Salip Inggris, Angka Kematian Brasil Tertinggi Kedua di Dunia
Sabtu 13 Juni 2020, 09:48 WIB

Jakarta, berazamcom -- Brasil menempati posisi kedua dengan angka kematian kasus covid-19 atau corona tertinggi di dunia. Posisi ini tadinya dipegang Inggris.
Jumlah kasus meninggal di Brasil kini mencapai 41.901 orang. Dengan total kasus positif sebanyak 829.902 orang, dan kasus sembuh sebanyak 396.692 kasus.
Mengutip AFP pada Sabtu (13/6), Kementerian Kesehatan Brazil mencatat penambahan kasus meninggal hingga 909 orang dalam 24 jam terakhir.
Para ahli menduga jumlah kasus positif di Brasil sesungguhnya lebih besar daripada angka yang dikonfirmasi.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro bersikap longgar dengan virus corona, dan menganggap wabah sebagai "flu ringan". Ia bahkan memarahi pejabat negara yang menyerukan lockdown di negara Amerika Latin itu.
Setidaknya 1,5 juta kasus positif ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan. Sekitar 70 ribu di antaranya meninggal dunia tanpa perlambatan gejala.
Inggris kini berada di posisi ketiga dunia dengan jumlah kasus meninggal tertinggi, yakni sebanyak 41.481 orang, dan kasus positif sebanyak 292.950 orang.
Posisi pertama hingga saat ini masih dipegang Amerika Serikat dengan 116.825 kasus meninggal, 2.116.922 kasus positif, dan 841.934 kasus sembuh.
"Penting bagi kita untuk mengingat bahwa situasi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dan bahwa pandemi belum berakhir," ujar Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, Robert Redfield pada konferensi pers Jumat (12/6) kemarin.
Krisis kesehatan di Amerika Serikat dan Eropa berujung pada krisis ekonomi yang kian terpuruk. Setidaknya 44,2 juta orang di AS telah mengajukan klaim tunjangan pengangguran sejak pertengahan Maret.
Produk Domestik Bruto Inggris tercatat minus hingga 20,4 persen pada April lalu. Beberapa negara di Eropa bahkan membawa perdebatan krisis keuangan dan kesehatan global hingga ke meja hijau.
Salah satunya ditemukan di Italia. Dibalik sidang, jaksa mempertanyakan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte atas langkahnya menghadapi wabah.
Pihak berwenang kini tengah menyelidiki kenapa pemerintah Italia tidak menetapkan zona merah lebih cepat pada dua kota di wilayah Lombardy.
Kemudian di provinsi Bergamo, 50 anggota keluarga korban corona mengajukan keluhan terkait penanganan krisis oleh pemerintah ke meja hijau.
"Semua penyelidikan dipersilahkan. Warga memiliki hak untuk tahu dan kami memiliki hak untuk menjawab," ungkap Conte merespon rentetan tuntutan warganya.
Dibalik rentetan krisis yang diterpa, negara-negara Eropa mulai mendorong akhir dari lockdown. Awal pekan ini Komisi Uni Eropa pun mendesak agar pelonggaran pembatasan dilakukan.
Sejumlah negara sudah bersiap menuju tatanan hidup baru. Prancis menyatakan akan membuka kembali wilayah perbatasan negaranya mulai 1 Juli.
Yunani bakal mulai menerima wisatawan, kecuali yang berasal dari Inggris. Wisatawan dari Italia, Spanyol dan Belanda harus menjalani tes saat kedatangan.
Kemudian Jerman akan mengakhiri pemeriksaan perbatasan darat pekan depan. Dan Italia akan mengizinkan kegiatan olahraga yang memungkinkan kontak mulai 25 Juni.
Kendati demikian, Ketua Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan pertarungan dengan wabah belum berakhir. Terlebih karena masih ada penambahan kasus.
"Kebanyakan orang tetap rentan terhadap virus ini dan ancaman kebangkitan tetap sangat nyata," ujarnya.
Misalnya di India, dimana didapati kasus positif sebanyak 297.535 orang, dengan 8.498 kasus meninggal dan 147.195 kasus sembuh.
Para ahli di sana mengingatkan bahwa negara ini masih jauh dari puncak wabah. Angka kasus meninggal di New Delhi pun sempat diduga dua kali lebih tinggi dari hitungan resmi pemerintah.
Beijing, China kemarin juga menyatakan menunda aktivitas sekolah dasar karena munculnya tiga kasus baru pada pekan ini. Padahal kasus corona di Beijing sempat landai dalam dua bulan terakhir.
Jumlah kasus meninggal di Brasil kini mencapai 41.901 orang. Dengan total kasus positif sebanyak 829.902 orang, dan kasus sembuh sebanyak 396.692 kasus.
Mengutip AFP pada Sabtu (13/6), Kementerian Kesehatan Brazil mencatat penambahan kasus meninggal hingga 909 orang dalam 24 jam terakhir.
Para ahli menduga jumlah kasus positif di Brasil sesungguhnya lebih besar daripada angka yang dikonfirmasi.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro bersikap longgar dengan virus corona, dan menganggap wabah sebagai "flu ringan". Ia bahkan memarahi pejabat negara yang menyerukan lockdown di negara Amerika Latin itu.
Setidaknya 1,5 juta kasus positif ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan. Sekitar 70 ribu di antaranya meninggal dunia tanpa perlambatan gejala.
Inggris kini berada di posisi ketiga dunia dengan jumlah kasus meninggal tertinggi, yakni sebanyak 41.481 orang, dan kasus positif sebanyak 292.950 orang.
Posisi pertama hingga saat ini masih dipegang Amerika Serikat dengan 116.825 kasus meninggal, 2.116.922 kasus positif, dan 841.934 kasus sembuh.
"Penting bagi kita untuk mengingat bahwa situasi ini belum pernah terjadi sebelumnya. Dan bahwa pandemi belum berakhir," ujar Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, Robert Redfield pada konferensi pers Jumat (12/6) kemarin.
Krisis kesehatan di Amerika Serikat dan Eropa berujung pada krisis ekonomi yang kian terpuruk. Setidaknya 44,2 juta orang di AS telah mengajukan klaim tunjangan pengangguran sejak pertengahan Maret.
Produk Domestik Bruto Inggris tercatat minus hingga 20,4 persen pada April lalu. Beberapa negara di Eropa bahkan membawa perdebatan krisis keuangan dan kesehatan global hingga ke meja hijau.
Salah satunya ditemukan di Italia. Dibalik sidang, jaksa mempertanyakan Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte atas langkahnya menghadapi wabah.
Pihak berwenang kini tengah menyelidiki kenapa pemerintah Italia tidak menetapkan zona merah lebih cepat pada dua kota di wilayah Lombardy.
Kemudian di provinsi Bergamo, 50 anggota keluarga korban corona mengajukan keluhan terkait penanganan krisis oleh pemerintah ke meja hijau.
"Semua penyelidikan dipersilahkan. Warga memiliki hak untuk tahu dan kami memiliki hak untuk menjawab," ungkap Conte merespon rentetan tuntutan warganya.
Dibalik rentetan krisis yang diterpa, negara-negara Eropa mulai mendorong akhir dari lockdown. Awal pekan ini Komisi Uni Eropa pun mendesak agar pelonggaran pembatasan dilakukan.
Sejumlah negara sudah bersiap menuju tatanan hidup baru. Prancis menyatakan akan membuka kembali wilayah perbatasan negaranya mulai 1 Juli.
Yunani bakal mulai menerima wisatawan, kecuali yang berasal dari Inggris. Wisatawan dari Italia, Spanyol dan Belanda harus menjalani tes saat kedatangan.
Kemudian Jerman akan mengakhiri pemeriksaan perbatasan darat pekan depan. Dan Italia akan mengizinkan kegiatan olahraga yang memungkinkan kontak mulai 25 Juni.
Kendati demikian, Ketua Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan pertarungan dengan wabah belum berakhir. Terlebih karena masih ada penambahan kasus.
"Kebanyakan orang tetap rentan terhadap virus ini dan ancaman kebangkitan tetap sangat nyata," ujarnya.
Misalnya di India, dimana didapati kasus positif sebanyak 297.535 orang, dengan 8.498 kasus meninggal dan 147.195 kasus sembuh.
Para ahli di sana mengingatkan bahwa negara ini masih jauh dari puncak wabah. Angka kasus meninggal di New Delhi pun sempat diduga dua kali lebih tinggi dari hitungan resmi pemerintah.
Beijing, China kemarin juga menyatakan menunda aktivitas sekolah dasar karena munculnya tiga kasus baru pada pekan ini. Padahal kasus corona di Beijing sempat landai dalam dua bulan terakhir.
Kasus corona di dunia hingga kini mencapai 7.273.958 kasus. Dengan jumlah kematian mencapai 413.372 kasus.*
[]bazm-13
sumber: CNN Indonesia.com
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: [email protected]
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Jumat 18 Juli 2025
Ponpes Al-Muslimun Gelar Wisuda Tahfidz 30 Juz Angkatan ke-V dan Pekan Ta'aruf Santri Baru Tahun Pelajaran 2025/2026
Rabu 21 Mei 2025
Mengukir Jalan Menuju Puncak: Admiral dan Harapan Baru Universitas Islam Riau
Kamis 13 Maret 2025
PT RAPP dan JMSI Riau Gelar Buka Puasa Bersama, Perkuat Sinergi dengan Media
Sabtu 14 September 2024
Soliditas PPP Pekanbaru Ditegaskan untuk Menangkan Edy Nasution-Dastrayani Bibra
Jumat 13 September 2024
Deklarasi Pasangan PATEN di Pekanbaru: 20.000 Kupon Diperkirakan Habis Menjelang Sabtu
Jumat 13 September 2024
Tampilkan Lima Pakar Perikanan Asing, Seminar ISFM XIII FPK Unri Berlangsung Sukses
Selasa 10 September 2024
PATEN, Balon Walikota Edy Nasution Orang Pertama Hadir di Polresta Pekanbaru
Sabtu 07 September 2024
Dr Mexsaxai Indra SH MH: Forum Warek Akademik BKS-PTN Barat Bahas Percepatan Menuju World Class University
Jumat 30 Agustus 2024
Pasangan Edy Natar-Dastriani Bibra 'Berlayar' di Pilkada Pekanbaru Meski Ada Perubahan Dukungan
Senin 19 Agustus 2024
Pilkada Serentak, Momentum Mahasiswa Laksanakan Tugas Sebagai Agen Perubahan
Berita Terkini
Minggu 10 Agustus 2025, 20:45 WIB
Doa untuk Almarhumah Hj Basyariah Dipanjatkan Sebelum Laga Final Piala Ketua PSSI Rohil
Sabtu 09 Agustus 2025, 18:04 WIB
Kasus Hondro Memanas, Massa Geruduk Polda Riau, Polisi Buka Suara
Sabtu 09 Agustus 2025, 11:53 WIB
Apel Peringatan Hari Jadi Provinsi Riau ke-68, Gubernur Abdul Wahid: Mari Jaga Marwah Melayu dan Majukan Daerah
Sabtu 09 Agustus 2025, 09:10 WIB
Menteri Kebudayaan Fadli Zon Secara Resmi Buka Pekan Budaya Melayu Serumpun
Jumat 08 Agustus 2025, 19:21 WIB
PJS Berduka, Waka DPD PJS Babel Diduga Dibunuh, Jasad Dibuang ke Sumur Kebun
Jumat 08 Agustus 2025, 10:06 WIB
Pasca Munas II, PJS Perkuat Konsolidasi Umumkan Kepengurusan Baru
Jumat 08 Agustus 2025, 10:02 WIB
Pemprov Riau Teken MoU Program Satu Data Dengan BPS RI
Jumat 08 Agustus 2025, 09:57 WIB
Malam Bujang Dara 2025, Ini Pesan Guri Abdul Wahid Kepada Anak Muda Riau
Jumat 08 Agustus 2025, 09:51 WIB
Sekolah Rakyat Menengah Atas Riau Siap Diresmikan 15 Agustus
Kamis 07 Agustus 2025, 17:16 WIB
Wakil Bupati Jhoni Charles Imbau Datuk/Datin dan Lurah Jaga Kebersihan serta Tingkatkan Pelayanan Kantor