Jumat, 26 April 2024

Breaking News

  • Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024, Ini Kata Orang BI   ●   
  • Andi Rahman Desak Pemerintah Segera Tuntaskan Pembayaran Lahan Tol Pekanbaru -Padang   ●   
  • Brigjend TNI Edy Natar Nasution Mendaftar sebagai Balon Gubri di Kantor PDIP Riau   ●   
  • MTQ Ke-42 Tingkat Provinsi Riau, Kota Pekanbaru Raih Juara Pertama Cabang Fahmil Qur’an Putri   ●   
  • Serius Maju dalam Pilgubri 2024: Edy Natar Nasution Sudah Ketemu Sekjen DPP NasDem & Ketua DPW Nasdem Riau   ●   
Jangan Abaikan Protokol Kesehatan Kalau Tak Mau Dikuburkan Disini
Senin 30 November 2020, 15:37 WIB
Keluarga pasien Covid-19 sedang menziarahi keluarganya ketika Agus dan rekannya menguburkan pasien Covid-19 yang baru datang usai turunnya hujan.

Pekanbaru,berazamcom - Jarum jam menunjukkan pukul 17.15. Rintik hujan baru saja usai membasahi bumi. Sudah sepekan lebih Pekanbaru diguyur hujan. Tanpa kenal waktu baik siang maupun malam hari. Bahkan disertai angin kencang plus sahutan suara petir. Suasana yang amat mendukung bagi insan manusia untuk merebahkan tubuh, melepas segala penat. Atau duduk manis menikmati gorengan dan teh panas.

Berbeda dengan orang lainnya, Agus Purnomo justru tetap bersiap ditempat kerjanya Tempat Pemakaman Umum (TPU) untuk mengubur mayat. Barusan dia ditelpon karena pasien Covid-19 yang meninggal akan segera dikuburkan sore itu juga.

Suara di seberang telepon pintarnya meminta Agus untuk tetap di TPU. Padahal rasa dingin dibadan belum bisa hilang. Yang terbersit di benaknya hanyalah secepatnya bersiap demi menjalankan tugas mulia. Pria berusia 41 tahun itu secepat kilat berganti pakaian. Mantel hujan yang tadi dikenakan dilepaskannya.

Lelaki berperawakan sedang ini langsung mengambil air mineral dan meneguknya habis untuk
menghilangkan dahaga lalu menyalakan sebatang rokok. Kemudian ia ambil pacul atau cangkul dan
diletakannya disamping lubang kubur.

Lebih kurang 30 menit, Agus menunggu kedatangan jenazah di komplek TPU Tengku Mahmud, Jalan Tengku Mahmud, Kelurahan Maharani, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, Riau itu. Di komplek makam seluas lebih kurang 10 hektare milik Pemko Pekanbaru inilah tempat Agus menggantungkan hidup. Merenda asa, untuk tetap bisa menghidupi seorang buah hatinya yang masih balita.

Komplek pemakaman itu terbagi dua lahan. Satu lahan merupakan makam pindahan dari makam di
tengah kota yang jumlahnya ribuan. Sementara itu, di lokasi lahan di hamparan yang sama
disiapkan oleh pemko Pekanbaru lahan untuk pemakaman pasien Covid-19. Agus bekerja sebagai penggali kuburan di TPU tersebut bersama empat rekannya.

Sang koordinator langsung memerintahkan Agus untuk terus bersiap diri. "Sore ini ada pasien
Covid-19 yang akan dimakamkan. Ayo kita bersiap. Karena ada satu jenazah yang akan kita kubur,
kerja kita agak berat karena baru saja hujan. Jadi agak licin. Hati-hati," kata sang koordinator Subhan Zein memberikan intruksi.

Diterangi penerangan langit yang mulai gelap, lima penggali kubur mulai menjalankan tugasnya. Rintik hujan yang kembali datang tak mereka hiraukan. Keringat bercampur air hujan membasahi tubuh mereka. Tak sedikitpun keluar keluhan dari mulut kelimanya.

Jam kerjanya tak beraturan paska pandemi Covid-19 yang sejak 8 bulan lebih menghampiri Kota Madani Pekanbaru. Mimpi untuk bisa istirahat sambil makan gorengan dan minum teh panas sore itu di rumah bersama istri dan sang buah hati terasa jauh dari angan. Kapan ada perintah, siap tidak siap harus siap. Mereka tak punya pilihan. "Saya sudah sejak tahun 2012 kerja sebagai penggali makam di TPU ini. Status tenaga honor di bawah naungan Pemko Pekanbaru," ujar Agus, Sabtu, 28 November 2020.

Dari hanya penggali makam konvensional, namum sejak pandemi Covid-19 beban tambahan ditumpukan dipundaknya. Begitu pandemi covid-19 makan korban, saat itu jugalah tugasnya semakin berat. "Mulai April kita sudah ditugaskan menggali makam untuk pasien Covid-19 yang meninggal dunia," tuturnya.

Agus bekerja tidak sendiri. Dia bersama empat rekannya menjadi garda terdepan penutup fardu
kifayah. Banyak suka maupun duka. "Awalnya berat. Jam kerja tidak tentu. Bisa pagi, siang, jelang magrib, tengah malam bahkan subuh. Hujan panas tak ada dalam kamus kami. Jauh beda dengan ketika menjadi penggali kubur biasa," ujar Agus.

Agus menyebutkan, lima anggota timnya, tiga orang diantaranya berstatus honor. Termasuk
dirinya. Sedangkan dua orang berstatus Aparatur sipil negara (ASN) bergolongan satu di bawah naungan Dinas Perumahan dan Pemukiman Pekanbaru.

Sebagai honorer, gaji Agus Rp72.000 per hari dan dibayarkan per bulan. Sekitar Rp 2.100.000 perbulan. Namun, selama Covid-19, bersama dua rekannya sesama honorer dia juga menerima insentif diluar gaji bulanan dari Pemko Pekanbaru. "Alhamdulillah, lumayanlah buat nambah-nambah pendapatan," katanya.

Agus juga berkisah pengalamannya selama menjadi penggali makam pasien Covid-19. Komposisi duka lebih banyak dibandingkan suka. Dulu tak jarang dirinya bersama rekan-rekanya mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari ahli waris. Ada ahli waris yang histeris. "Sering kena maki, sasaran amukan ahli waris yang tidak terima keluarganya dikubur dengan protokol Covid-19. Mereka pikir kita orang rumah sakit. Padahal kita hanya menguburkan saja. Tetapi sekarang tidak lagi karena mungkin sekarang ahli waris sudah banyak yang mengerti. Jadi ya kami sudah nyaman bekerja. Bahkan suasana pemakaman khusus Covid-19 sudah seperti perkuburan biasa saja, Tak mencekam lagi seperti diawal-awal kasus ini muncul," kata Agus.

Perlakuan yang diterima Agus dan rekan-rekannya dulu diterimanya dengan ikhlas. Karena mereka
menyadari psikologi yang dihadapi ahli waris. "Kita paham perasaan mereka. Ada yang tidak
percaya keluarganya meninggal karena Covid-19. Kalau kita di posisi mereka juga mungkin seperti
itu," ulas Agus.

Belum lagi cuaca alam yang tak bisa ditebak. Adakalanya ketika sedang menggali makam, hujan
deras turun. Sementara tempat berteduh tidak ada. Paling-paling berlidung dibawah pohon menggunakan mantel hujan. Alhasil mereka tetap melanjutkan pekerjaan di bawah guyuran hujan deras. Bagi saya, menggali kubur tidak hanya semata-mata untuk mencari nafkah saja, tapi lebih dari itu adalah sebagai ladang amal saya untuk bekal di akhirat nanti. Semoga Allah senantiasa memberi kesehatan kepada kami, melindungi kami dan memberikan kami pahala," harap Agus diamini rekan-rekannya.

Namun Agus juga berpesan, patuhilah protokol kesehatan kemana pun bepergian dan melakukan aktivitas apa pun. Virus ini tak nampak tapi nyata adanya. "Jangan sampai kita dan keluarga kita terkena virus ini. Jangan abaikan protokol kesehatan terutama 4M, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan kalau tak mau dikuburkan disini," pesan Agus.*

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 


About Us

Berazamcom, merupakan media cyber berkantor pusat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Indonesia. Didirikan oleh kaum muda intelek yang memiliki gagasan, pemikiran dan integritas untuk demokrasi, dan pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Kata berazam dikonotasikan dengan berniat, berkehendak, berkomitmen dan istiqomah dalam bersikap, berperilaku dan berperbuatan. Satu kata antara hati dengan mulut. Antara mulut dengan perilaku. Selengkapnya



Alamat Perusahaan

Alamat Redaksi

Perkantoran Grand Sudirman
Blok B-10 Pekanbaru Riau, Indonesia
  redaksi.berazam@gmail.com
  0761-3230
  www.berazam.com
Copyright © 2021 berazam.com - All Rights Reserved
Scroll to top