarungi lautan. Tetapi, profesi itu hanya dilakoninya satu tahun. "Manusia itu kan berubah-ubah alias dinamis. Setelah menjadi pelaut, saya justru ingin ke darat," ujar lelaki ramah ini.
Di darat, profesi yang dipilih Dewi Hadi masih berhubungan dengan dunia pelayaran. Yakni menjadi tenaga pengajar di sekolah pelayaran. Di situ, ia ditugaskan mendampingi perwira praktek yang akan berlayar. Di seskolah itu pula, Dewi Hadi sempat menjabat sebagai Kepala Bidang Ketarunaan yang mengurusi soal mental dan masalah kepribadian taruna. Karena selalu berhubungan dengan soal mental dan kepribadian taruna, ia bercita-cita pula menjadi psikolog. Hingga pada akhirnya, Dewi mendaftar sebagai mahasiswa jurusan psikologi di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Qasim Pekanbaru.
Namun cita-cita itu tak kesampaian. Soalnya kuliah sambil bekerja di sekolah pelayaran, membuatnya kewalahan membagi waktu. Sampai akhirnya, dia berhenti kuliah meski baru duduk di semester dua.
Dewi Hadi yang selalu berfikir dinamis, kembali ingin mengubah profesinya. Dari sekolah pelayaran, ia terjun ke dunia jurnalistik. Tahun 2000, lelaki ini sempat bekerja di Harian Media Riau. "Profesi wartawan, menurut saya cukup menantang. Banyak sekali orang besar yang mengawali kariernya dari seorang wartawan," ujarnya.
Menurut Dewi Hadi, profesi wartawan bisa menjadi batu lonpatan ke profesi yang lebih hebat. Tapi juga bisa terus berkarier hingga menjadi pemimpin redaksi atau penulis buku. Dari jurnalis, Dewi Hadi menjadi kontraktor alias rekanan proyek-proyek pemerintah. Meski demikian, gelar akademis terus dikejarnya hingga akhirnya ia sukses meraih master manajemen dari Universitas Muhammadiyah Jogyakarta.
Di Jogyakarta, dia sering mendengar dan berdiskusi dengan para tokoh. Salah satu hasil diskusi yang diingatnya adalah, manusia butuh mengaktualisasikan diri. Berkarya dan menjadi seseorang yang dibutuhkan masyarakat. "Starnya dari situ. Saya melirik dunia politik," tandasnya.
Di Pemilu 2004. Dewi Hadi memilih Partai Demokrat. Partai besutan mantan Presiden Susilo Bambang Yoedoyono itu akhirnya mengantarkan dirinya menjadi anggota DPRD Kampar. Partai ini memang telah membesarkan namanya. Dua kali pemilu, ia tetap bertahan dan terpilih menjadi wakil rakyat.
Di Partai Demokrat. Ia memulai karier sebagai Ketua PAC (Pimpinan Anak Cabang) Kecamatan Rumbio Jaya. Tapi di tahun 2006, Dewi Hadi hampir saja berada di puncak pimpinan partai setelah meencalonkan diri menjadi ketua cabang. Sayang, saat itu terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh Partai Demokrat hasil muscab. Satu pihak, Dewi Hadi mengklaim sebagai ketua terpilih karena didukung DPD Partai yang dipimpin Thamsir Rahman. Di pihak lain, ada Eva Yuliana yang mengklaim sebagai ketua karena disokong DPP Partai. Dua kubu ini akhirnya islah. Eva Yuliana tetap ketua, sementara Dewi Hadi menjadi sekretaris. Musda kedua, posisi ketua kembali dijabat Eva Yuliana dan Dewi Hadi di posisi sekretaris.
Bagaimana musda ketiga? Akankah Dewi Hadi kembali menjadi seketaris? Atau sebaliknya, ini jalan termulus baginya menuju puncak partai. Sesuai aturan partai, masa jabatan kepengurusan Partai Demokrat Kampar sudah berakhir November 2016.. Itu artinya sudah harus dilakukan muscab. "Kita sudah kirim surat ke DPD memberitahu, bahwa masa kepengurusan DPC periode sekarang telah berakhir. Saat ini kita masih menunggu pelaksanaan muscab," jelasnya.
Soal kesiapannya mencalonkan diri jadi ketua, pria ini tanpa ragu menyatakan mayoritas PAC mengharapkan dirinya maju. Tetapi keinginan itu tidak langsung diaminya. Ia ingin terlebih dahulu bertemu para senior dan sesepuh partai. "Jabatan ketua itu lebih kepada pengabdian. Kalau ada senior yang ingin maju, saya akan mendukungnya. Namun bila senior mempercayai saya, saya siap menerima amanah itu," jawabnya singkat. Semogo.*
laporan: Zainul Aziz
Sosok pria ini, sudah tak asing lagi di Kabupaten Kampar. Soalnya, dia sudah tercatat sebagai anggota DPRD dalam dua periode dari Partai Demokrat. Dewi Hadi, SE MM, lahir di Air Tiris, 17 November 1975. Perjalanan hidup pria berkulit putih ini cukup berliku. Meski lahir di Kabupaten Kampar, tetapi ia dibesarkan di Pulau Midai Kepulauan Riau. Dan sebagai orang pulau, Dewi Hadi kecil bercita-cita menjadi seorang pelaut.
"Profesi yang paling bergengsi di Midai waktu itu adalah pelaut. Maka saya memilih sekolah pelayaran," ujar Dewi Hadi menceritakan masa lalunya. Setelah menamatkan sekolah pelayaran, sekretaris DPC Partai Demokrat Kampar ini, memang langsung menjadi seorang pelaut. Dia bekerja di sebuah kapal penumpang yang mengarungi lautan. Tetapi, profesi itu hanya dilakoninya satu tahun. "Manusia itu kan berubah-ubah alias dinamis. Setelah menjadi pelaut, saya justru ingin ke darat," ujar lelaki ramah ini.
Di darat, profesi yang dipilih Dewi Hadi masih berhubungan dengan dunia pelayaran. Yakni menjadi tenaga pengajar di sekolah pelayaran. Di situ, ia ditugaskan mendampingi perwira praktek yang akan berlayar. Di seskolah itu pula, Dewi Hadi sempat menjabat sebagai Kepala Bidang Ketarunaan yang mengurusi soal mental dan masalah kepribadian taruna. Karena selalu berhubungan dengan soal mental dan kepribadian taruna, ia bercita-cita pula menjadi psikolog. Hingga pada akhirnya, Dewi mendaftar sebagai mahasiswa jurusan psikologi di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Qasim Pekanbaru.
Namun cita-cita itu tak kesampaian. Soalnya kuliah sambil bekerja di sekolah pelayaran, membuatnya kewalahan membagi waktu. Sampai akhirnya, dia berhenti kuliah meski baru duduk di semester dua.
Dewi Hadi yang selalu berfikir dinamis, kembali ingin mengubah profesinya. Dari sekolah pelayaran, ia terjun ke dunia jurnalistik. Tahun 2000, lelaki ini sempat bekerja di Harian Media Riau. "Profesi wartawan, menurut saya cukup menantang. Banyak sekali orang besar yang mengawali kariernya dari seorang wartawan," ujarnya.
Menurut Dewi Hadi, profesi wartawan bisa menjadi batu lonpatan ke profesi yang lebih hebat. Tapi juga bisa terus berkarier hingga menjadi pemimpin redaksi atau penulis buku. Dari jurnalis, Dewi Hadi menjadi kontraktor alias rekanan proyek-proyek pemerintah. Meski demikian, gelar akademis terus dikejarnya hingga akhirnya ia sukses meraih master manajemen dari Universitas Muhammadiyah Jogyakarta.
Di Jogyakarta, dia sering mendengar dan berdiskusi dengan para tokoh. Salah satu hasil diskusi yang diingatnya adalah, manusia butuh mengaktualisasikan diri. Berkarya dan menjadi seseorang yang dibutuhkan masyarakat. "Starnya dari situ. Saya melirik dunia politik," tandasnya.
Di Pemilu 2004. Dewi Hadi memilih Partai Demokrat. Partai besutan mantan Presiden Susilo Bambang Yoedoyono itu akhirnya mengantarkan dirinya menjadi anggota DPRD Kampar. Partai ini memang telah membesarkan namanya. Dua kali pemilu, ia tetap bertahan dan terpilih menjadi wakil rakyat.
Di Partai Demokrat. Ia memulai karier sebagai Ketua PAC (Pimpinan Anak Cabang) Kecamatan Rumbio Jaya. Tapi di tahun 2006, Dewi Hadi hampir saja berada di puncak pimpinan partai setelah meencalonkan diri menjadi ketua cabang. Sayang, saat itu terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh Partai Demokrat hasil muscab. Satu pihak, Dewi Hadi mengklaim sebagai ketua terpilih karena didukung DPD Partai yang dipimpin Thamsir Rahman. Di pihak lain, ada Eva Yuliana yang mengklaim sebagai ketua karena disokong DPP Partai. Dua kubu ini akhirnya islah. Eva Yuliana tetap ketua, sementara Dewi Hadi menjadi sekretaris. Musda kedua, posisi ketua kembali dijabat Eva Yuliana dan Dewi Hadi di posisi sekretaris.
Bagaimana musda ketiga? Akankah Dewi Hadi kembali menjadi seketaris? Atau sebaliknya, ini jalan termulus baginya menuju puncak partai. Sesuai aturan partai, masa jabatan kepengurusan Partai Demokrat Kampar sudah berakhir November 2016.. Itu artinya sudah harus dilakukan muscab. "Kita sudah kirim surat ke DPD memberitahu, bahwa masa kepengurusan DPC periode sekarang telah berakhir. Saat ini kita masih menunggu pelaksanaan muscab," jelasnya.
Soal kesiapannya mencalonkan diri jadi ketua, pria ini tanpa ragu menyatakan mayoritas PAC mengharapkan dirinya maju. Tetapi keinginan itu tidak langsung diaminya. Ia ingin terlebih dahulu bertemu para senior dan sesepuh partai. "Jabatan ketua itu lebih kepada pengabdian. Kalau ada senior yang ingin maju, saya akan mendukungnya. Namun bila senior mempercayai saya, saya siap menerima amanah itu," jawabnya singkat. Semogo.*
laporan: Zainul Aziz
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Indeks
Minggu 14 April 2019, 21:36 WIB
Solehudin, Dari Guru Honorer Hingga Menjadi Wakil Rakyat di DPRD Kuansing
Minggu 17 Maret 2019, 07:43 WIB
Dua Periode Menjabat Anggota DPRD Kuansing, Sekarang Musliadi Menuju Kursi Provinsi, Ini Biografinya
Jumat 01 Maret 2019, 08:53 WIB
Mengenal lebih dekat sosok SANUSI
Kamis 04 Mei 2017, 09:11 WIB
Andi Rachman, dari Saudagar Jadi Gubernur
Kamis 27 April 2017, 15:18 WIB
Dewi Hadi Menuju Puncak ‘Mercy’
Kamis 27 April 2017, 14:56 WIB
‘Filosofi Jarum Ongah Fikri’
Berita Pilihan
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Sabtu 09 September 2023
Jalin Silaturahmi, Sahabat Fuja ''Sejiwa Sehati'' Gelar Turnamen Domino Diikuti 500 Peserta
Berita Terkini
Kamis 28 Maret 2024, 23:22 WIB
CERI Pertanyakan Sikap Presiden Jokowi Soal Negosiasi 61 Persen Saham Freeport Alot
Kamis 28 Maret 2024, 17:59 WIB
Mahasiswa Sulap Limbah Tahu dan Kotoran Sapi Jadi Biogas dalam Waktu Singkat
Kamis 28 Maret 2024, 12:09 WIB
Berkah Ramadhan 1445 H, UIR Berbagi 1000 Paket Berbuka Kepada Mahasiswa
Kamis 28 Maret 2024, 11:46 WIB
Jelang Idul Fitri, Disperindag Pekanbaru Imbau Masyarakat Waspadai Produk Kedaluwarsa
Kamis 28 Maret 2024, 11:01 WIB
Dishub Pekanbaru Imbau Masyarakat Lapor Jika Temukan Jukir Liar
Kamis 28 Maret 2024, 10:51 WIB
Pakar Hukum Denny Indrayana Prediksi MK Bakal Kabulkan Gugatan Pilpres Anies & Ganjar
Kamis 28 Maret 2024, 10:31 WIB
Sudah Empat Daerah di Riau Tetapkan Status Siaga Darurat Karhutla
Kamis 28 Maret 2024, 10:25 WIB
Buka Puasa Bersama IKA Faperta UIR, Selain Tausyiah, Ada Pesan dan Kesan Calon DPD RI Terpilih
Rabu 27 Maret 2024, 11:50 WIB
Perludem Sebut Gugatan Anies dan Ganjar Berpeluang Membalikkan Hasil Pilpres
Rabu 27 Maret 2024, 10:30 WIB
Mudik Lebaran, Ini Pesan Kapolda Riau Kepada Warga