Senator AS Ingin Trump Akhiri Keterlibatan dalam Konflik Yaman
Kamis 01 Maret 2018, 11:26 WIB
Presiden AS Donald Trump
Washington DC, berazamcom - Para anggota Kongres Amerika Serikat (AS) memulai upaya bipartisan untuk mengakhiri keterlibatan tidak langsung pemerintahan Presiden Donald Trump dalam konflik Yaman. Salah satu upayanya adalah voting istimewa untuk menolak wewenang militer kepresidenan AS.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyebut konflik di Yaman, yang merupakan negara termiskin di Timur Tengah, sebagai bencana kemanusiaan terbesar di dunia. Lebih dari 9.200 orang, kebanyakan warga sipil, tewas dan puluhan ribu lainnya luka-luka dalam konflik yang telah berlangsung 3 tahun ini.
Konflik Yaman dipandang sebagai konflik sipil juga perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Sejak tahun 2015, AS menyuplai persenjataan, intelijen dan bantuan bahan bakar di udara untuk koalisi pimpin Arab Saudi yang melancarkan operasi melawan kelompok pemberontak Houthi, yang didukung Iran.
Seperti dilansir AFP, Kamis (1/3/2018), Senator Bernie Sanders yang independen, Senator Republik Mike Lee dan Senator Demokrat Chris Murphy dalam pernyataan gabungan menyatakan tekad untuk mendorong voting dalam Senat AS 'untuk menarik pasukan bersenjata AS dari sebuah perang yang tidak sah'.
"Kami meyakini bahwa, selama Kongres tidak menyatakan perang atau mengesahkan (keterlibatan) pasukan militer dalam konflik ini, keterlibatan Amerika Serikat di Yaman adalah inkonstitusional dan tidak sah, dan dukungan militer AS terhadap koalisi Saudi harus diakhiri," tegas Senator Sanders.
Penasihat diplomatik dan militer Presiden Donald Trump, pada Oktober 2017 menyatakan pemerintahannya tidak berupaya mencari wewenang baru untuk melancarkan operasi militer di zona-zona konflik dunia.
Kongres AS pertama kali meloloskan wewenang kepresidenan untuk menggunakan kekuatan militer atau AUMF, pada 14 September 2001. Wewenang ini diloloskan Kongres AS sekitar tiga hari usai serangan teroris 11 September 2001 di New York dan Washington AS oleh para pembajak Al-Qaeda.
Sejak saat itu, setiap Presiden AS mulai dari George W Bush, Barack Obama dan sekarang Trump bergantung pada wewenang kepresidenan itu saat melancarkan operasi melawan kelompok militan bersenjata di zona-zona konflik dunia. Beberapa politikus Demokrat dan Republik telah memperingatkan bahwa wewenang kepresidenan itu sama saja menjadi 'surat izin' untuk keterlibatan militer AS tanpa akhir dalam konflik-konflik dunia.
Senator Lee yang konservatif Republikan, menyebut upaya bipartisan ini akan membantu Kongres AS mempertegas kembali kekuasaan atas pengambilan kebijakan luar negeri. "Ini bisa mengizinkan -- atau menolak untuk mengizinkan -- keterlibatan militer dan menegaskan kepentingan nasional AS," sebutnya.
Dokumen setebal 4 halaman yang menjabarkan upaya bipartisan ini menekankan Resolusi Kekuatan Perang 1973, yang mengatur jika pasukan militer AS terlibat konflik di luar negeri tanpa adanya deklarasi perang, maka pasukan itu bisa ditarik oleh presiden jika Kongres memerintahkan.(dtc)
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyebut konflik di Yaman, yang merupakan negara termiskin di Timur Tengah, sebagai bencana kemanusiaan terbesar di dunia. Lebih dari 9.200 orang, kebanyakan warga sipil, tewas dan puluhan ribu lainnya luka-luka dalam konflik yang telah berlangsung 3 tahun ini.
Konflik Yaman dipandang sebagai konflik sipil juga perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Sejak tahun 2015, AS menyuplai persenjataan, intelijen dan bantuan bahan bakar di udara untuk koalisi pimpin Arab Saudi yang melancarkan operasi melawan kelompok pemberontak Houthi, yang didukung Iran.
Seperti dilansir AFP, Kamis (1/3/2018), Senator Bernie Sanders yang independen, Senator Republik Mike Lee dan Senator Demokrat Chris Murphy dalam pernyataan gabungan menyatakan tekad untuk mendorong voting dalam Senat AS 'untuk menarik pasukan bersenjata AS dari sebuah perang yang tidak sah'.
"Kami meyakini bahwa, selama Kongres tidak menyatakan perang atau mengesahkan (keterlibatan) pasukan militer dalam konflik ini, keterlibatan Amerika Serikat di Yaman adalah inkonstitusional dan tidak sah, dan dukungan militer AS terhadap koalisi Saudi harus diakhiri," tegas Senator Sanders.
Penasihat diplomatik dan militer Presiden Donald Trump, pada Oktober 2017 menyatakan pemerintahannya tidak berupaya mencari wewenang baru untuk melancarkan operasi militer di zona-zona konflik dunia.
Kongres AS pertama kali meloloskan wewenang kepresidenan untuk menggunakan kekuatan militer atau AUMF, pada 14 September 2001. Wewenang ini diloloskan Kongres AS sekitar tiga hari usai serangan teroris 11 September 2001 di New York dan Washington AS oleh para pembajak Al-Qaeda.
Sejak saat itu, setiap Presiden AS mulai dari George W Bush, Barack Obama dan sekarang Trump bergantung pada wewenang kepresidenan itu saat melancarkan operasi melawan kelompok militan bersenjata di zona-zona konflik dunia. Beberapa politikus Demokrat dan Republik telah memperingatkan bahwa wewenang kepresidenan itu sama saja menjadi 'surat izin' untuk keterlibatan militer AS tanpa akhir dalam konflik-konflik dunia.
Senator Lee yang konservatif Republikan, menyebut upaya bipartisan ini akan membantu Kongres AS mempertegas kembali kekuasaan atas pengambilan kebijakan luar negeri. "Ini bisa mengizinkan -- atau menolak untuk mengizinkan -- keterlibatan militer dan menegaskan kepentingan nasional AS," sebutnya.
Dokumen setebal 4 halaman yang menjabarkan upaya bipartisan ini menekankan Resolusi Kekuatan Perang 1973, yang mengatur jika pasukan militer AS terlibat konflik di luar negeri tanpa adanya deklarasi perang, maka pasukan itu bisa ditarik oleh presiden jika Kongres memerintahkan.(dtc)
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Sabtu 09 September 2023
Jalin Silaturahmi, Sahabat Fuja ''Sejiwa Sehati'' Gelar Turnamen Domino Diikuti 500 Peserta
Berita Terkini
Senin 29 April 2024, 13:46 WIB
Bang HT, Calon Bupati Pelalawan 2024: Memasuki Arena Pilkada dengan Semangat Tinggi
Senin 29 April 2024, 13:39 WIB
NasDem Akan Tentukan Kader Internal Terbaik untuk Pilkada Serentak Riau
Senin 29 April 2024, 11:10 WIB
Gelar Nobar dengan OPD Pemprov Riau, Pj Gubri Optimis Timnas Indonesia Vs Uzbekistan Menang 2:0
Senin 29 April 2024, 10:39 WIB
Pj Gubri Ingatkan Pejabat Administator Pemprov Riau Terus Belajar
Senin 29 April 2024, 10:35 WIB
BPBD Pekanbaru: Cuaca Ekstrem Masih Berpotensi Hingga Akhir Bulan Ini
Senin 29 April 2024, 10:31 WIB
Optimalkan PPDB 2024, Disdik Pekanbaru Gandeng Tiga OPD
Senin 29 April 2024, 10:22 WIB
Malam Ini, Indonesia vs Uzbekistan: Ayo Garuda Terbanglah Lebih Tinggi!
Senin 29 April 2024, 09:36 WIB
Pembukaan Gebyar Gernas BBI/BBWI dan Lancang Kuning Carnival Bakal Dihadiri Sejumlah Menteri
Senin 29 April 2024, 09:31 WIB
Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ XLII Provinsi Riau
Senin 29 April 2024, 07:11 WIB
Bupati Karimun Hadiri Halal Bi Halal Sekaligus Menabalkan Ketum Iwkk Pekanbaru Terpilih