Wabah Corona Memburuk, Waspada Perekonomian RI 'Terinfeksi'
Minggu 02 Februari 2020, 13:34 WIB
Efek Corona menjalar hingga sektor ekonomi.
berazamcom-Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) resmi mendeklarasikan status darurat atau emergency pada wabah Corona dari Cina. Kebijakan ini diambil karena penyebaran virus terus berlanjut dan pengidapnya sudah ada di 18 negara per Jumat (31/1/2020) lalu.
Dampak virus 2019-ncoV ini merembet ke banyak sektor, termasuk aktivitas bisnis dan perekonomian.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mewanti-wanti soal ini di Gedung DPR RI, Selasa (28/1/2020) lalu. Ia berkaca dari kasus SARS pada 2003 lalu yang tak hanya memengaruhi ekonomi negara asal virus itu, Cina, tapi juga wilayah lain seperti India.
“Ini menggambarkan bahwa risiko itu bisa unpredictable dan very volatile,” katanya. Jika tak diantisipasi, 2019-ncoV itu bisa ikut 'menginfeksi' perekonomian domestik.
Apalagi sebelum Corona mewabah, perekonomian Negeri Tirai Bambu itu sudah mengalami perlambatan. Di kuartal pertama tahun ini, Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi Cina bakal kembali terkoreksi karena lesunya aktivitas bisnis.
Cina kehilangan momentum dorongan dari konsumsi domestik yang seharusnya disumbang tahun baru Imlek.
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Heri Firdaus mengatakan dampak Corona terutama akan terasa pada aktivitas perdagangan Indonesia dengan Cina. Lesunya aktivitas bisnis di sejumlah kota di Cina bisa berimbas pada menurunnya permintaan komoditas non-migas dari Indonesia.
Tak hanya itu, Heri juga menegaskan produksi pasokan barang dan makanan dari negeri itu bisa menurun dan menyebabkan kelangkaan barang. Ujungnya adalah inflasi di Indonesia.
Kalaupun Cina masih bisa berproduksi, mau tidak mau mereka perlu mengetatkan aliran impor untuk menjaga kondisi dalam negeri. “Tiongkok memiliki porsi 15 persen ekonomi dunia. Ini tidak bisa dipandang remeh. Pemerintah Cina harus bertindak cepat,” ucap Heri seperti dilansir dari Tirto, Kamis (31/1/2020).
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan saat ini Indonesia masih bisa 'bernapas' karena pengaruh di sektor riil belum terasa. Namun, pemerintah tetap harus bersiap sebab ada dampak tak langsung di luar perdagangan Indonesia-Cina.
Misalnya, terkoreksinya harga sejumlah komoditas. Akibatnya, ekspor yang dominan disumbang sektor sumber daya alam bisa terpukul dan memperdalam defisit neraca perdagangan.
Di sisi lain, daya beli masyarakat juga berpotensi ikut terpengaruh karena harga komoditas masih memiliki peran signifikan dalam porsi pendapatan masyarakat. “Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi sulit membaik,” ucap Piter dalam keterangan tertulis yang diterima reporter Tirto, Senin (27/1/2020).
Piter juga mencatat wabah Corona telah menimbulkan sentimen negatif di pasar modal. Investor dan pelaku usaha menunjukkan pesimisme dan mulai memindahkan uang ke instrumen dan tempat investasi yang lebih aman. “Akibatnya, aliran modal ke negara-negara berkembang tertahan, termasuk ke Indonesia. Dampaknya pasar modal global memerah, demikian juga dengan pasar modal Indonesia. IHSG merosot dan rupiah melemah,” ucap Piter.
Dampak lainnya yang juga tak bisa diabaikan adalah wisatawan mancanegara yang akan menurun. Merujuk BPS, wisman asal Cina berkontribusi besar terhadap PDB sektor pariwisata.
Meski demikian, ekonom dari Universitas Indonesia Fithra Faisal mengatakan masih ada kabar baik karena Indonesia belum punya porsi besar dalam perdagangan dunia. Jika wabah ini mengguncang perekonomian global, dampaknya tak akan seburuk negara-negara yang mengalami perlambatan ekonomi tahun lalu.
“Kontribusi ekonomi kita masih dari konsumsi, sedangkan perdagangan internasional masih kecil. Ini blessing in disguise,” kata Faisal, Kamis (31/1/2020).
Dari sisi pasar modal, ia membenarkan kalau koreksi indeks saham (IHSG) cukup signifikan karena nilainya berada di bawah 6.000. Namun, ia yakin pasar modal bisa pulih. Hal itu telah dibuktikan Cina setelah mengalami perlambatan ekonomi akibat SARS pada 2002-2003.
Saat itu pertumbuhan ekonomi Cina di kisaran 8 persen, dan melewati 2004 nilainya sudah double digit di kisaran 10-12 persen.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut Bank Dunia selama tahun 2002-2003 tetap tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya, yaitu di kisaran 4,45 dan 4,78 persen. “Tapi ini tergantung bagaimana virus ditangani. Saya yakin Cina sudah belajar dari pengalaman SARS,” ucap Faisal. ***
[]bazm02/sumber:tirto.id
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Rabu 15 Mei 2024
Edy Natar Nasution Kembali Berkomitmen Politik, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PAN Riau
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Berita Terkini
Jumat 17 Mei 2024, 22:20 WIB
Dinkes Siak dan Apkesmi Gelar Webinar, Perkenalkan Program ILP
Jumat 17 Mei 2024, 10:57 WIB
Mahasiswa Hukum UIR Raih Best Speaker di Kontes Duta Wisata Riau 2024
Jumat 17 Mei 2024, 10:53 WIB
UIR Terima Bantuan Dana Pendidikan Sebesar Rp 70 Juta dari Bank Syariah Indonesia
Jumat 17 Mei 2024, 10:48 WIB
Viral! Beredar video Harimau Mati Tertabrak Mobil di Tol Permai, Ternyata Begini Faktanya
Jumat 17 Mei 2024, 10:41 WIB
Kisah Kontroversial Pemanggilan Pejabat Eselon 2 di Pemprov Riau: dari Spekulasi hingga Tersangka
Kamis 16 Mei 2024, 13:18 WIB
Tuhan Sedang Menyapa Kita
Kamis 16 Mei 2024, 07:57 WIB
Konsistensi Syamsuar Dipertanyakan: Dulu Tidak Maju, Sekarang Maju, Harris pun Merasa Tertipu?
Rabu 15 Mei 2024, 15:08 WIB
KPU Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur Jika Maju Pilkada 2024
Rabu 15 Mei 2024, 13:21 WIB
Edy Natar Nasution Kembali Berkomitmen Politik, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PAN Riau
Rabu 15 Mei 2024, 12:15 WIB
Calon Pemimpin Riau Mendatang, Syamsuar Pastikan Maju Gubernur Riau