Lolos Jadi Peserta Pemilu 2019, Begini Peluang PBB
Selasa 06 Maret 2018, 08:42 WIB
Ketua Umum PBB YUsril Ihza Mahendra dan para pengurus lainnya usai dimenangkan Bawaslu, Minggu (4/3/2018)
Jakarta, berazamcom - Kemenangan Partai Bulan Bintang (PBB) merebut tiket peserta pemilu 2019 melalui sidang ajudikasi tak dapat dirayakan berlama-lama. Pengalaman menunjukkan partai ini kesusahan menembus ambang batas parlemen dalam dua periode terakhir.
PBB tercatat selalu gemilang menembus syarat peserta pemilu, 1999, 2004, 2009, dan 2014. Tapi data perolehan suaranya menunjukkan tren yang menurun sehingga gagal menembus ambang batas parlemen (parliamentary threshold/ PT).
Data pemberitaan detik.com pada 2009, PBB hanya meraih 1,8 juta suara atau 1,79 persen. Pada pemilu 2014-pun meraup 1,8 juta atau 1,46 persen. Bagaimana dengan peluang pada Pemilu 2019?
Meski kemarin dinyatakan menang oleh Bawaslu dan berhak menjadi peserta, tapi hasil survey Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), 7-13 Desember 2017, hasilnya tak menggembirakan. Sebanyak 1.220 responden yang diambil dengan metode multistage random sampling, PBB hanya akan meraup 0,1 persen.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli menyebutkan kedigdayaan PBB yang mewarisi Partai Masyumi tak gemerlap seperti dahulu kala. Hilangnya kedigdayaan ini karena dua sebab, yakni perpecahan internal dan hilangnya ideologi massa.
"Dari faktor internal dulu ada perpecahan di kalangan Masyumi. Dan sebagian kader Masyumi beralih ke PPP sebagai fusi parpol Islam semasa Orde Baru, atau pindah ke PKS," jelas Lili kepada wartawan, Senin (5/3/2018).
M. Arskal Salim GP dalam buku Mengapa Partai Islam Kalah?: Perjalanan Politik Islam dari Pra-Pemilu 1999 Sampai Pemilihan Presiden menyebutkan, pewaris Masyumi pasca reformasi mengalami segmentasi. Mereka terbagi dalam tiga parpol, yakni PBB yang diketaui Yusril Ihza Mahendra, Partai Politik Islam Masyumi (PPIM) yang diketuai oleh Abdullah Hehamahua, dan Partai Masyumi Baru (PMB) yang diketuai Ridwan Saidi.
Perpecahan inilah yang membuat suara massa tidak terkonsentrasi. Selanjutnya seleksi alam simpatisan Masyumi juga tergoda oleh berbagai parpol Islam yang lain dengan ideologi yang hampir sama. Bahkan mereka harus berbagi lambang bulan bintang.
Lili menyebutkan ideologi PBB di basis massa-pun merosot. Visi PBB dianggap kurang mengakar sehingga banyak kader maupun pemilih tak jarang beralih ke parpol nasionalis.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adji Alfarabie mengungkap pengelolaan PBB selama ini tidak semenarik parpol berbasis Islam yang berhasil masuk ke DPR. Struktur PBB kurang solid, calon anggota legislatifnya kurang populer, dan cenderung sentralistis.
"PBB ini masih mengandalkan ketua umum-nya, Yusril Ihza Mahendra, sebagai figur sentral. Ini kurang kuat, apalagi posisinya sekarang adalah pengamat hukum dan pengacara," jelasnya.
Ia mengakui Yusril merupakan sosok yang cerdas dan sangat terkenal pasca reformasi 1999. Kecerdasan dan kepiawaiannya di bidang hukum diperlihatkan dalam sejumlah persidangan kasus yang ditanganinya. Begitu pun dalam persidangan ajudikasi di Bawaslu, akhirnya bukti-bukti dan argumentasi yang diajukan membuat PBB dimenangkan melawan KPU.(*)
sumber: detik.com
PBB tercatat selalu gemilang menembus syarat peserta pemilu, 1999, 2004, 2009, dan 2014. Tapi data perolehan suaranya menunjukkan tren yang menurun sehingga gagal menembus ambang batas parlemen (parliamentary threshold/ PT).
Data pemberitaan detik.com pada 2009, PBB hanya meraih 1,8 juta suara atau 1,79 persen. Pada pemilu 2014-pun meraup 1,8 juta atau 1,46 persen. Bagaimana dengan peluang pada Pemilu 2019?
Meski kemarin dinyatakan menang oleh Bawaslu dan berhak menjadi peserta, tapi hasil survey Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), 7-13 Desember 2017, hasilnya tak menggembirakan. Sebanyak 1.220 responden yang diambil dengan metode multistage random sampling, PBB hanya akan meraup 0,1 persen.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli menyebutkan kedigdayaan PBB yang mewarisi Partai Masyumi tak gemerlap seperti dahulu kala. Hilangnya kedigdayaan ini karena dua sebab, yakni perpecahan internal dan hilangnya ideologi massa.
"Dari faktor internal dulu ada perpecahan di kalangan Masyumi. Dan sebagian kader Masyumi beralih ke PPP sebagai fusi parpol Islam semasa Orde Baru, atau pindah ke PKS," jelas Lili kepada wartawan, Senin (5/3/2018).
M. Arskal Salim GP dalam buku Mengapa Partai Islam Kalah?: Perjalanan Politik Islam dari Pra-Pemilu 1999 Sampai Pemilihan Presiden menyebutkan, pewaris Masyumi pasca reformasi mengalami segmentasi. Mereka terbagi dalam tiga parpol, yakni PBB yang diketaui Yusril Ihza Mahendra, Partai Politik Islam Masyumi (PPIM) yang diketuai oleh Abdullah Hehamahua, dan Partai Masyumi Baru (PMB) yang diketuai Ridwan Saidi.
Perpecahan inilah yang membuat suara massa tidak terkonsentrasi. Selanjutnya seleksi alam simpatisan Masyumi juga tergoda oleh berbagai parpol Islam yang lain dengan ideologi yang hampir sama. Bahkan mereka harus berbagi lambang bulan bintang.
Lili menyebutkan ideologi PBB di basis massa-pun merosot. Visi PBB dianggap kurang mengakar sehingga banyak kader maupun pemilih tak jarang beralih ke parpol nasionalis.
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adji Alfarabie mengungkap pengelolaan PBB selama ini tidak semenarik parpol berbasis Islam yang berhasil masuk ke DPR. Struktur PBB kurang solid, calon anggota legislatifnya kurang populer, dan cenderung sentralistis.
"PBB ini masih mengandalkan ketua umum-nya, Yusril Ihza Mahendra, sebagai figur sentral. Ini kurang kuat, apalagi posisinya sekarang adalah pengamat hukum dan pengacara," jelasnya.
Ia mengakui Yusril merupakan sosok yang cerdas dan sangat terkenal pasca reformasi 1999. Kecerdasan dan kepiawaiannya di bidang hukum diperlihatkan dalam sejumlah persidangan kasus yang ditanganinya. Begitu pun dalam persidangan ajudikasi di Bawaslu, akhirnya bukti-bukti dan argumentasi yang diajukan membuat PBB dimenangkan melawan KPU.(*)
sumber: detik.com
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Rabu 15 Mei 2024
Edy Natar Nasution Kembali Berkomitmen Politik, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PAN Riau
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Berita Terkini
Minggu 19 Mei 2024, 16:51 WIB
PKKEI: Majelis Hakim Diharap Memahami dengan Benar Kasus LNG Terdakwa Karen Agustiawan Secara Utuh
Minggu 19 Mei 2024, 14:38 WIB
Ini Daftar Sahabat Pengadilan di Sidang Korupsi Mantan Dirut Karen Agustiawan
Minggu 19 Mei 2024, 11:42 WIB
3 Tahun Kepemimpinan Rektor: Sportivitas Persaudaraan Menuju UIN Suska Terbilang dan Gemilang
Sabtu 18 Mei 2024, 19:28 WIB
Ketua DPC PJS Kota Palembang Soroti Pembangunan Terminal Batubara Kramasan
Sabtu 18 Mei 2024, 18:10 WIB
Pernyataan Wan Abu Bakar Berpotensi Primordialisme, Tokoh Riau Edy Natar Nasution Angkat Bicara
Jumat 17 Mei 2024, 22:20 WIB
Dinkes Siak dan Apkesmi Gelar Webinar, Perkenalkan Program ILP
Jumat 17 Mei 2024, 10:57 WIB
Mahasiswa Hukum UIR Raih Best Speaker di Kontes Duta Wisata Riau 2024
Jumat 17 Mei 2024, 10:53 WIB
UIR Terima Bantuan Dana Pendidikan Sebesar Rp 70 Juta dari Bank Syariah Indonesia
Jumat 17 Mei 2024, 10:48 WIB
Viral! Beredar video Harimau Mati Tertabrak Mobil di Tol Permai, Ternyata Begini Faktanya
Jumat 17 Mei 2024, 10:41 WIB
Kisah Kontroversial Pemanggilan Pejabat Eselon 2 di Pemprov Riau: dari Spekulasi hingga Tersangka