Takut Dicap 'Pembangkang', Banyak Perempuan Pura-Pura Orgasme
Kamis 02 Januari 2020, 06:09 WIB

berazamcom--Tak banyak perempuan mau mengakui dan bicara blak-blakan tentang permasalahan seksualnya. Mereka cenderung diam dan pasrah meski tak puas atau malah tak bisa merasakan orgasme ketika berhubungan seksual.
Melakukan mastrubasi atau membeli perlengkapan seks bagi laki-laki adalah hal lumrah, tapi bagaimana jika perempuan yang melakukannya?
Yuni Shara adalah salah satu yang berani mengakui bahwa selama ini ia memiliki masalah seksual dan harus mendapatkan penanganan khusus. Ia pernah pergi ke tenaga medis untuk mengobati trauma psikologis yang berakibat sulit orgasme. Pada akhirnya penyanyi dekade 1990-an itu memutuskan membeli alat bantu seks saat berada di Belanda.
“Ya di sana kan tidak ada yang kenal aku,” ungkapnya seolah menegaskan bahwa label perempuan--terlebih artis--sepertinya pantang membeli perlengkapan semacam itu.
Narasi minor terhadap kepuasan seksualitas perempuan tumbuh akibat konstruksi sosial yang menempatkan perempuan sebagai objek yang “melayani” laki-laki. Seolah-olah perempuan tak memiliki hak atas tubuhnya, tapi menanggung beban tuntutan “kemenangan” laki-laki saat berhubungan seksual.
Konstruksi seksual ini tercermin dari pernyataan Deddy Corbuzier saat menimpali Yuni. “Sebagai laki-laki ketika gue punya pasangan dan berinteraksi seksual maka gue akan berusaha membuat pasangan orgasme terlebih dulu.” Faktanya, perempuan memang terbukti lebih sulit mencapai orgasme ketimbang laki-laki.
Studi berjudul "Variation in orgasm occurrence by sexual orientation in a sample of U.S. singles" yang dimuat di Sex Medicine Journal (2014), misalnya, menyertakan hasil 2.850 sampel dengan kesimpulan tingkat orgasme rata-rata selama aktivitas seksual adalah 62,9 persen perempuan dan 85,1 laki-laki.
Studi lain terbitan Journal of Family Practice (2000) mewawancarai 964 perempuan dengan perawatan ginekologi rutin di Amerika Serikat. Sebanyak 98,8 persen responden melaporkan satu atau lebih masalah seksual. Mereka paling sering mengeluh masalah kurang gairah (87,2 persen), sementara kondisi sulit orgasme menempati urutan kedua teratas dengan perolehan laporan 83,3 persen. Dilanjutkan masalah tidak cukup cairan pelumas di alat reproduksi (74,7 persen), dispareunia (71,7 persen), masalah citra tubuh (68,5 persen), dan kebutuhan seksual yang tidak terpenuhi (67,2 persen).
Laman WebMD merangkum secara general, bahwa sekitar 10 persen perempuan tidak pernah mengalami orgasme, baik dengan pasangan maupun masturbasi.
“Ya sangat nggak dong, pura-pura. Aku enggak tahu rasanya orgasme, dulu. Itu susahnya setengah mati.”
Masih dalam sesi dialog bersama Deddy Corbuzier. Sebagai perempuan peranakan Jawa, Yuni mengaku tak punya pilihan selain melayani suami di ranjang. Padahal pernikahannya kala itu selalu diwarnai kekerasan yang membuatnya trauma--dan mungkin tertekan saat berhubungan seksual.
Kehidupan seksual perempuan secara umum ditampilkan gamblang oleh Yuni. Kungkungan norma membuat mereka lazim menyembunyikan gangguan seksualnya agar tidak mendapat label ‘durhaka’ atau ‘pembangkang’ dari pasangan. Akibatnya banyak perempuan memalsukan orgasme.
“Mayoritas memalsukan orgasme setidaknya sekali dalam hidup,” demikian simpulan sebuah studi terbitan Inggris Archives of Sexual Behavior (2019).
Peneliti menemukan hubungan antara persepsi gender dengan alasan memalsukan orgasme. Perempuan anti-feminis melaporkan bahwa mereka lebih sering pura-pura orgasme.
Semakin tinggi tingkat kepercayaan bahwa perempuan perlu orgasme agar pasangannya puas, maka semakin besar kemungkinan mereka memalsukan orgasme. “Sebaliknya, mereka yang lebih terbuka hanya sedikit memalsukan orgasme.”
Hal-hal yang mendasari pura-pura orgasme pada perempuan dijabarkan dalam studi bertajuk "Beliefs About Gender Predict Faking Orgasm in Heterosexual Women" yang terbit di Archives of Sexual Behavior (2014).
Peneliti menyebutkan ada empat kelompok alasan pura-pura orgasme pada perempuan: menjaga relasi, menghindari pengalaman seksual yang buruk, upaya memicu rangsang pribadi, dan alibi atas disfungsi seksual.
Industri Alat Bantu Seks Perempuan
Sebelum populer seperti sekarang, pada abad ke-19 alat bantu seks dipasarkan sebagai peralatan medis untuk memberikan pijatan relaksasi. Kemudian pada 1903 sebuah perusahaan di Amerika membuat langkah berani dengan merilis iklan alat bantu seks “Hygeia” untuk laki-laki dan perempuan.
Bentuknya seperti sabuk listrik dengan getaran. BBC menyebut inovasi itu pertama kali memperkenalkan vibrator sebagai alat bantu seks. Tapi iklan terbuka itu memicu kontroversi, sebab kala itu Amerika, Inggris, dan beberapa negara lain memiliki undang-undang pelarangan iklan berbau seks.
Vibrator dengan model modern mulai muncul di tahun 1950-an dan dijual lebih bebas di tahun 1960-an. Kini alat bantu seks tak terbatas digunakan laki-laki saja. Bahkan survei di kalangan perempuan Amerika (2017) menunjukkan 65 responden memiliki alat bantu seks.
Sementara laporan lain menyebut produk seks yang paling populer di perempuan Asia adalah mainan seks, boneka seks, kondom, pakaian dalam, dan pelumas. Laporan tersebut memasukkan sepuluh negara di Asia yakni China, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Indonesia, Thailand, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Kamboja.
"Perempuan yang menggunakan alat bantu seks juga lebih memperhatikan kesehatan ginekologinya," demikian kesimpulan lain riset produk seks dpada perempuan Asia.
Secara global, industri alat bantu seks diperkirakan tumbuh sebesar USD 9,9 miliar pada 2019-2023 di seluruh dunia. Malah belakangan produsen alat bantu seks tidak memberi label jenis kelamin pada produk agar konsumen bisa mengeksplorasi produk dan mendapat kepuasan seksual.
Perempuan yang menggunakan alat bantu seks tak serta merta bisa diberi label negatif karena secara medis dokter pun merekomendasikan produk ini untuk meningkatkan seksualitas dan terapi disfungsi seksual, misalnya pada anorgasmia atau vaginismus.
Studi terbitan The Journal of Sexual Medicine (2009) mengatakan perempuan menggunakan vibrator dalam tiga skenario: masturbasi, saat berhubungan seksual, dan membantu foreplay. Secara umum menurut Psychology Today, pasangan yang mengeksplorasi cara baru dalam aktivitas seksualnya--termasuk menjajal alat bantu seks juga melaporkan kepuasan hubungan jangka panjang.
Jadi, untuk para perempuan, komunikasikan kebutuhan seksual Anda kepada pasangan dan profesional kesehatan. Tak perlu malu atau ragu mengeksplorasi hal-hal baru bersama pasangan, karena hubungan seksual memang seharusnya dinikmati oleh kedua belah pihak. ***
Editor: bazm2
Sumber :Tirto. Id
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: [email protected]
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Rabu 13 Agustus 2025
Dosen Faperta UIR, Limetry Liana, Raih Gelar Doktor dari IPB dengan Riset Sawit Rakyat
Jumat 18 Juli 2025
Ponpes Al-Muslimun Gelar Wisuda Tahfidz 30 Juz Angkatan ke-V dan Pekan Ta'aruf Santri Baru Tahun Pelajaran 2025/2026
Rabu 21 Mei 2025
Mengukir Jalan Menuju Puncak: Admiral dan Harapan Baru Universitas Islam Riau
Kamis 13 Maret 2025
PT RAPP dan JMSI Riau Gelar Buka Puasa Bersama, Perkuat Sinergi dengan Media
Sabtu 14 September 2024
Soliditas PPP Pekanbaru Ditegaskan untuk Menangkan Edy Nasution-Dastrayani Bibra
Jumat 13 September 2024
Deklarasi Pasangan PATEN di Pekanbaru: 20.000 Kupon Diperkirakan Habis Menjelang Sabtu
Jumat 13 September 2024
Tampilkan Lima Pakar Perikanan Asing, Seminar ISFM XIII FPK Unri Berlangsung Sukses
Selasa 10 September 2024
PATEN, Balon Walikota Edy Nasution Orang Pertama Hadir di Polresta Pekanbaru
Sabtu 07 September 2024
Dr Mexsaxai Indra SH MH: Forum Warek Akademik BKS-PTN Barat Bahas Percepatan Menuju World Class University
Jumat 30 Agustus 2024
Pasangan Edy Natar-Dastriani Bibra 'Berlayar' di Pilkada Pekanbaru Meski Ada Perubahan Dukungan
Berita Terkini
Jumat 15 Agustus 2025, 13:48 WIB
Per Juni 2025, Utang Luar Negeri RI Tembus Rp7.001 T
Jumat 15 Agustus 2025, 13:25 WIB
Sempena HUT RI KE 80, Gubri Abdul Wahid Serahkan Sagu Hati Kepada 347 Veteran dan Janda Veteran
Jumat 15 Agustus 2025, 10:56 WIB
Gubri Abdul Wahid Resmikan Sekolah Menengah Atas Rakyat
Jumat 15 Agustus 2025, 10:10 WIB
Bantu Perbaikan Gizi, Pemko Pekanbaru Mulai Sweeping Anak Stunting
Jumat 15 Agustus 2025, 10:05 WIB
NKRI Harga Mati, Gubri Abdul Wahid: Daerah Istimewa Riau Lebih Realistis
Kamis 14 Agustus 2025, 12:56 WIB
Pemprov Riau Dukung Program Nasional 3 Juta Rumah, Berharap Mampu Atasi Kemiskinan
Kamis 14 Agustus 2025, 12:19 WIB
Mobil Bermasalah? Spesialis Kabel Mobil Pekanbaru Punya Solusi Lengkap
Kamis 14 Agustus 2025, 11:19 WIB
Pemko Pekabaru akan Luncurkan Sejumlah Mobil Pelayanan Masyarakat di HUT RI Ke-80
Kamis 14 Agustus 2025, 11:16 WIB
Tahapan Penjaringan Rampung, Pemko Pastikan Seluruh Anak Putus Sekolah di Pekanbaru akan Kembali Bersekolah
Kamis 14 Agustus 2025, 11:11 WIB
BMKG: Hujan Lebat Disertai Petir di Sejumlah Wilayah Riau Hari Ini