Washington DC, berazamcom - Data pelacakan menunjukkan lebih dari 32 ribu kasus virus Corona (COVID-19) varian AY.4.2 atau Delta Plus telah terdeteksi di seluruh dunia. Varian ini disebut-sebut sejumlah ilmuwan bisa menyebar lebih cepat dibandingkan varian Delta biasa.
Seperti dilansir Newsweek, Rabu (10/11/2021), varian AY.4.2 atau yang disebut Delta Plus diketahui merupakan mutasi dari varian AY.4 atau Delta -- atau yang berarti ini merupakan varian dari Delta. Varian AY.4.2 terbentuk dari dua mutasi yang disebut Y145H dan A222V yang mempengaruhi spike protein AY.4.2, yang digunakan virus untuk memasuki sel-sel manusia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya menyatakan varian AY.4.2 sebagai 'variant of interest' atau varian yang menarik perhatian, namun bukan 'varian of concern' atau varian yang menjadi kekhawatiran.
Para peneliti mendeteksi varian AY.4.2 bulan lalu setelah data menunjukkan varian ini menyebar di seluruh Inggris, turut menyumbang kasus baru Corona yang meningkat.
Menurut Outbreak.Info yang mengumpulkan data penyebaran varian-varian COVID dengan menggunakan jaringan pelaporan virus yang bernama GISAID, varian AY.4.2 menyumbang antara 13-14 persen sampel virus Corona baru yang diurutkan di Inggris hingga 8 November. Angka itu berkembang sejak Juli lalu.
Varian tersebut tidak tampak menyebar sama cepatnya di Amerika Serikat (AS), di mana menurut data yang sama, tercatat total 28 kasus varian tersebut di sedikitnya 11 negara bagian.
Di seluruh dunia, berdasarkan data Outbreak.Info pada 8 November, tercatat ada 32.004 kasus Corona varian AY.4.2 yang dilaporkan dari 37 negara. Data soal jumlah total varian AY.4.2 mungkin mengalami perubahan signifikan sejak bulan lalu karena fluktuasi pelaporan, yang diakui oleh GISAID.
Bulan lalu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (HSA) mencatat angka pertumbuhan kasus untuk varian AY.4.2 diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan varian Delta lainnya. Beberapa ilmuwan bahkan menunjukkan bahwa varian itu tampaknya lebih menular dibandingkan induknya.
HSA menekankan bahwa menurut analisis awal, varian AY.4.2 tidak menunjukkan peningkatan resistensi vaksin secara signifikan dibandingkan varian Delta lainnya. Namun diperlukan lebih banyak pengujian untuk mengonfirmasi ini.
Otoritas Inggris mengklasifikasikan varian AY.4.2 sebagai 'varian dalam penyelidikan' dengan label VUI-21OCT-01.
Sementara itu, otoritas AS mengakui keberadaan varian AY.4.2 dalam press briefing Gedung Putih pada 20 Oktober lalu. Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Rochelle Walensky, menyebut sub-varian ini terdeteksi dalam beberapa kesempatan di AS.
"Tapi tidak dalam frekuensi atau klaster yang meningkat baru-baru ini," sebutnya. "Pada saat ini, tidak ada bukti bahwa sub-lineage AY.4.2 berdampak pada efektivitas vaksin-vaksin atau terapi kita, dan kami akan terus menindaklanjutinya," imbuh Walensky.
[]bazm
Sumber : detik.com