Kamis, 30 Maret 2023

Breaking News

  • Eks Kapolda Sumbar Teddy Minahasa Dituntut Hukuman Mati di Kasus Narkoba   ●   
  • Imigrasi Pekanbaru Amankan Tiga WNA Malaysia, Satu Orang Punya KTP dan KK   ●   
  • Desak KPK Gasak Kasus Big Fish di Ditjen Minerba, CERI: Jangan-jangan Kasus Tukin Terjadi Akibat Irjen Kementerian ESDM Impoten Jalankan Tugas?   ●   
  • Disperindag Pekanbaru Imbau Masyarakat Waspadai Takjil dengan Kandungan Bahan Berbahaya   ●   
  • Inginkan Hasil Seleksi PPPK Guru di Riau sesuai Formasi Awal, Gubernur Syamsuar Surati Kemendikbud   ●   
Canda dan Tawa Warnai Temu Kangen Dedongkot Aspura-Aspuri Setelah Berpisah 30 Tahun
Senin 14 November 2022, 06:12 WIB
ist

Pekanbaru, berazam - Setelah 30 tahun lebih tak bertemu, akhirnya warga Asrama Putera (Aspura) dan Asrama Puteri Yogyakarta bertemu dalam Temu Kangen bertajuk, 'Merangkai Kisah Mengeratkan Silaturrahmi'. Reuni berlangsung Sabtu pagi hingga sore (12/11) di kediaman Dr. H. Syafriadi, SH MH di Jalan Indrapuri No 37 Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru. Tak kurang lebih dari 60 peserta hadir. Selain dari Pekanbaru juga Tanjungpinang, Dumai dan Duri, Pangkalan Kerinci, Bangkinang dan Kuok serta Pasir Pengarayan.

''Ini pertemuan yang luar biasa setelah 30 tahun lebih kita tak bertemu. Banyak kisah lucu, sedih, bahagia dan kenangan semasa kita sama-sama tinggal di Aspura dan Aspuri Yogyakarta,'' kata Moh. Soeharto, Koordinator Reuni, memulai acara seremoni. Ia menuturkan, alumni yang datang didominasi angkatan 1980-an hingga 1990-an.



Aspura dan Aspuri Yogyakarta boleh disebut 'kawah candradimuka' mahasiswa Riau di Yogyakarta yang kuliah di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Aspura terletak di Jalan Bintaran Tengah Nomor 2, sementara Aspuri di Jalan Cemoro Jajar Nomor 10. Kedua tempat ini dibangun oleh Pemerintah Provinsi Riau, jauh sebelum Riau Daratan dan Riau Kepulauan berpisah. Di masa itu, warga Aspura dan Aspuri meliputi seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Riau (termasuk Kepulauan Riau). Setelah tamat dari perguruan tinggi, rerata warga Aspura dan Aspuri balik ke daerah asal. Mengabdi, berkarya dan bekerja di berbagai bidang dan profesi. Ada politisi, birokrat, pengusaha bahkan kepala daerah. Tetapi beberapa diantaranya adsa pula yang menetap di Yogyakarta.



Reuni Alumni Aspura-Aspuri yang baru pertama diadakan ini boleh disebut pertemuan temu kangen. Awalnya, koordinator acara Moh. Soeharto meragukan jumlah peserta yang bakal hadir. Maklumlah. Selain dibatasi jarak juga kesibukan masing-masing. Namun di luar dugaan. Dua jam sebelum muadzin masjid mengumandangkan azan pertanda waktu shalat Zohor masuk, para alumni mulai berdatangan secara gerombolan. Junaidi yang akrab disapa Ucok muncul bersama koleganya Tompel, Yoserizal, Syarifuddin Emi dan Aryeni. Menyusul kemudian dedongkot yang dirindukan Yusmadi, Even Lay, Herman Monas alias Dadang, Muhammad Yusuf, Arbaini, Raja Rena, Sulastri, Sumarso Herman, Nirwita Umar, Asrul Sani alias Comel, Ade Hartati, Syahminan, Rina, Yarlinda Saleh, Tien Triani Sattah dan lain-lain. Pertemuan pun menjadi ramai. Melebihi perkiraan. Terakhir terlihat pula Harunsyah Daud, Salfen Hasri, Ahmad Firdaus, Eka Purba dan Ahmad Martalius dari Dumai.



Tak ada yang istimewa dari reunian itu. Kecuali temu kangen. Mendengar cerita-cerita lucu dari kisah 30 tahun lebih semasa bertungkus lumus dengan buku. Ketawa, bercanda dan saling bertanya kabar. Yang centil semasa di asrama dahulu pun masih suka menggoda.



''Aspura dan Aspuri ini luar biasa. Mempertemukan dan mempersatukan bathin kita menjadi keluarga besar. Dahulu dan sekarang. Beberapa diantaranya ada yang ketemu jodoh. Seperti Syafriadi dengan Yanti, Yose dengan Yeni, Uun dengan bang Herman,'' kata Arbaini yang lupa menyebutkan, kalau dirinya juga berjodoh dengan alm. Amri, warga Aspura.

Pensiunan ASN Pemprov Riau dengan jabatan terakhir Kepala Balitbang itu tak menyangka kalau dirinya masih bisa bertemu secara bersama-sama dengan warga Aspuri dan Aspura. ''Saya yakin, kawan-kawan lain yang belum berkesempatan hadir punya keinginan yang sama untuk berjumpa. Karena itu, pertemuan berikutnya diadakan di rumah saya,'' ujar alumni Universitas Gadjah Mada itu.



Di luar Arbaini, Muhammad Yusuf tak kalah seru. ''Saya masih punya bon dapur umum yang sampai kini belum dilunasi, hahahaha.....Tapi kalau pun ada hutang makan yang belum dibayar, semua sudah saya ikhlaskan,'' timpal Yusuf yang sekarang bekerja sebagai ASN di RSUD Arifin Achmad. Yusuf adalah alumni Fakultas Kedokteran UGM. Semasa di asrama, ia dipercaya pengurus mengelola dapur umum yang bertugas mengatur makan siang dan makan malam warga asrama. Juga "membuka" warung kejujuran bagi yang berminat membeli indomie dan telor. Kenangan 30 tahun lebih itu kembali dikisahkan lelaki kelahiran Bengkalis tersebut.



''Saya memang sudah lama merindukan pertemuan seperti ini. Tadi pagi, sebelum ke tempat ini, saya masih ada acara. Tapi buru-buru saya sudahi karena takut terlambat dan pengen bertemu kawan-kawan. Terima kasih kepada semuanya. Pertemuan ini sangat luar biasa,'' tambah Yusuf.

Sejurus. MC Soeharto menyerahkan micropon kepada Yusmadi. Dedongkok 80-an yang postur dan wajahnya tak jauh berubah dari 30 tahun lalu. Lelaki asal Kepulauan Riau ini berpembawaan tenang, ramah dan lembut. Salah satu kelebihan Yusmadi adalah bermain gitar. Kalau jemarinya sudah memetik senar gitar, warga aspura pun berbondong berkumpul. Ikut bernyanyi bersama-sama dengan Yusmadi. Termasuk warga aspuri yang kalau sedang bertandang ke aspura.