Hasil survei Pemilihan Presiden (Pilpres) seringkali menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Namun, penting untuk diingat bahwa hasil survei tidaklah bersifat absolut, melainkan bersifat prediktif. Artinya, hasil survei hanya merupakan gambaran atau prediksi dari keadaan politik pada saat tersebut, dan dapat berubah seiring perubahan dinamika kampanye dan preferensi pemilih.
Sebagai alat untuk mengukur popularitas calon presiden, survei seringkali dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat dukungan masyarakat terhadap calon presiden dan partai politik yang mereka perwakili. Survei ini menggunakan metode ilmiah dan sampel yang representatif, namun tetap memiliki keterbatasan.
Tidak ada survei yang dapat memprediksi dengan pasti hasil Pilpres. Hasil survei hanya memberikan gambaran tentang preferensi pemilih pada saat itu, dengan adanya margin of error yang perlu diperhatikan. Selain itu, faktor-faktor seperti perubahan situasi politik, isu-isu terkini, kampanye yang efektif, dan perubahan preferensi pemilih dapat secara signifikan mempengaruhi hasil Pilpres.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap kritis dan objektif dalam menginterpretasikan hasil survei. Hasil survei tidak boleh dianggap sebagai kebenaran mutlak atau kepastian hasil Pilpres di masa depan. Hasil Pilpres akan ditentukan oleh sejumlah faktor yang lebih kompleks, termasuk visi, rencana kerja, dan kepemimpinan calon presiden, serta partisipasi dan preferensi pemilih saat hari pemilihan.
Sebagai pemilih yang cerdas, kita harus tetap mengamati perkembangan politik, mendengarkan berbagai pandangan, dan melakukan analisis secara obyektif. Memahami bahwa hasil survei hanya merupakan indikator sementara dan bukan jaminan kemenangan, akan membantu kita dalam membuat keputusan yang tepat saat memilih pemimpin negara.
Seperti diketahui sejumlah lembaga survei selalu menempatkan elektabilitas pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 di papan atas. Disusul oleh Paslon nomor urut 1. Sementara Paslon nomor urut 3 berada di paling bawah.
Hasil survei ini yang kemudian memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Masyarakat seolah olah percaya dengan hasil survei yang terus menerus mengunggulkan Paslon nomor urut 2.
Padahal kalau berkaca pada Pilkada DKI Jakarta hampir semua survei menempatkan Anies di posisi buncit. Namun kenyataannya Anies menang dan dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2023.
Contoh lain pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pernah disebut memenangkan Pilpres 2014 oleh sejumlah lembaga survei tapi akhirnya dinyatakan kalah oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Berdasarkan hal tersebut diatas hasil survei tentang Pilpres adalah prediksi yang dapat berubah seiring waktu. Tidak ada yang bisa memastikan hasil Pilpres secara mutlak. Bisa saja seiring berjalannya waktu ada kejutan kejutan baru yang akan 'menjungkirbalikkan' hasil survei.
Jangan jangan Paslon nomor urut 1 secara mengejutkan menang satu putaran. Demikian juga Paslon nomor urut 2 dan nomor urut 3 boleh jadi mengalami hal yang sama.
Kendati hasil survei yang diselenggarakan Indikator Politik Indonesia pada 30 Desember 2023-6 Januari 2024 menunjukkan, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, memiliki elektabilitas tertinggi.
Menurut hasil survei, elektabilitas Prabowo-Gibran berada di angka 45,79 persen, unggul siginifikan dibandingkan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (25,47 persen) dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD (22,96 persen).
Sementara, ada 5,78 persen responden yang tidak tahu atau tidak menjawab saat ditanyakan soal kandidat yang bakal mereka pilih.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanunddin Muhtadi mengatakan, hasil survei ini menandakan bahwa Pilpres 2024 belum tentu bakal berlangsung satu atau dua putaran. "Satu putaran belum tentu, dua putaran juga belum tentu," kata Burhanuddin, Kamis (18/1/2024), dikutip dari YouTube Indikator Politik Indonesia.
Burhanuddin mengatakan, Pilpres 2024 dapat berlanjut ke putaran kedua apabila elektabilitas Prabowo-Gibran stagnan tidak menembus angka 50 persen. Ia mengatakan, pasangan Prabowo-Gibran berpeluang besar melaju ke putaran kedua, tetapi pesaing pasangan tersebut di putaran kedua belum dapat diprediksi. "Karena paslon 01 dan 03 punya peluang yang secara statistik sama meksipun secara absolut Anies Baswedan lebih besar peluangnya untuk masuk putaran kedua mendampingi Pak Prabowo," kata Buhranuddin.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk tetap kritis, objektif, dan cerdas saat menafsirkan hasil survei serta memilih pemimpin yang akan memimpin negara dalam masa depan. Semoga pemilu kali ini dapat berlangsung dengan baik, luber dan jurdil.
Penulis Wartawan Senior Pemred bersimpai.com/Wakil Pimpinan Umum berazamcom dan Ketua Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Riau