Jepang Resmi Cabut Status Darurat Corona
Selasa 26 Mei 2020, 06:12 WIB

Jakarta, berazamcom -- Jepang telah resmi mencabut status darurat nasional pandemi virus corona, Senin (25/5). Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengumumkan hal tersebut melalui siaran di televisi nasional.
"Kami memiliki kriteria yang amat ketat untuk mencabut status darurat. Kami telah menilai bahwa kami mencapai kriteria ini," kata Abe.
Dibandingkan dengan area terdampak lain yang lebih parah di Eropa, Amerika Serikat, Rusia, dan Brazil, Jepang memiliki kondisi yang lebih baik. Jepang tercatat memiliki 16.581 kasus infeksi dengan 830 kematian.
Pada 7 April lalu ketika grafik kasus mulai menanjak dan masyarakat Jepang khawatir terkait sistem kesehatan mereka, Abe menetapkan status darurat untuk Tokyo dan enam wilayah lainnya, yang kemudian meluas hingga seluruh negeri.
Pusat bisnis dan sekolah dipaksa untuk tutup dan masyarakat wajib tetap berada di rumah. Namun lockdown Jepang terbilang lebih lunak dibandingkan negara lainnya dan tak ada hukuman bagi pelanggar.
Sebagian besar masyarakat Jepang mematuhi perintah untuk menahan diri tetap di rumah dengan konsekuensi jalanan sibuk Tokyo berubah menjadi sunyi.
Dengan kebijakan lockdown tersebut, jumlah infeksi baru telah jatuh dari puncak sekitar 700 kasus per hari menjadi puluhan secara nasional.
Status darurat sebenarnya mulai dilonggarkan sejak pekan lalu, namun pemerintah memilih menunggu sembari mengamati situasi di kawasan Tokyo dan sekitarnya, begitu juga Hokkaido, sebagai kawasan paling terdampak.
Abe memuji keberhasilan Jepang dalam melandaikan kurva kasus virus corona Covid-19, dan mengatakan negara tersebut "mampu menunjukkan kekuatan dari yang disebut gaya Jepang".
Namun dia memperingatkan masyarakat harus mengadaptasi diri ke kehidupan "new normal" dan tetap menghindari "3 C" yaitu closed space atau ruang tertutup, crowded place atau ruang ramai, dan close contact atau kontak jarak dekat.
"Bila kita melonggarkan perlindungan kita, infeksi akan menyebar amat cepat.. kita perlu waspada," kata Abe.
"Kita perlu menciptakan gaya hidup baru, dari saat ini kita perlu mengganti cara pikir kita," lanjutnya.
AFP menyebut belum ada alasan pasti Jepang bisa memiliki kasus Covid-19 tidak separah negara sebanding dengannya di dunia.
Sejumlah dugaan dari kebiasaan masyarakat Jepang disebut menguntungkan mereka dalam mencegah penyebaran pandemi, seperti kebiasaan higienis dan sistem kesehatan yang amat baik, kebiasaan melepas sepatu kala masuk ruangan, dan menunduk alih-alih berjabat tangan atau berciuman.
Namun para analis sepakat kebiasaan tersebut tidak bisa dijadikan patokan parameter keberhasilan Jepang.
Jepang juga sempat disorot karena terhitung negara dengan angka pengecekan Covid-19 yang rendah, sekitar 270 ribu. Angka itu menjadi tingkat per kapita terendah dalam kelompok tujuh negara maju menurut Worldometer.
Pemerintah Jepang bersikeras bahwa pengujian massal tidak pernah menjadi bagian dalam rencana penanganan pandemi mereka.
"Kami memiliki kriteria yang amat ketat untuk mencabut status darurat. Kami telah menilai bahwa kami mencapai kriteria ini," kata Abe.
Dibandingkan dengan area terdampak lain yang lebih parah di Eropa, Amerika Serikat, Rusia, dan Brazil, Jepang memiliki kondisi yang lebih baik. Jepang tercatat memiliki 16.581 kasus infeksi dengan 830 kematian.
Pada 7 April lalu ketika grafik kasus mulai menanjak dan masyarakat Jepang khawatir terkait sistem kesehatan mereka, Abe menetapkan status darurat untuk Tokyo dan enam wilayah lainnya, yang kemudian meluas hingga seluruh negeri.
Pusat bisnis dan sekolah dipaksa untuk tutup dan masyarakat wajib tetap berada di rumah. Namun lockdown Jepang terbilang lebih lunak dibandingkan negara lainnya dan tak ada hukuman bagi pelanggar.
Sebagian besar masyarakat Jepang mematuhi perintah untuk menahan diri tetap di rumah dengan konsekuensi jalanan sibuk Tokyo berubah menjadi sunyi.
Dengan kebijakan lockdown tersebut, jumlah infeksi baru telah jatuh dari puncak sekitar 700 kasus per hari menjadi puluhan secara nasional.
Status darurat sebenarnya mulai dilonggarkan sejak pekan lalu, namun pemerintah memilih menunggu sembari mengamati situasi di kawasan Tokyo dan sekitarnya, begitu juga Hokkaido, sebagai kawasan paling terdampak.
Abe memuji keberhasilan Jepang dalam melandaikan kurva kasus virus corona Covid-19, dan mengatakan negara tersebut "mampu menunjukkan kekuatan dari yang disebut gaya Jepang".
Namun dia memperingatkan masyarakat harus mengadaptasi diri ke kehidupan "new normal" dan tetap menghindari "3 C" yaitu closed space atau ruang tertutup, crowded place atau ruang ramai, dan close contact atau kontak jarak dekat.
"Bila kita melonggarkan perlindungan kita, infeksi akan menyebar amat cepat.. kita perlu waspada," kata Abe.
"Kita perlu menciptakan gaya hidup baru, dari saat ini kita perlu mengganti cara pikir kita," lanjutnya.
AFP menyebut belum ada alasan pasti Jepang bisa memiliki kasus Covid-19 tidak separah negara sebanding dengannya di dunia.
Sejumlah dugaan dari kebiasaan masyarakat Jepang disebut menguntungkan mereka dalam mencegah penyebaran pandemi, seperti kebiasaan higienis dan sistem kesehatan yang amat baik, kebiasaan melepas sepatu kala masuk ruangan, dan menunduk alih-alih berjabat tangan atau berciuman.
Namun para analis sepakat kebiasaan tersebut tidak bisa dijadikan patokan parameter keberhasilan Jepang.
Jepang juga sempat disorot karena terhitung negara dengan angka pengecekan Covid-19 yang rendah, sekitar 270 ribu. Angka itu menjadi tingkat per kapita terendah dalam kelompok tujuh negara maju menurut Worldometer.
Pemerintah Jepang bersikeras bahwa pengujian massal tidak pernah menjadi bagian dalam rencana penanganan pandemi mereka.
Namun pengujian ditingkatkan dalam beberapa pekan terakhir karena kekhawatiran akan peluang terjadinya gelombang baru yang bisa membuyarkan rencana sebelumnya.*
[]bazm-13
sumber: cnnindonesia.com
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: [email protected]
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Jumat 18 Juli 2025
Ponpes Al-Muslimun Gelar Wisuda Tahfidz 30 Juz Angkatan ke-V dan Pekan Ta'aruf Santri Baru Tahun Pelajaran 2025/2026
Rabu 21 Mei 2025
Mengukir Jalan Menuju Puncak: Admiral dan Harapan Baru Universitas Islam Riau
Kamis 13 Maret 2025
PT RAPP dan JMSI Riau Gelar Buka Puasa Bersama, Perkuat Sinergi dengan Media
Sabtu 14 September 2024
Soliditas PPP Pekanbaru Ditegaskan untuk Menangkan Edy Nasution-Dastrayani Bibra
Jumat 13 September 2024
Deklarasi Pasangan PATEN di Pekanbaru: 20.000 Kupon Diperkirakan Habis Menjelang Sabtu
Jumat 13 September 2024
Tampilkan Lima Pakar Perikanan Asing, Seminar ISFM XIII FPK Unri Berlangsung Sukses
Selasa 10 September 2024
PATEN, Balon Walikota Edy Nasution Orang Pertama Hadir di Polresta Pekanbaru
Sabtu 07 September 2024
Dr Mexsaxai Indra SH MH: Forum Warek Akademik BKS-PTN Barat Bahas Percepatan Menuju World Class University
Jumat 30 Agustus 2024
Pasangan Edy Natar-Dastriani Bibra 'Berlayar' di Pilkada Pekanbaru Meski Ada Perubahan Dukungan
Senin 19 Agustus 2024
Pilkada Serentak, Momentum Mahasiswa Laksanakan Tugas Sebagai Agen Perubahan
Berita Terkini
Selasa 12 Agustus 2025, 17:35 WIB
Ketua Kwarda Riau Terpilih Bersama Dispora Tinjau Buper Pusdiklatda
Selasa 12 Agustus 2025, 17:16 WIB
Semarak HUT ke-80 RI, PJS Sibolga dan Polres Tapteng Bagikan Bendera Merah Putih
Selasa 12 Agustus 2025, 11:54 WIB
Masjid Paripurna Agung Arrahman Raih Penghargaan “Masjid Bersejarah Inovatif” di Jakarta
Selasa 12 Agustus 2025, 09:48 WIB
BMKG: Sebagian Wilayah Riau Berpotensi Diguyur Hujan Hari Ini
Selasa 12 Agustus 2025, 09:36 WIB
Digelar Selama 4 Hari, Pekan Budaya Melayu Serumpun Sedot Lebih dari 60 Ribu Pengunjung
Selasa 12 Agustus 2025, 08:52 WIB
Lantik 36 Pejabat Eselon III dan IV, Ini Pesan Tegas Walikota Agung Nugroho
Senin 11 Agustus 2025, 14:29 WIB
Gubri Abdul Wahid Kukuhkan Evenri Sihombing Sebagai Kepala BPKP Perwakilan Riau
Senin 11 Agustus 2025, 11:01 WIB
BMKG: Hujan Masih Berpotensi Mengguyur Sebagian Wilayah Riau Hari Ini
Senin 11 Agustus 2025, 10:49 WIB
Ini 15 Rekomendasi Hasil Musyawarah V Lembaga Adat Rumpun Melayu se-Sumatera
Senin 11 Agustus 2025, 10:10 WIB
Melayu Tetap Bersinar, Pekan Budaya Serumpun Riau 2025 Resmi Ditutup