Mengintip Budidaya Cabai Rawit Pulau Birandang Ala Jefry Noer
Senin 18 September 2017, 07:39 WIB
Mantan bupati Kampar Dua Periode H Jefry Noer tampak bersemangat bak seorang petani yang berkarya memotivasi masyarakat Kampar lewat program ekonomi kerakyatan
Pekanbaru, Berazam--'Pensiun' dari bupati Kampar selama sepuluh tahun atau dua periode tidak membuat semangat Jefry Noer berhenti berkarya. Diatas lahan seluas 110 hektare di desa pulau Birandang kecamatan Kampa, Kabupaten Kampar, Jefry menerapkan konsep pertanian terpadu dengan melakukan diversifikasi tanaman dan hewan.
Minggu (17/9) pagi mantan bupati Kampar Dua Periode H Jefry Noer mengajak berazamcom ke lokasi Agrowisata yang terletak di Kubang. Setelah kurang lebih satu jam berdiskusi banyak hal, sambil menikmati secangkir kopi dan keindahan pesona alam dengan hembusan angin yang sejuk, Berazam diajak move ke Sungai Pinang. Kurang lebih setengah jam kami pun sampai di desa Pulau Birandang kecamatan Kampa Kabupaten Kampar itu.
Disana terpapar hamparan lahan yang sebagian sudah ditanami cabai rawit, sawit, kurma dan ribuan ayam kampung serta sapi.
"Total luas lahan di desa pulau birandang, Kecamatan Kampa, Kampar ini 110 ha, 41 ha akan kita tanam sawit dan refinery (PKS) mini. Sisanya cabai dan kurma. Khusus cabai 12 hektare, sisa nya kurma, " ucap Jefry Noer sambil menikmati air kelapa muda.
Jefry Noer yang telah menjadi konsultan pertanian terpadu di Malaysia tersebut mengatakan apa yang dia lakukan adalah untuk memberi kontribusi kepada masyarakat Riau secara umum dan Kampar khususnya.
"Tanaman cabai ini untuk memotivasi masyarakat Kampar yang barangkali belum tersentuh program bupati sekarang. Nah di sinilah saya menyisipkan program ekonomi kerakyatan untuk memancing masyarakat dan mau mengikuti konsep saya ini, " kata Jefry Noer mantap.
Menurut kalkulasi Jefry Noer satu hektare cabai rawit yang dalam bahasa Latin capsicum frutescens dapat menghasilkan 4-5 ton dengan volume 14 ribu bibit dan jarak tanam 80x80 cm.
Jika harga cabai Rp 80 ribu, maka diperoleh penghasilan sekitar 80 juta dipotong modal kerja sekitar 30 sampai 40 juta. Jadi kalau dirata-ratakan untung nya mencapai 40 sampai 50 juta per hektare. "Cukup menggiurkan dan membudidayakan nya tidak sulit," ujar Jefry Noer yang tak pernah lupa berdoa sebelum menyentuh tanaman yang ada disana.
Tanaman cabai rawit merupakan tanaman semusim yang memiliki akar tenggang. Mulai dari persemaian benih hingga tanam dibutuhkan ketelitian yang baik serta upaya antisipasi serangan hama dan penyakit.
Oleh Jefry Noer itu sudah dipersiapkan dengan matang. Dan pupuk dasar yang digunakan pun bukan pupuk kimia tapi kotoran sapi yang lokasi nya di dalam hamparan lahan yang ada.
Bak seorang dosen pertanian, Jefry Noer dengan mudah dan lugas menyampaikan cara membudidayakan tanaman yang ada di tempat nya tersebut. "Semua saya peroleh dari pengalaman ditambah dengan referensi literatur tentang budidaya tanaman semusim maupun tanaman keras," jelas Jefry Noer.
Dalam jamuan makan siang ala kampung yang telah disiapkan para petani pulau Birandang, Jefry tak henti henti nya bicara tentang ekonomi kerakyatan yang memang telah dia terapkan semasa menjabat Bupati Kampar selama sepuluh tahun.
Ekonomi kerakyatan kata dia merupakan sistem ekonomi nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, di mana produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau pengendalian anggota-anggota masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian.
Ekonomi kerakyatan juga tatalaksana ekonomi yang bersifat kerakyatan yaitu penyelenggaraan ekonomi yang memberi dampak kepada kesejahteraan rakyat kecil dan kemajuan ekonomi rakyat, yaitu keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat kecil.
"Konsep ekonomi kerakyatan inilah yang menjadi andalan saya sampai saat ini walaupun tidak lagi menjadi bupati namun kita tetap semangat dan menularkannya kepada masyarakat Kampar. Mudah-mudahan masyarakat termotivasi," papar Jefry Noer bersemangat.
Dilanjutkan Jefry Noer, kedepan kalau konsep pertanian terpadu nya tersebut berhasil, akan dikembangkan lagi dalam skala yang lebih luas dengan menggabungkannya dengan konsep wisata.
"Ini baru tahap awal. Mudah mudahan nanti kita kembangkan lagi dalam skala luas yang sama dengan konsep RTMPE agro wisata Tiga Dara di Kubang.
Setelah makan siang, kamipun berkeliling areal tanaman cabai rawit dan melakukan pemanenan. Kemudian dilanjutkan kan ke tempat peternakan ayam kampung yang jumlah nya seribuan ekor serta puluhan ekor sapi.
Jefry Noer memang sosok yang keras ketika menjabat sebagai bupati. Namun dibalik itu ternyata jiwanya lembut dan sudah menyatu dengan alam alias memiliki "chemistry" yang kuat dengan petani.
"Inilah keseharian saya. Hidup terasa nyaman kalau sudah berada di sini, lupa hendak mau pulang apalagi makan ikan asin dipadukan dengan sayuran segar dan sambal cabai rawit produk Jefry Noer, " kata nya sambil tertawa bahagia. (bersambung)
Laporan : Ybs
Minggu (17/9) pagi mantan bupati Kampar Dua Periode H Jefry Noer mengajak berazamcom ke lokasi Agrowisata yang terletak di Kubang. Setelah kurang lebih satu jam berdiskusi banyak hal, sambil menikmati secangkir kopi dan keindahan pesona alam dengan hembusan angin yang sejuk, Berazam diajak move ke Sungai Pinang. Kurang lebih setengah jam kami pun sampai di desa Pulau Birandang kecamatan Kampa Kabupaten Kampar itu.
Disana terpapar hamparan lahan yang sebagian sudah ditanami cabai rawit, sawit, kurma dan ribuan ayam kampung serta sapi.
"Total luas lahan di desa pulau birandang, Kecamatan Kampa, Kampar ini 110 ha, 41 ha akan kita tanam sawit dan refinery (PKS) mini. Sisanya cabai dan kurma. Khusus cabai 12 hektare, sisa nya kurma, " ucap Jefry Noer sambil menikmati air kelapa muda.
Jefry Noer yang telah menjadi konsultan pertanian terpadu di Malaysia tersebut mengatakan apa yang dia lakukan adalah untuk memberi kontribusi kepada masyarakat Riau secara umum dan Kampar khususnya.
"Tanaman cabai ini untuk memotivasi masyarakat Kampar yang barangkali belum tersentuh program bupati sekarang. Nah di sinilah saya menyisipkan program ekonomi kerakyatan untuk memancing masyarakat dan mau mengikuti konsep saya ini, " kata Jefry Noer mantap.
Menurut kalkulasi Jefry Noer satu hektare cabai rawit yang dalam bahasa Latin capsicum frutescens dapat menghasilkan 4-5 ton dengan volume 14 ribu bibit dan jarak tanam 80x80 cm.
Jika harga cabai Rp 80 ribu, maka diperoleh penghasilan sekitar 80 juta dipotong modal kerja sekitar 30 sampai 40 juta. Jadi kalau dirata-ratakan untung nya mencapai 40 sampai 50 juta per hektare. "Cukup menggiurkan dan membudidayakan nya tidak sulit," ujar Jefry Noer yang tak pernah lupa berdoa sebelum menyentuh tanaman yang ada disana.
Tanaman cabai rawit merupakan tanaman semusim yang memiliki akar tenggang. Mulai dari persemaian benih hingga tanam dibutuhkan ketelitian yang baik serta upaya antisipasi serangan hama dan penyakit.
Oleh Jefry Noer itu sudah dipersiapkan dengan matang. Dan pupuk dasar yang digunakan pun bukan pupuk kimia tapi kotoran sapi yang lokasi nya di dalam hamparan lahan yang ada.
Bak seorang dosen pertanian, Jefry Noer dengan mudah dan lugas menyampaikan cara membudidayakan tanaman yang ada di tempat nya tersebut. "Semua saya peroleh dari pengalaman ditambah dengan referensi literatur tentang budidaya tanaman semusim maupun tanaman keras," jelas Jefry Noer.
Dalam jamuan makan siang ala kampung yang telah disiapkan para petani pulau Birandang, Jefry tak henti henti nya bicara tentang ekonomi kerakyatan yang memang telah dia terapkan semasa menjabat Bupati Kampar selama sepuluh tahun.
Ekonomi kerakyatan kata dia merupakan sistem ekonomi nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan, di mana produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau pengendalian anggota-anggota masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian.
Ekonomi kerakyatan juga tatalaksana ekonomi yang bersifat kerakyatan yaitu penyelenggaraan ekonomi yang memberi dampak kepada kesejahteraan rakyat kecil dan kemajuan ekonomi rakyat, yaitu keseluruhan aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh rakyat kecil.
"Konsep ekonomi kerakyatan inilah yang menjadi andalan saya sampai saat ini walaupun tidak lagi menjadi bupati namun kita tetap semangat dan menularkannya kepada masyarakat Kampar. Mudah-mudahan masyarakat termotivasi," papar Jefry Noer bersemangat.
Dilanjutkan Jefry Noer, kedepan kalau konsep pertanian terpadu nya tersebut berhasil, akan dikembangkan lagi dalam skala yang lebih luas dengan menggabungkannya dengan konsep wisata.
"Ini baru tahap awal. Mudah mudahan nanti kita kembangkan lagi dalam skala luas yang sama dengan konsep RTMPE agro wisata Tiga Dara di Kubang.
Setelah makan siang, kamipun berkeliling areal tanaman cabai rawit dan melakukan pemanenan. Kemudian dilanjutkan kan ke tempat peternakan ayam kampung yang jumlah nya seribuan ekor serta puluhan ekor sapi.
Jefry Noer memang sosok yang keras ketika menjabat sebagai bupati. Namun dibalik itu ternyata jiwanya lembut dan sudah menyatu dengan alam alias memiliki "chemistry" yang kuat dengan petani.
"Inilah keseharian saya. Hidup terasa nyaman kalau sudah berada di sini, lupa hendak mau pulang apalagi makan ikan asin dipadukan dengan sayuran segar dan sambal cabai rawit produk Jefry Noer, " kata nya sambil tertawa bahagia. (bersambung)
Laporan : Ybs
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Sabtu 09 September 2023
Jalin Silaturahmi, Sahabat Fuja ''Sejiwa Sehati'' Gelar Turnamen Domino Diikuti 500 Peserta
Berita Terkini
Rabu 08 Mei 2024, 23:58 WIB
Hadiri Halal bi Halal IKA-UNRI, Bupati Kasmarni Terima Penghargaan Alumni Berprestasi Bidang Politik
Rabu 08 Mei 2024, 13:34 WIB
TMMD ke 120 Kodim 0301 PBR Resmi Dibuka, Masykur Tarmizi: Mari Kita Bangun Taraf Ekonomi Masyarakat di TMMD
Rabu 08 Mei 2024, 12:54 WIB
Alih Kelola , Tarif Parkir Pasar Tradisional di Pekanbaru Bakal Turun
Rabu 08 Mei 2024, 12:50 WIB
Pemko Pekanbaru Segera Salurkan Beras CPP Periode April-Mei 2024
Rabu 08 Mei 2024, 11:26 WIB
LKTJ Sawit 2024: Meski Tanpa Juara Satu, Gaungnya Serasa Wow Banget
Rabu 08 Mei 2024, 11:21 WIB
Investasi Pekanbaru Triwulan I Capai Rp 1,6 Triliun
Rabu 08 Mei 2024, 10:40 WIB
Tak Paham Maksud Toxic Luhut Panjaitan, JK: Yang Tak Boleh Masuk Pemerintahan Pelanggar UU
Rabu 08 Mei 2024, 07:41 WIB
Foto Kebersamaan Edy Natar Nasution dengan Para Tokoh Populer dan Ulama Riau Viral, Apa Sebenarnya yang Terjadi?
Selasa 07 Mei 2024, 19:56 WIB
Dewan Pers Gelar Workshop Peliputan Pilkada 2024, Ketua Ninik: Berita Harus Berimbang
Selasa 07 Mei 2024, 19:51 WIB
Respons Sekda Meranti Terhadap Keluhan ASN Terkait Dana Insentif yang Belum Cair