Senin, 6 Mei 2024

Breaking News

  • Mahasiswa Indonesia Belajar Logistik Kebencanaan ke Pakar di Jepang   ●   
  • Damkar Kota Pekanbaru Dapat Tambahan Bantuan Dua Unit Mobil Pemadam   ●   
  • Dibuka Presiden Jokowi, Pj Gubernur Riau Hadiri Musrenbangnas 2024   ●   
  • Balon Gubri Edy Natar Nasution Serahkan Formulir ke DPW PKB: Membangun Komunikasi Politik yang Solid   ●   
  • Mantan Gubernur Riau Edy Natar Nasution Terima Dukungan Penuh dari Marga Butar Butar untuk Maju di Pilgubri 2024   ●   
UAS: Bukan Perpisahan yang Kutangisi. Tapi Dek Caro ndak Lamak.
Senin 11 Desember 2017, 00:54 WIB
UAS disambut para tokoh Riau di bandara SSQ II. Kuasa hukum GNFI Dr Kapitra Ampera SH MH

Pekanbaru, Berazam--Ustadz kondang asal Tanah Melayu Riau, Ustadz Abdul Somad (UAS) Ahad siang (10/12) disambut meriah sejumlah tokoh dan umat Islam Riau.  UAS tampak ceria dan ramah seperti sikapnya sehari-hari.

''Semua persoalan sudah clear. Saya hanya dihadang oleh sekelompok kecil 'preman nasi bungkus'. Saya menolak itu,'" ucap UAS kepada pers setibanya di bandara SSK II Pekanbaru. Tampat ikut menyambut Ketua Harian LAM Riau, Datuk Syahril Abubakar,  Pengacara GNPF, M. Kapitra Ampera,  sejumlah pemuka masyarakat, pemuka adat, dan sejumlah ormas di Riau.

Ustadz Abdul Somad pulang ke Pekanbaru setelah mengisi tiga acara Tabligh Akbar di Denpasar, Bali. UAS  mengklarifikasi semua kejadian penghadangan berceramah  di Bali. Termasuk adanya unjuk rasa dan tudingan bahwa dirinya berceramah  mengandung unsur anti Pancasila, anti NKRI, dan intoleran.

Saat Tirastimes.com menghubunginya via WA dan menanyakan kabar dirinya sepulang dari Bali, Ustadz Somad menanggapi singkat sambil bergurau: '"Ucapan utk Bali: Bukan perpisahan yg kutangisi. Tapi dek caro ndak lamak. Situasinya Aman
Terkendali. Maaf baru sampai, Bang.''

Somad juga  menegaskan,  tuduhan-tuduhan tersebut adalah fitnah. Mengapa Somad  menolak berikrar cinta NKRI seperti diminta kelompok kecil ini? Menurut Somad, hal itu disebabkan  kecintaannya terhadap NKRI yang tidak perlu diragukan lagi. Hal ini bisa dilihat dari kegiatannya di pedalaman bersama Suku Talang Mamak.

"Dari awal saya tidak mau berikrar, bukan karena saya tidak cinta NKRI.  Saya tidak perlu berikrar di depan orang yang tidak punya legalitas, apa otoritas mereka memaksa saya berikrar apa?," ujar UAS yang tamatan S1 universitas di Mesir dan S2 di Maroko ini.

Abdul Somad mengatakan  dalam ceramah dan kegiatannya sehari-hari ia selalu mengajarkan cinta Pancasila dan NKRI. Ia juga pernah mengajarkanpada anak-anak pedalaman tentang Pancasila. Selain itu ia juga dosen dan PNS yang selalu mengajarkan untuk cinta tanah air.

"Akibat tuduhan-tuduhan itu, waktu itu,  saya ingin pulang saja dan meninggalkan   Bali. Namun saat bersamaan,  5.000 jamaah yang ada di masjid telah menunggu termasuk orang  Korem, Kepolisian dan juga anggota NU yang ada di Bali. Mereka tetap  meminta saya untuk berceramah sesuai jadwal. Akhirnya saya tetap laksanakan agenda di sana," sebutnya.

Abdul Somad juga menjelaskan,   dirinya tidak ada masalah dengan umat Hindu Bali. Justru yang jadi masalah di sini yakni ada segelintir orang yang melakukan provokasi.

Oleh sebab itu, kata Somad,  dirinya meminta pada pihak  pemerintah agar senantiasa  menjaga ulama sehingga umat tidak mengamuk.

"Mudah-mudahan ke depannya tidak ada ulama yang diperlakukan seperti ini. Saya juga berharap provokator pada kejadian itu bisa ditindak," tutupnya.

Kronologi Peristiwa Versi Ustadz Abdul Somad.

1. Kamis, 7 Desember 2017.
Saya mendapat berita di group WA bahwa KRB menetapkan syarat bahwa saya diterima di Bali jika mau berikrar di Rumah Kebangsaan.
Saya menolak karena:
A. Saya bukan pemberontak.
B. Saya tidaj  terdaftar di ormas terlarang.
C. Saya mendapat beasiswa Mesir-Indonesia thn 1998 setelah lulus Pancasila dan P4. Saya lulus tes PNS 2008 karena bukan anti Pancasila. Sampai sekarang mengajarkan cinta kebangsaan dari kampus sampai desa terpencil.

2. Kamis, jam: 22.15
Saya WA pak Nadhlah:
"Pak, kalau mereka tetap meminta saya ikrar kebangsaan. Saya tidak hadir".
Pak Nadhlah menjawab:
"Kita masih dialog dengan Polda".

3. Jumat, 8 Desember 2017
Jam: 00.15
Saya WA Pak Nadlah:
"Bagaimana Pak, sudah ada keputusan?".
Jam 04:17
WA pak Nadhlah masuk:
"Kami  koordinasikn ke berbagai pihak, tafadh-dhol Ustadz  untuk  berangkat...".
Saya fahami dari WA ini bahwa masalah 'clear'.

4. Jumat jam: 13.00 kami sudah menunggu pak Nadlah di airport Denpasar Bali.
Kami dibawa ke hotel Aston. Makan dan istirahat.

5. Jumat jam 16:00
Saya dibangunkan.
Saya curiga akan disidang. Saya minta tim beli tiket, "Kita pulang, karena ini di luar kesepakatan. Kelihatannya kita dijebak".
Saya dibawa ke salah satu ruang di Hotel Aston. Disana sudah menunggu sekitar 10-15 orang.
Mereka meminta saya berikrar. Saya klarifikasi bahwa semua yg dituduhkan ke diri saya adalah fitnah. Karena saya menolak berikrar, mereka melontarkan kata-kata tidak layak: "Ngeles!", "Seperti PKI", "Panitia mendatangkan ustad otak SD", "Pulangkan saja!", dll.
Saya memilih pulang. Saya kembali ke kamar hotel untuk siap-siap pulang ke airport.

6.Sekitar pukul 17:00
Ketua PW NU Bali yg dari awal mendampingi menangis memikirkan apa yg akan terjadi kalau saya pulang.
Dari pihak Aston menyampaikan bahwa situasi tidak terkendali, hotel tidak bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Seorang bpk polisi masuk menyampaikan ada jalan belakang hotel menuju mobil jika ingin meninggalkan hotel krn pintu depan tidak terkendali.
Kapolres dan Dandim masuk. Meminta agar mempertimbangkan, selamatkan ummat. Di masjid an-Nur ada 5.000an jamaah yang siap datang ke Aston. Di Aston memanas. Suasana mencekam.

7. Sekitar jam 18:00
Bismillah.
Saya dan semua yg ada di kamar menuju ruangan mediasi awal. Pak Kapolres memberikan sambutan singkat. Gus Yadi membawa bendera, dicium semua yg ada di ruangan.
Keluar ruangan menuju lobby hotel. Pengunjuk rasa bergemuruh. Pengawalan ketat.
Pengunjuk rasa tetap berteriak: "Nyanyikan dari hati. Jgn di mulut saja!". Menyanyikan Indonesia Raya. Saat bersalaman mereka menarik dan mencengkeram kuat. Usai. Kembali ke kamar.

8. Selepas Isya.
Menuju Masjid an-Nur.
Ceramah 100 menit.
Jamaah antusias.
Kembali ke hotel.

TvOne minta livecall jam 22.00 Wib. Saya sampaikan untuk menenangkan Netizen yg heboh:
"Saya dalam keadaan aman. Sudah tabligh akbar. Sudah di hotel".

9. Sabtu 9 Desember 2017
Kajian shubuh di Masjid Baiturrahmah berjalan lancar.
Sehari penuh istirahat dan menyambut tamu-tamu dan jamaah di hotel.
Menjelang maghrib hadir PW NU, Muhammadiyah, MUI Bali, GNPF dll.
Ba'da Isya ke Masjid Baiturrahmah tabligh Akbar terakhir.

10. Ahad 10 Desember 2017
Selepas shalat shubuh menuju airport didampingi MUI, GNPF, Kepolisian menuju airport.

11. Mereka masih memunculkan berita-berita di Medsos bahwa saya menolak ikrar karena benar anti NKRI.

12. Jamaah tersakiti karena mereka menuduh saya tidak berani pulang karena sudah termakan honor. Saya sampaikan ini fitnah. Semua honor di Bali sudah saya kembalikan ke Pak Nadlah. Kami orang Riau walau tidak kaya masih tumbuh sebatang dua batang pokok sawit yang menghantarkan kami ke Cairo thn 1998 saat 1 dolar Rp.20.000.- karena ongkos dibebankan ke siswa.

13. Harap diambil tindakan hukum terhadap mereka yang sudah merusak kebinekaan yg terjaga di Bali selama ini. Hadirnya Raja Bali Dr. Ida Cokorde Pemecutan XI dan beberapa tokoh Hindu pada tabligh akbar tadi malam membuktikan bahwa para provokator ini tidak mewakili rakyat Bali.

14. Agar muslim Bali membentuk 'Aliansi Muslim Bali' untuk menjaga interen dan eksteren tetap menjaga kerukunan  dengan saudara Hindu Bali untuk mengantisipasi para provokator yang dapat merusak kerukunan di masa akan datang.

15.NKRI Harga Mati. (Ttc/ybs)


الله اكبر



Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 


About Us

Berazamcom, merupakan media cyber berkantor pusat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Indonesia. Didirikan oleh kaum muda intelek yang memiliki gagasan, pemikiran dan integritas untuk demokrasi, dan pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Kata berazam dikonotasikan dengan berniat, berkehendak, berkomitmen dan istiqomah dalam bersikap, berperilaku dan berperbuatan. Satu kata antara hati dengan mulut. Antara mulut dengan perilaku. Selengkapnya



Alamat Perusahaan

Alamat Redaksi

Perkantoran Grand Sudirman
Blok B-10 Pekanbaru Riau, Indonesia
  redaksi.berazam@gmail.com
  0761-3230
  www.berazam.com
Copyright © 2021 berazam.com - All Rights Reserved
Scroll to top