Minggu, 19 Mei 2024

Breaking News

  • PKKEI: Majelis Hakim Diharap Memahami dengan Benar Kasus LNG Terdakwa Karen Agustiawan Secara Utuh   ●   
  • Ini Daftar Sahabat Pengadilan di Sidang Korupsi Mantan Dirut Karen Agustiawan   ●   
  • 3 Tahun Kepemimpinan Rektor: Sportivitas Persaudaraan Menuju UIN Suska Terbilang dan Gemilang   ●   
  • Ketua DPC PJS Kota Palembang Soroti Pembangunan Terminal Batubara Kramasan   ●   
  • Pernyataan Wan Abu Bakar Berpotensi Primordialisme, Tokoh Riau Edy Natar Nasution Angkat Bicara   ●   
OPINI
Tanpa Jokowi, Prabowo Gak Masuk Putaran Kedua
Rabu 10 Januari 2024, 10:20 WIB
Tony Rosyid

Pilpres kali ini, itu eranya anak-anak muda seusia Anies dan Ganjar. Usia 50 tahunan. Usia yang mulai matang dengan energi dan semangat yang besar.

Era Prabowo sudah lewat. Usia Prabowo 73 tahun. 20 tahun lebih tua dari Anies dan Ganjar. Jarak usianya terbentang cukup jauh. Memang terkesan agak ganjil. Apalagi, tiga kali berturut-turut Prabowo pernah ikut kontestasi di pilpres. Kalah terus. Sekarang ikut lagi keempat kalinya dan yang dilawan adalah dua anak muda yang 20 tahun usianya jauh lebih muda dari Prabowo. Sampai ada guyonan di medsos: "Tahun 2029 kalau ada pilpres, jangan kasih tahu Prabowo". Ini bentuk sindiran yang cukup keras.

Tidak mudah bagi Prabowo untuk melawan Anies dan Ganjar. Pertama, Prabowo tidak muda lagi. Kedua, sudah pernah kalah tiga kali berturut-turut. Ketiga, cacat masa lalu yang terus diungkap ke publik. Kasus pemecatannya dari dinas militer karena penculikan. Keempat, tidak ada hal baru yang bisa dijual dari Prabowo. Kelima, stabilitas emosi Prabowo yang dianggap sebagai masalah serius.

Publik bertanya soal debat tanggal 7 Januari yang lalu. Sesuai nomor urut, Anies-Prabowo-Ganjar. Mengapa diubah posisinya menjadi Anies-Ganjar-Prabowo. Posisi Anies dan Prabowo dipisah oleh Ganjar? Apakah karena ada kekhawatiran kalau Prabowo dalam posisinya sebagai kontestan nomor 2 berada di samping Anies dengan nomor urut 1? Sebaiknya KPU memberi penjelasan soal ini. Agar tidak terus menjadi pertanyaan publik.

Sadar akan kondisinya yang tidak.mudah untuk dipasarkan, Prabowo gandeng Jokowi. Dua langkah strategis yang dilakukan Prabowo adalah merapat ke Jokowi dengan mengambil posisi Menhan dan menggandeng Gibran sebagai cawapresnya. Dengan keterlibatan Jokowi, maka tiga keuntungan yang akan didapat oleh Prabowo. Pertama, Prabowo bisa ambil pendukung Jokowi. Kedua, Prabowo berpeluang mendapat dukungan alat kekuasaan. Alat kekuasaan itu bisa berupa oknum aparatur negara, termasuk juga menggunakan dana APBN untuk kampanye seperti BLT dan sejenisnya. Ketiga, Prabowo akan lebih mudah untik mendapat bantuan logistik secara berlimpah.

Faktor Jokowi inilah yang mendongkrak elektabilitas Prabowo. Setelah masuknya Gibran sebagai cawapres Prabowo dan andilnya Jokowi secara serius, elektabilitas Prabowo naik signifikan. Sebelumnya Prabowo selalu dalam posisi ketiga di bawah Anies dan Ganjar. Dengan sentuhan Jokowi, elektabilitas Prabowo melesat di atas kedua paslon lainnya. Semula elektabilitas Prabowo kisaran 20-an persen, sekarang tembus 30-an persen. Terutama sejak tim Prabowo menyiapkan dana operasi untuk para tokoh agama dan mengguyur rakyat menggunakan sembako. Ini menjadi variable signifikan dalam menaikkan elektabilitasnya.

Saat ini, yang diandalkan Prabowo sebagai media kampanye bukan dirinya, tapi peran Jokowi dan kekuatan logistik. Tanpa dua faktor ini, sulit bagi Prabowo melawan dua anak muda lulusan UGM yang masih fresh dan energik itu.

Strategi Prabowo mengambil ceruk Ganjar melalui Jokowi terbukti sukses. Ganjar saat ini dalam posisi elektabilitas di bawah 20 persen. Tepatnya 18-19 persen. Terhadap konstituen Anies, Prabowo membidik para tokoh agama dengan dana operasional yang sangat besar. Sebagian tokoh agama merasa saat ini adalah masa panen, karena kucuran dana operasional dari tim Prabowo yang mengalir ke para tokoh agama sangat berlimpah. Pilpres kali ini bukan saja pesta demokrasi, tapi lebih pada pesta dana operasi.

Melalui dukungan Jokowi dan logistik berlimpah, Prabowo ditarget menang satu putaran. Apakah target ini akan sukses? Sulit. Kecuali ada langkah extra ordinary seperti memasifkan kecurangan. Inipun tidak semudah pilpres 2019. Pilpres kali ini ada tiga kontestan, bukan dua kontestan. Sehingga pengawasannya berlapis.

Jika pilpres nanti dua putaran, peluang Prabowo akan makin kecil untuk menang. Kenapa? Peran Jokowi akan melemah. Masa kekuasaan Jokowi segera berakhir karena tersisa hanya tiga bulan. Pengaruh Jokowi sebagai penguasa diprediksi akan jauh menurun. Sekoci-sekoci politik akan fokus untuk menyelamatkan masa depannya.

Gagal Prabowo mencapai target satu putaran, kecil peluang Prabowo untuk bisa menang. Apalagi kalau lawan Anies Baswedan.

Tegal, 10 Januari 2024

 

Oleh : Tony Rosyid (Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)




Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 


About Us

Berazamcom, merupakan media cyber berkantor pusat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Indonesia. Didirikan oleh kaum muda intelek yang memiliki gagasan, pemikiran dan integritas untuk demokrasi, dan pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Kata berazam dikonotasikan dengan berniat, berkehendak, berkomitmen dan istiqomah dalam bersikap, berperilaku dan berperbuatan. Satu kata antara hati dengan mulut. Antara mulut dengan perilaku. Selengkapnya



Alamat Perusahaan

Alamat Redaksi

Perkantoran Grand Sudirman
Blok B-10 Pekanbaru Riau, Indonesia
  redaksi.berazam@gmail.com
  0761-3230
  www.berazam.com
Copyright © 2021 berazam.com - All Rights Reserved
Scroll to top