Jadi Driver Ojek Online Pengantar Makanan Lebih Untung
Sabtu 24 Februari 2018, 00:03 WIB
Driver ojek online punya kesempatan menerima layanan mengantar penumpang dan makanan. Mana yang lebih menggiurkan?
Berazam--Fajar, 30 tahun, sudah tiga tahun bekerja sebagai driver Go-Jek. Sehari-hari ia mengantarkan penumpang dengan bantuan aplikasi Go-Ride, juga melayani pesanan makanan konsumen dengan Go-Food. Fajar hanya contoh driver ojek online bisa berfungsi sebagai pengantar penumpang juga makanan.
Menurut Fajar, bekerja sebagai pengantar makanan lebih menguntungkan daripada mengantar penumpang. Kenapa? karena sistem perhitungan poin yang berbeda pada kedua aplikasi tersebut.
Merujuk laman resmi Go-Jek, nilai 12 poin yang didapat driver online setara dengan tambahan penghasilan Rp10 ribu. Semakin banyak poin, maka semakin banyak penghasilan yang bisa diraih. Aturan main Go-Jek ini memungkinkan para driver memperoleh total tambahan penghasilan via poin hingga Rp200 ribu per hari.
“Kalau Go-Food pada jam sibuk dapat tiga poin. Kalau mengantar orang Go-Ride satu poin. Padahal harganya sama aja antara Go-Food dan Go-Ride. Go-Food menguntungkan untuk mengejar bonus,” kata Fajar.
Setali tiga uang dengan Fajar, Christyan Oscar, 35 tahun, driver Go-Jek yang sudah bekerja selama dua tahun ini mengaku bonus dari mengantar makanan bisa lebih untung. “Sebenarnya sama-sama untung, tapi bila mau main bonus cepat, main Go-Food. Bisa dapat 3 atau 4 poin,” katanya.
Pada aturan main Go-Jek, layanan Go-Food memang lebih menguntungkan bagi driver. Pada Go-Ride, driver mendapatkan poin dasar satu poin dan dapat tambahan satu poin bila menarik penumpang di jam sibuk—antara pukul 16.00 hingga 20.00 pada Senin hingga Jumat.
Untuk area-area tertentu, seperti wilayah Gambir Jakarta Pusat misalnya, ada tambahan dua poin. Namun, driver yang mengambil order Go-Ride maksimal hanya dapat memperoleh tiga poin saja dalam sekali order.
Untuk Go-Food, poin dasar yang bisa diterima driver untuk sekali order adalah dua poin. Pihak Go-Jek akan memberi tambahan satu poin bila makanan yang dipesan pelanggan harganya minimal Rp200 ribu. Selain itu, akan ada tambahan satu poin, apabila driver menerima pesanan pada jam-jam sibuk antara pukul 11.00 hingga 14.00. Driver juga bisa dapat
tambahan dua poin bila menerima pesanan pada pukul 16.00 hingga 20.00 periode Senin hingga Jumat.
Driver juga bisa menerima tambahan poin antara 1,5 poin hingga 2,5 poin bila menerima pesanan di area tertentu. Artinya dalam sekali pesanan, driver bisa mendapatkan empat poin. Jumlah poin ini tinggi dari sistem poin yang diterima driver pada layanan Go-Ride. Peluang driver lebih besar memperoleh poin penuh setara Rp200 per hari bila memilih layanan Go-Food.
Berdasarkan pengakuan Christyan, bila dalam sehari hanya mengambil pesanan Go-Food, ia bisa mengantongi penghasilan kotor Rp300 ribu. Namun, bila digabung dengan jasa layanan order Go-Ride, uang Rp500 ribu bisa dibawa pulang.
Pengalaman empuknya mendapatkan bonus dari layanan antar makanan juga dirasakan oleh Poniman. Ia mengaku memperoleh penghasilan Rp400 ribu dalam sehari. Pesanan Go-Food, banyak membantu penghasilannya sehari-hari.
Namun, jadi pengantar makanan berbasis aplikasi bukan pekerjaan yang mudah. Fajar, Christyan, dan Poniman mengatakan menerima layanan Go-Food punya risiko yang tinggi dari potensi order atau pesanan fiktif.
Biasanya untuk menghindari jadi korban order fiktif, para driver punya beberapa jurus. Fajar misalnya, hanya mau menerima order di bawah Rp100 ribu. Namun, bila atas angka itu, Fajar memutuskan menolaknya. Pada sistem aplikasi ride sharing, driver memungkinkan bisa menerima dan menolak terhadap permintaan pesan antar makanan.
“Kalau dekat, di bawah Rp100 ribu baru diambil. Di atas seratus enggak berani. Banyak order fiktif, kecuali kalau gopay, percaya. Kalau cash enggak,” kilah Fajar.
Christyan dan Poniman justru punya cara lain. Konfirmasi via telepon dan cek alamat pengiriman bisa jadi cara untuk mendeteksi order fiktif. Prinsipnya sederhana, bila pemesan makanan tak menjawab panggilan telepon, keduanya tak akan meneruskan pesanan.
Bagaimana dengan aplikasi ride sharing lainnya?
Pada layanan Go-Food di Indonesia, para driver dimanjakan dengan perolehan poin yang lebih besar. Namun, berbeda dengan UberEats, layanan pengantaran makanan dari Uber. Dalam konteks aturan main yang berlaku secara global, pada laman Ridesharing Driver, mengatur pembayaran pada driver merupakan hasil rumusan “Biaya Ambil Pesanan Biaya Perjalanan Biaya drop off - Potongan Pihak Uber.”
Rata-rata driver UberEats dapat memperoleh pendapatan antara $8 hingga $12 setiap jam. Dalam laporan yang dibuat Glass Door—situsweb pencarian kerja—pengantar makanan Uber dapat memperoleh pendapatan rata-rata $11,35 per jam. Bila dalam sehari seorang pengantar bekerja 8 jam, ia bisa memperoleh pendapatan hingga $90,8.
Selain Go-Food dan UberEats, manisnya untung menjadi pengantar makanan berbasis aplikasi pun ditawarkan What To Eat, aplikasi serupa yang berasal dari Singapura. Mengutip pemberitaan Straits Times, Gerry Tan, pengantar makanan berusia 25 tahun pada aplikasi What To Eat, mengaku memperoleh pendapatan hingga $3.600 per bulan. Rata-rata, pengantar makanan What To Eat bekerja melayani 20 pesanan tiap harinya, selama 5 hari kerja setiap minggu.
Edgar Soon, 43 tahun, pengantar makanan dari aplikasi Foodpanda di Singapura, pada Today Online, mengaku memperoleh pendapatan antara $3 ribu hingga $4 ribu per bulan. Ia mengaku mendapatkan penghasilan dari pengantar makanan lebih besar dibandingkan bekerja sebagai teknisi di laboratorium. **
Sumber: Tirto.id
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Sabtu 09 September 2023
Jalin Silaturahmi, Sahabat Fuja ''Sejiwa Sehati'' Gelar Turnamen Domino Diikuti 500 Peserta
Berita Terkini
Kamis 09 Mei 2024, 21:10 WIB
Kejayaan dan Kontroversi: Kepemimpinan Anti-Kritik Rektor Universitas Riau?
Kamis 09 Mei 2024, 08:03 WIB
Pil Pahit Pensiunan Guru di RSUD Raden Mattaher Jambi
Rabu 08 Mei 2024, 23:58 WIB
Hadiri Halal bi Halal IKA-UNRI, Bupati Kasmarni Terima Penghargaan Alumni Berprestasi Bidang Politik
Rabu 08 Mei 2024, 13:34 WIB
TMMD ke 120 Kodim 0301 PBR Resmi Dibuka, Masykur Tarmizi: Mari Kita Bangun Taraf Ekonomi Masyarakat di TMMD
Rabu 08 Mei 2024, 12:54 WIB
Alih Kelola , Tarif Parkir Pasar Tradisional di Pekanbaru Bakal Turun
Rabu 08 Mei 2024, 12:50 WIB
Pemko Pekanbaru Segera Salurkan Beras CPP Periode April-Mei 2024
Rabu 08 Mei 2024, 11:26 WIB
LKTJ Sawit 2024: Meski Tanpa Juara Satu, Gaungnya Serasa Wow Banget
Rabu 08 Mei 2024, 11:21 WIB
Investasi Pekanbaru Triwulan I Capai Rp 1,6 Triliun
Rabu 08 Mei 2024, 10:40 WIB
Tak Paham Maksud Toxic Luhut Panjaitan, JK: Yang Tak Boleh Masuk Pemerintahan Pelanggar UU
Rabu 08 Mei 2024, 07:41 WIB
Foto Kebersamaan Edy Natar Nasution dengan Para Tokoh Populer dan Ulama Riau Viral, Apa Sebenarnya yang Terjadi?