Stasiun Radio Afghanistan Tutup Karena Diancam Taliban
Rabu 17 Juli 2019, 08:02 WIB
Ilustrasi anggota Taliban di Afghanistan.
Jakarta, berazamcom -- Sebuah stasiun radio di Afghanistan, Samaa, terpaksa ditutup. Menurut sang direktur, Ramez Azimi, dia memutuskan menutup stasiun radio itu karena diancam oleh kelompok Taliban.
Seperti dilansir Associated Press, Selasa (16/7), Azimi menyatakan ancaman serangan itu disampaikan secara tertulis dan melalui telepon ke kantornya di Provinsi Ghazni. Keduanya disebut disampaikan oleh komandan Taliban setempat.
Menurut Azimi, Taliban mengancam akan menyerang mereka jika tidak menutup stasiun radio itu dengan alasan 16 pegawainya merupakan perempuan. Taliban dikenal melarang perempuan bekerja dan menempuh pendidikan.
Azimi menyatakan stasiun radio itu ditutup sejak empat hari lalu. Namun, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, membantah kabar itu.
Kelompok Taliban serta sejumlah tokoh Afghanistan dan Amerika Serikat pekan lali kembali mengadakan perundingan damai di Qatar. Mereka menyatakan berjanji akan menjamin hak-hak perempuan asal sesuai syariat Islam.
Perundingan damai Taliban dan Amerika Serikat pun kembali dilanjutkan. Mereka bakal bernegosiasi terkait dengan solusi politik untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung selama 18 tahun.
Amerika Serikat menyerbu Afghanistan pada 2001, tidak lama setelah peristiwa serangan gedung World Trade Center pada 9 September 2001. Mereka menuduh Taliban menampung kelompok Al Qaidah yang saat itu dipimpin Osama bin Laden untuk merancang serangan ke AS.
AS lantas menggandeng Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk menggempur Taliban. Pemerintahan Taliban tumbang dan mereka menyingkir ke kawasan pegunungan.
Meski demikian, perlawanan Taliban terhadap AS tidak mengendur. Perlahan mereka memperluas wilayah kekuasaan dan pengaruh.
Seperti dilansir Associated Press, Selasa (16/7), Azimi menyatakan ancaman serangan itu disampaikan secara tertulis dan melalui telepon ke kantornya di Provinsi Ghazni. Keduanya disebut disampaikan oleh komandan Taliban setempat.
Menurut Azimi, Taliban mengancam akan menyerang mereka jika tidak menutup stasiun radio itu dengan alasan 16 pegawainya merupakan perempuan. Taliban dikenal melarang perempuan bekerja dan menempuh pendidikan.
Azimi menyatakan stasiun radio itu ditutup sejak empat hari lalu. Namun, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, membantah kabar itu.
Kelompok Taliban serta sejumlah tokoh Afghanistan dan Amerika Serikat pekan lali kembali mengadakan perundingan damai di Qatar. Mereka menyatakan berjanji akan menjamin hak-hak perempuan asal sesuai syariat Islam.
Perundingan damai Taliban dan Amerika Serikat pun kembali dilanjutkan. Mereka bakal bernegosiasi terkait dengan solusi politik untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung selama 18 tahun.
Amerika Serikat menyerbu Afghanistan pada 2001, tidak lama setelah peristiwa serangan gedung World Trade Center pada 9 September 2001. Mereka menuduh Taliban menampung kelompok Al Qaidah yang saat itu dipimpin Osama bin Laden untuk merancang serangan ke AS.
AS lantas menggandeng Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk menggempur Taliban. Pemerintahan Taliban tumbang dan mereka menyingkir ke kawasan pegunungan.
Meski demikian, perlawanan Taliban terhadap AS tidak mengendur. Perlahan mereka memperluas wilayah kekuasaan dan pengaruh.
Presiden Donald Trump memutuskan bakal menarik pasukan dari Afghanistan tahun ini. Dia beralasan perang itu sudah tidak masuk akal karena menyedot anggaran cukup besar dan menewaskan ribuan prajurit AS.*
[]bazm-13
sumber: CNN Indonesia.com
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Rabu 15 Mei 2024
Edy Natar Nasution Kembali Berkomitmen Politik, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PAN Riau
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Berita Terkini
Sabtu 18 Mei 2024, 19:28 WIB
Ketua DPC PJS Kota Palembang Soroti Pembangunan Terminal Batubara Kramasan
Sabtu 18 Mei 2024, 18:10 WIB
Pernyataan Wan Abu Bakar Berpotensi Primordialisme, Tokoh Riau Edy Natar Nasution Angkat Bicara
Jumat 17 Mei 2024, 22:20 WIB
Dinkes Siak dan Apkesmi Gelar Webinar, Perkenalkan Program ILP
Jumat 17 Mei 2024, 10:57 WIB
Mahasiswa Hukum UIR Raih Best Speaker di Kontes Duta Wisata Riau 2024
Jumat 17 Mei 2024, 10:53 WIB
UIR Terima Bantuan Dana Pendidikan Sebesar Rp 70 Juta dari Bank Syariah Indonesia
Jumat 17 Mei 2024, 10:48 WIB
Viral! Beredar video Harimau Mati Tertabrak Mobil di Tol Permai, Ternyata Begini Faktanya
Jumat 17 Mei 2024, 10:41 WIB
Kisah Kontroversial Pemanggilan Pejabat Eselon 2 di Pemprov Riau: dari Spekulasi hingga Tersangka
Kamis 16 Mei 2024, 13:18 WIB
Tuhan Sedang Menyapa Kita
Kamis 16 Mei 2024, 07:57 WIB
Konsistensi Syamsuar Dipertanyakan: Dulu Tidak Maju, Sekarang Maju, Harris pun Merasa Tertipu?
Rabu 15 Mei 2024, 15:08 WIB
KPU Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur Jika Maju Pilkada 2024