Si Dewi “Biji Getah” Harumkan Bengkalis
Senin 20 November 2017, 16:11 WIB
berazamcom - Berbicara tentang karet alias getah, yang mempunyai nama ilmiah hevea brasilinsis, pasti semua orang tahu. Terlebih bagi masyarakat di Sumatera, terkhusus di Provinsi Riau dan Kabupaten Bengkalis yang sebagian punya kebun karet dan bahkan berprofesi sebagai penakek/penyadap karet.
Sempat mengalami kejayaaan, kini harga getah tidak lagi mempesona. Meskipun demikian, tidak menyurutkan petani menakek batang getah setiap pagi. Yang penting bagi petani, “susu” dari batang getah terus mengalir dan menetes. Ternyata tidak hanya persoalan harga, petani akan menghadapi waktu libur tetap, sehingga harus menggantungkan pisau sadap.
Melihat fenomena tersebut, membuat hati Dewi Melinda, S.Pd, terketuk untuk mencarikan solusi terbaik, supaya petani tidak terkutat dengan susu getah saja. Padahal, tidak hanya “susu”-nya, ada bagian lain yang selama ini terabaikan, bila diolah mendatangkan rupiah. Yakni, biji getah alias biji karet, atau sebagian masyarakat Bengkalis menyebutnya buah para.
Berawal ketika datang ke kebun karet milik orang tuanya, Putri dari pasangan Janawiyanto alias Heri dan Iis Sugiarti alias Tutik ini, menyaksikan biji getah berserakan, tidak ada yang pedulli. Kalaupun ada yang mengutip, hanya segelintir saja, itupun sebagai bibit cantuman (getah kawin).
Lantas lulusan Jurusan Sejarah, FKIP Universitas Riau ini, berpikir menjadikan biji getah bernilai ekonomis. Bersama sang ibu, Dewi mengutip biji getah ini, untuk diolah menjadi panganan atau cemilan, yang kelak bernilai ekonomis.
“Awalnya, bingung mau diolah jadi apa. Lantas muncul ide, membuat kerupuk biji getah (buah para),” ujar guru pelajaran Sejarah dan Pembimbing UMKM KIR Al Banna, MAN 1 Bengkalis ini.
Dengan tekad dan kemauan yang kuat untuk mengolah biji getah itu menjadi bahan baku panganan. Untuk mengolah biji getah ini, Dewi mengajak anak didiknya yang tergabung dalam UMKM KIR Al Banna MAN 1 Bengkalis, sebagai pelajaran tambahan alias ekstra kurikuler. Mulai dari membuka cangkang, memisahkan dagingnya dan merebus.
Setelah mengetahui rasa dan kelezatan kerupuk biji getah yang diolah, membuat anak pertama dari dua bersaudara ini semakin tertantang menambah varian lainnya dari biji getah ini. Mulai dari sambal balado biji getah, coklat biji getah, biskuit biji getah bahkan pakan ternak ayam dan ikan.
Tidak sampai di situ, agar temuannya diterima masyarakat dan memenuhi strandar kesehatan maupun halal. Dewi mau tidak tinggal diam, dara Desa Berancah, Kecamatan Bantan ini, terus putar otak, agar temuannya bisa dikonsumsi khalayak ramai. Lantas mendaftarkan panganan dari biji getah kepada pihak terkait.
“Alhamdulillah, sudah dinyatakan lulus uji Puskesmas, sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam waktu dekat BPOM akan segera turun ke MAN 1 Bengkalis,” tandas Dewi.
Agar temuannya dalam mengolah panganan biji getah semakin dikenal, pada bulan Agustus 2017 Dewi bersama anak muridnya mengikuti lomba inovasi yang ditaja Balitbang Bengkalis. Alhamdulilah, berkat kesungguhannya, di ajang itu Dewi dengan produk DewRA Paragu memperoleh nominasi 5 besar sebagai guru pembimbing siswa dalam inovasi.
Berbekal nominasi lima besar itu, pada 11 November 2017, Dewi dibantu sang mama Iis Sugiarti alias Tutik, ikut perlombanaan inovasi pengelolaan panganan berbahan baku ungulan lokal Riau di Balitbang Provinsi Riau.
Dari pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB, di hadapan sang juri, Dewi bersama sang mama, memperagakan pembuatan cemilan dengan nama DewRa biskuit Paragu. Makna dari DewRa adalah Dewi mengolah buah para (biji getah), Paragu gabung dari buah para dan sagu.
Berkat kesabaran, mengolah biji getah alias buah para, maka Sabtu 11 November 2017, DewRa mampu menyisihkan para inovator pangan se-Provinsi Riau bahkan dari Kota Solo, Jawa Tengah. DewRa berhasil meraih juara kedua, sekaligus mengharumkan nama Kabupaten Bengkalis di kancah provinsi.
“Awalnya tidak percaya, karena peserta dari seluruh Provinsi Riau bahkan dari Solo Jawa Tengah. Juara satu dari kueh kering ikan patin dari Bagian Gizi Pekanbaru. Tapi nyatanya Dewi dinyatakan sebagai pemenang juara dua pada lomba bergengsi tingkat Provinsi Riau,” ungkapnya.
Atas keberhasilannya meraih juara kedua, Dewi mengucapkan terima kasih kepada Balitbang Bengkalis yang telah melakukan pembinaan, Kepala MAN 1 Bengkalis Sudirman, dan siswa MAN 1 Bengkalis.
Memang juara kedua, selain sebagai bentuk apresiasi atas kerja kerasnya selama ini, juga semakin memperkenalkan produknya. Terbukti, sejak saat itu, beberapa instansi memesan produk DewRa untuk dipasarkan. Mulai dari Pemerintah Provinsi Riau, Pemerintah Kabupaten Kampar dan Kadin Provinsi Riau sudah memesan. Rencananya, pihak Kadin Provinsi Riau akan memasarkan DewRa di Bandara Sultan Syarif Kasim di Pekanbaru. “Alhamdulillah, produk panganan dari biji getah mulai gemari,” tandasnya.
Soal bahan baku biji getah. Saat ini, Dewi dan kawan-kawan menampung biji getah dari petani dengan harga Rp3.000 per kilogram. Memang saat ini, biji getah yang dibeli dari petani belum banyak, karena masih terbentur modal. Tapi kelak, katanya, bukan mustahil, dia akan menampung biji getah dalam kapasitas besar.
“Doakan saja, kelak kami jadi pengusaha biji getah,” ungkapnya, serasa tersenyum simpul.
Dewi semakin larut dengan temuannya. Buktinya, untuk untuk memudahkan kerja dalam mengolah biji getah, ternyata Dewi bersama tiga anak didiknya, M Razip, Surya Maulana dan Sahrudin menciptakan mesin pemecah biji getah. Memanfatkan Sanyo, ternyata mesin buatannya sudah sangat membantu dalam memecah biji getah.
Nama mesin temuannya, dilebeli Mrs UD. Dewlateks, yakni gabungnan nama dari M Razip, Surya Udin dan Dewi temuan biji getah.(fer)
Sempat mengalami kejayaaan, kini harga getah tidak lagi mempesona. Meskipun demikian, tidak menyurutkan petani menakek batang getah setiap pagi. Yang penting bagi petani, “susu” dari batang getah terus mengalir dan menetes. Ternyata tidak hanya persoalan harga, petani akan menghadapi waktu libur tetap, sehingga harus menggantungkan pisau sadap.
Melihat fenomena tersebut, membuat hati Dewi Melinda, S.Pd, terketuk untuk mencarikan solusi terbaik, supaya petani tidak terkutat dengan susu getah saja. Padahal, tidak hanya “susu”-nya, ada bagian lain yang selama ini terabaikan, bila diolah mendatangkan rupiah. Yakni, biji getah alias biji karet, atau sebagian masyarakat Bengkalis menyebutnya buah para.
Berawal ketika datang ke kebun karet milik orang tuanya, Putri dari pasangan Janawiyanto alias Heri dan Iis Sugiarti alias Tutik ini, menyaksikan biji getah berserakan, tidak ada yang pedulli. Kalaupun ada yang mengutip, hanya segelintir saja, itupun sebagai bibit cantuman (getah kawin).
Lantas lulusan Jurusan Sejarah, FKIP Universitas Riau ini, berpikir menjadikan biji getah bernilai ekonomis. Bersama sang ibu, Dewi mengutip biji getah ini, untuk diolah menjadi panganan atau cemilan, yang kelak bernilai ekonomis.
“Awalnya, bingung mau diolah jadi apa. Lantas muncul ide, membuat kerupuk biji getah (buah para),” ujar guru pelajaran Sejarah dan Pembimbing UMKM KIR Al Banna, MAN 1 Bengkalis ini.
Dengan tekad dan kemauan yang kuat untuk mengolah biji getah itu menjadi bahan baku panganan. Untuk mengolah biji getah ini, Dewi mengajak anak didiknya yang tergabung dalam UMKM KIR Al Banna MAN 1 Bengkalis, sebagai pelajaran tambahan alias ekstra kurikuler. Mulai dari membuka cangkang, memisahkan dagingnya dan merebus.
Setelah mengetahui rasa dan kelezatan kerupuk biji getah yang diolah, membuat anak pertama dari dua bersaudara ini semakin tertantang menambah varian lainnya dari biji getah ini. Mulai dari sambal balado biji getah, coklat biji getah, biskuit biji getah bahkan pakan ternak ayam dan ikan.
Tidak sampai di situ, agar temuannya diterima masyarakat dan memenuhi strandar kesehatan maupun halal. Dewi mau tidak tinggal diam, dara Desa Berancah, Kecamatan Bantan ini, terus putar otak, agar temuannya bisa dikonsumsi khalayak ramai. Lantas mendaftarkan panganan dari biji getah kepada pihak terkait.
“Alhamdulillah, sudah dinyatakan lulus uji Puskesmas, sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam waktu dekat BPOM akan segera turun ke MAN 1 Bengkalis,” tandas Dewi.
Agar temuannya dalam mengolah panganan biji getah semakin dikenal, pada bulan Agustus 2017 Dewi bersama anak muridnya mengikuti lomba inovasi yang ditaja Balitbang Bengkalis. Alhamdulilah, berkat kesungguhannya, di ajang itu Dewi dengan produk DewRA Paragu memperoleh nominasi 5 besar sebagai guru pembimbing siswa dalam inovasi.
Berbekal nominasi lima besar itu, pada 11 November 2017, Dewi dibantu sang mama Iis Sugiarti alias Tutik, ikut perlombanaan inovasi pengelolaan panganan berbahan baku ungulan lokal Riau di Balitbang Provinsi Riau.
Dari pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB, di hadapan sang juri, Dewi bersama sang mama, memperagakan pembuatan cemilan dengan nama DewRa biskuit Paragu. Makna dari DewRa adalah Dewi mengolah buah para (biji getah), Paragu gabung dari buah para dan sagu.
Berkat kesabaran, mengolah biji getah alias buah para, maka Sabtu 11 November 2017, DewRa mampu menyisihkan para inovator pangan se-Provinsi Riau bahkan dari Kota Solo, Jawa Tengah. DewRa berhasil meraih juara kedua, sekaligus mengharumkan nama Kabupaten Bengkalis di kancah provinsi.
“Awalnya tidak percaya, karena peserta dari seluruh Provinsi Riau bahkan dari Solo Jawa Tengah. Juara satu dari kueh kering ikan patin dari Bagian Gizi Pekanbaru. Tapi nyatanya Dewi dinyatakan sebagai pemenang juara dua pada lomba bergengsi tingkat Provinsi Riau,” ungkapnya.
Atas keberhasilannya meraih juara kedua, Dewi mengucapkan terima kasih kepada Balitbang Bengkalis yang telah melakukan pembinaan, Kepala MAN 1 Bengkalis Sudirman, dan siswa MAN 1 Bengkalis.
Memang juara kedua, selain sebagai bentuk apresiasi atas kerja kerasnya selama ini, juga semakin memperkenalkan produknya. Terbukti, sejak saat itu, beberapa instansi memesan produk DewRa untuk dipasarkan. Mulai dari Pemerintah Provinsi Riau, Pemerintah Kabupaten Kampar dan Kadin Provinsi Riau sudah memesan. Rencananya, pihak Kadin Provinsi Riau akan memasarkan DewRa di Bandara Sultan Syarif Kasim di Pekanbaru. “Alhamdulillah, produk panganan dari biji getah mulai gemari,” tandasnya.
Soal bahan baku biji getah. Saat ini, Dewi dan kawan-kawan menampung biji getah dari petani dengan harga Rp3.000 per kilogram. Memang saat ini, biji getah yang dibeli dari petani belum banyak, karena masih terbentur modal. Tapi kelak, katanya, bukan mustahil, dia akan menampung biji getah dalam kapasitas besar.
“Doakan saja, kelak kami jadi pengusaha biji getah,” ungkapnya, serasa tersenyum simpul.
Dewi semakin larut dengan temuannya. Buktinya, untuk untuk memudahkan kerja dalam mengolah biji getah, ternyata Dewi bersama tiga anak didiknya, M Razip, Surya Maulana dan Sahrudin menciptakan mesin pemecah biji getah. Memanfatkan Sanyo, ternyata mesin buatannya sudah sangat membantu dalam memecah biji getah.
Nama mesin temuannya, dilebeli Mrs UD. Dewlateks, yakni gabungnan nama dari M Razip, Surya Udin dan Dewi temuan biji getah.(fer)
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Sabtu 09 September 2023
Jalin Silaturahmi, Sahabat Fuja ''Sejiwa Sehati'' Gelar Turnamen Domino Diikuti 500 Peserta
Berita Terkini
Minggu 05 Mei 2024, 09:47 WIB
Balon Gubri Edy Natar Nasution Serahkan Formulir ke DPW PKB: Membangun Komunikasi Politik yang Solid
Minggu 05 Mei 2024, 08:52 WIB
Mantan Gubernur Riau Edy Natar Nasution Terima Dukungan Penuh dari Marga Butar Butar untuk Maju di Pilgubri 2024
Minggu 05 Mei 2024, 08:46 WIB
Aklamasi, Tri Joko Jadi Ketua PJS DKI Jakarta
Sabtu 04 Mei 2024, 10:40 WIB
Bupati Zukri Misran Ngopi Sore Bareng JMSI Riau, Disorot Kontribusi dalam Pemilu dan Fokus Pembangunan Pelalawan
Jumat 03 Mei 2024, 18:03 WIB
Dugaan Pencemaran Nama Baik Profesi, PJS Resmi Adukan Rum Pagau ke Polda Gorontalo
Jumat 03 Mei 2024, 15:11 WIB
PT BRKS Jalin Kerjasama dengan Dinas PMD Bengkalis Terkait Pelaksanaan Siskeudes-Link
Jumat 03 Mei 2024, 14:48 WIB
UIR Masuk Dalam 10 Kampus Islam Terbaik Versi Edurank, Wakil Rektor Bidang Akademik : UIR Akan Terus Tingkatkan Mutu Kampus
Jumat 03 Mei 2024, 11:17 WIB
Hari ini Gebyar BBI BBWI dan Carnival Lancang Kuning Mulai Digelar di Pekanbaru
Jumat 03 Mei 2024, 11:09 WIB
Sah! KPU Pekanbaru Tetapkan 50 Calon Anggota DPRD Terpilih Hasil Pemilu 2024, Berikut Nama-namanya
Jumat 03 Mei 2024, 11:00 WIB
Luar Biasa! Maruarar Sirait Pendukung Jokowi: 10 Tahun Tak Jadi Menteri Tetap Loyalis Sejati