Warga Pekanbaru Tewas di Hutan Diduga Akibat Asap Karhutla
Senin 26 Agustus 2019, 08:04 WIB
Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan atau karhutla
Jakarta, berazamcom -- Seorang warga Kota Pekanbaru, Riau, Helmy Oemar (59) ditemukan meninggal dunia di tengah hutan wilayah Rimbo Panjang diduga akibat asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Saat ditemukan, jenazah Helmy bersandar meringkuk di bawah pohon pada Minggu pagi (25/8).
"Saat ditemukan kondisi almarhum sedang bersandar di batang pohon seperti beristirahat, sedang meringkuk," tutur putra Helmy, Shadiq Helmy mengutip Antara, Senin (26/8).
Shadiq mengatakan Helmy pergi meninjau kebunnya di Rimbo Panjang pada Sabtu (24/8). Dia pergi sendirian. Namun, hingga sore hari, Helmy tidak kunjung pulang dan tidak ada kabar meski telepon selulernya bisa dihubungi.
Keluarga dan warga sekitar lantas mencari hingga jam 02.00 WIB Minggu dini hari (25/8) namun Helmy tak kunjung ditemukan.
Kabar tersebut sampai ke telinga Shadiq yang tinggal di Jakarta. Shadiq lantas menuju Pekanbaru, Riau dengan pesawat. Dia lalu ikut mencari ayahnya.
Helmy akhirnya ditemukan pada pukul 09.00 WIB Minggu (25/8). Namun, sudah tidak bernyawa. Jasad Helmy nampak tengah bersandar di bawah pohon.
Shadiq mengatakan kondisi ayahnya selama ini relatif sehat. Tidak ada riwayat penyakit jantung.
Meski begitu, Helmy memiliki riwayat penyakit vertigo. Shadiq menduga menduga kondisi kesehatan sang ayah makin memburuk ketika menghirup asap karhutla yang terjadi di sekitar hutan wilayah Rimbo Panjang, Riau.
Kondisi udara pada saat kejadian memang berselimut asap atau jerebu karena di Rimbo Panjang sedang terjadi kebakaran lahan gambut.
"Memang di sekitar Rimbo Panjang itu ada kebakaran tapi kemungkinan sebagian kecil karena pengaruh riwayat vertigo juga, dan mungkin karena kondisi asap bisa jadi pemicu (meninggal)," kata Shadik.
Rimbo Panjang merupakan wilayah perbatasan Kabupaten Kampar dengan Kota Pekanbaru. Daerah tersebut selalu jadi langganan kebakaran lahan gambut yang menimbulkan asap pekat.
Berdasarkan catatan Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau itu memang diselimuti asap atau jerebu akibat karhutla pada Minggu (25/8). Jarak pandang hanya 3-5 kilometer dan kualitas udara cenderung tidak sehat.
"Pantauan terakhir jam 16.00 WIB (status udara) masih tidak sehat," kata Staf Analisis BMKG Stasiun Pekanbaru, Nia Fadhila..
Ia mengatakan satelit BMKG pada Minggu sore mendeteksi ada 17 titik panas (hostpot) di Riau yang jadi indikasi awal karhutla pada Minggu (25/8). Jumlah itu turun dibandingkan sehari sebelumnya yang terdeteksi 272 titik panas. Meski begitu, asap masih tergolong pekat walau titik panas menurun.
"Partikel asap di udara tidak sepenuhnya hilang, asap sisa (kebakaran) kemarin karena partikel akan hilang terbawa angin atau adanya hujan. Sedangkan hujan belum merata di Riau," katanya.
"Saat ditemukan kondisi almarhum sedang bersandar di batang pohon seperti beristirahat, sedang meringkuk," tutur putra Helmy, Shadiq Helmy mengutip Antara, Senin (26/8).
Shadiq mengatakan Helmy pergi meninjau kebunnya di Rimbo Panjang pada Sabtu (24/8). Dia pergi sendirian. Namun, hingga sore hari, Helmy tidak kunjung pulang dan tidak ada kabar meski telepon selulernya bisa dihubungi.
Keluarga dan warga sekitar lantas mencari hingga jam 02.00 WIB Minggu dini hari (25/8) namun Helmy tak kunjung ditemukan.
Kabar tersebut sampai ke telinga Shadiq yang tinggal di Jakarta. Shadiq lantas menuju Pekanbaru, Riau dengan pesawat. Dia lalu ikut mencari ayahnya.
Helmy akhirnya ditemukan pada pukul 09.00 WIB Minggu (25/8). Namun, sudah tidak bernyawa. Jasad Helmy nampak tengah bersandar di bawah pohon.
Shadiq mengatakan kondisi ayahnya selama ini relatif sehat. Tidak ada riwayat penyakit jantung.
Meski begitu, Helmy memiliki riwayat penyakit vertigo. Shadiq menduga menduga kondisi kesehatan sang ayah makin memburuk ketika menghirup asap karhutla yang terjadi di sekitar hutan wilayah Rimbo Panjang, Riau.
Kondisi udara pada saat kejadian memang berselimut asap atau jerebu karena di Rimbo Panjang sedang terjadi kebakaran lahan gambut.
"Memang di sekitar Rimbo Panjang itu ada kebakaran tapi kemungkinan sebagian kecil karena pengaruh riwayat vertigo juga, dan mungkin karena kondisi asap bisa jadi pemicu (meninggal)," kata Shadik.
Rimbo Panjang merupakan wilayah perbatasan Kabupaten Kampar dengan Kota Pekanbaru. Daerah tersebut selalu jadi langganan kebakaran lahan gambut yang menimbulkan asap pekat.
Berdasarkan catatan Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau itu memang diselimuti asap atau jerebu akibat karhutla pada Minggu (25/8). Jarak pandang hanya 3-5 kilometer dan kualitas udara cenderung tidak sehat.
"Pantauan terakhir jam 16.00 WIB (status udara) masih tidak sehat," kata Staf Analisis BMKG Stasiun Pekanbaru, Nia Fadhila..
Ia mengatakan satelit BMKG pada Minggu sore mendeteksi ada 17 titik panas (hostpot) di Riau yang jadi indikasi awal karhutla pada Minggu (25/8). Jumlah itu turun dibandingkan sehari sebelumnya yang terdeteksi 272 titik panas. Meski begitu, asap masih tergolong pekat walau titik panas menurun.
"Partikel asap di udara tidak sepenuhnya hilang, asap sisa (kebakaran) kemarin karena partikel akan hilang terbawa angin atau adanya hujan. Sedangkan hujan belum merata di Riau," katanya.
Dari 17 titik panas yang terdeteksi di Riau, paling banyak di Kabupaten Pelalawan ada 9 titik. Kemudian di Indragiri Hilir ada 7 titik, dan Indragiri Hulu satu titik panas. Dari jumlah tersebut ada 10 yang dipastikan titik api, dan berada di Kabupaten Pelalawan. Titik api yang lain berada wilayah di Indragiri Hilir, yakni ada 5 titik.*
[]bazm-13
sumber: CNN Indonesia.com
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Rabu 15 Mei 2024
Edy Natar Nasution Kembali Berkomitmen Politik, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PAN Riau
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Berita Terkini
Sabtu 18 Mei 2024, 19:28 WIB
Ketua DPC PJS Kota Palembang Soroti Pembangunan Terminal Batubara Kramasan
Sabtu 18 Mei 2024, 18:10 WIB
Pernyataan Wan Abu Bakar Berpotensi Primordialisme, Tokoh Riau Edy Natar Nasution Angkat Bicara
Jumat 17 Mei 2024, 22:20 WIB
Dinkes Siak dan Apkesmi Gelar Webinar, Perkenalkan Program ILP
Jumat 17 Mei 2024, 10:57 WIB
Mahasiswa Hukum UIR Raih Best Speaker di Kontes Duta Wisata Riau 2024
Jumat 17 Mei 2024, 10:53 WIB
UIR Terima Bantuan Dana Pendidikan Sebesar Rp 70 Juta dari Bank Syariah Indonesia
Jumat 17 Mei 2024, 10:48 WIB
Viral! Beredar video Harimau Mati Tertabrak Mobil di Tol Permai, Ternyata Begini Faktanya
Jumat 17 Mei 2024, 10:41 WIB
Kisah Kontroversial Pemanggilan Pejabat Eselon 2 di Pemprov Riau: dari Spekulasi hingga Tersangka
Kamis 16 Mei 2024, 13:18 WIB
Tuhan Sedang Menyapa Kita
Kamis 16 Mei 2024, 07:57 WIB
Konsistensi Syamsuar Dipertanyakan: Dulu Tidak Maju, Sekarang Maju, Harris pun Merasa Tertipu?
Rabu 15 Mei 2024, 15:08 WIB
KPU Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur Jika Maju Pilkada 2024