Bangkinang, berazamcom - Umur Kabupaten Kampar sudah 70 di tahun 2020 ini, namun pukulan telak terhadap pelayanan kesehatan kembali menjadi tamparan bagi Pemerintah Kabupaten dibawah kepimpinan Bupati Kampar H Catur Sugeng Susanto dan Sekretaris Daerah H Yusri. Bagaimana tidak, anak berusia 2 tahun 4 bulan ini harus melawan penyakit yang luar biasa yakni diduga mengidap jantung bocor sejak usia 36 hari. Anak bernama lengkap Nizam Hidayat ini tidak pernah tersentuh oleh pelayanan kesehatan ditempat tinggalnya. Anak dari pasangan dari Catur Setio Utomo dan Zulmita Sari ini harus menjalani pengobatan seadanya bahkan miris mendengar cerita dari sang ayah. "Jantung bocor di VDA pak," ungkap Catur saat dikonfirmasi melalui media sosial miliknya, Selasa (18/02/2020). Dari pengakuan yang disampaikan ayahnya, bahwa Nizam menderita gejala jantung bocor sejak berusia 36 hari dan saat ini berusia 2,4 tahun. "Sejak usia 36 hari pak. Sekarang usia Nizam 2 tahun 4 bulan pak," bebernya. Bahkan yang paling miris mendengar pengakuan dari Catur, bahwa anak yang sangat disayanginya tidak ada mendapatkan sama sekali perhatian dari petugas kesehatan ditingkat desa begitu juga dengan pihak desa. "Tidak ada pak. Pernah saya sampaikan ke pegawai Puskesmas kecamatan hanya di suruh ke rumah sakit aja," ungkapnya lagi. Ia juga sudah pernah menyampaikan kepada pihak desa, namun tidak pernah ada respon sama sekali. "Kami sampaikan sudah lama pak. Dari desa tidak perhatian sama sekali," kata Catur. "Memang jarang di perhatikan orang sakit di desa kami pak, bahkan ada yang terbaring bertahun-tahun tapi tidak ada upaya dari desa untuk bawa kerumah sakit," sebutnya. Nizam merupakan warga Desa Bina Baru, Kecamatan Kampar Kiri Tengah yang dibawa langsung oleh Anggota DPR RI H Syahrul Aidi ke Jakarta untuk diobati pada hari Ahad (16/02/2020) kemarin. Apa yang dialami oleh Nizam ini sungguh sangat tragis ditengah evorialnya bupati Kampar mendapatkan penghargaan dan pengesahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kabupaten Kampar tahun 2020 ini mencapai 2 triliyun lebih. Bahkan bukan petugas kesehatan ataupun pihak desa yang peduli langsung membawa Nizar untuk berobat. Sungguh sangat miris melihat potret pemerintahan saat ini. Apalagi saat ini, mulai dari Bupati, Forkominda dan Sekretaris Daerah sibuk menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) kecamatan. Sejak Riska, Marwan bukan dinas kesehatan yang membawa langsung berobat akan tetapi pihak TNI dari Koramil setempat barulah, bupati Kampar merespon dan mendatangi langsung ke rumah dan rumah sakit tempat dimana mereka di rawat. Kali ini lebih miris dan menyayat hati, bagaimana tidak perasaan seorang ayah dan ibu yang mana anaknya di usia balita harus berjuang melawan penyakit jantung bocor, tapi tidak tersentuh sama sekali bahkan terkesan diabaikan.*rif