Minggu, 19 Mei 2024

Breaking News

  • PKKEI: Majelis Hakim Diharap Memahami dengan Benar Kasus LNG Terdakwa Karen Agustiawan Secara Utuh   ●   
  • Ini Daftar Sahabat Pengadilan di Sidang Korupsi Mantan Dirut Karen Agustiawan   ●   
  • 3 Tahun Kepemimpinan Rektor: Sportivitas Persaudaraan Menuju UIN Suska Terbilang dan Gemilang   ●   
  • Ketua DPC PJS Kota Palembang Soroti Pembangunan Terminal Batubara Kramasan   ●   
  • Pernyataan Wan Abu Bakar Berpotensi Primordialisme, Tokoh Riau Edy Natar Nasution Angkat Bicara   ●   
Pertemuan Jokowi-AHY Tak Cuma Urusan Mengantar Undangan
Rabu 07 Maret 2018, 23:49 WIB
SBY dinilai tengah menyampaikan pesan politik secara tersirat pada momen pertemuan Jokowi dan AHY di Istana.
Jakarta, Berazam--Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dianggap tengah menyampaikan pesan politik lewat putra sulungnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Pesan itu tersirat dari kunjungan AHY ke Istana Negara (6/3) dan Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) (7/3). Secara formal, agenda AHY bertemu Jokowi memang hanya untuk menyampaikan undangan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat di Sentul pada 10-11 Maret 2018 mendatang. Namun, pertemuan dua orang ini pada pada Selasa (6/3/2018) tak cukup dilihat sebatas menyampaikan undangan. Jokowi atau AHY barangkali sangat sadar pertemuannya akan dimaknai berbagai macam oleh publik. Salah satunya Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin yang mencoba memaknai pertemuan AHY dengan dan Jokowi, bahwa SBY sedang mengirimkan pesan politik. Pesan politik yang coba dimaknai soal sikap untuk tidak gampang marah alias baperan terhadap tokoh politik di Indonesia. “Bisa saja SBY ini melakukan tindakan antitesa dari Megawati,” kata Ujang, Rabu (7/3/2018). Ia merujuk pada sikap Megawati Soekarnoputri yang tak pernah mengundang SBY saat menjabat Presiden dalam setiap acara yang digelar PDI Perjuangan. Sikap ini merupakan buntut pertentangan keduanya sejak sebelum Pemilu Presiden 2004. Menurut Ujang, pesan kedua adalah SBY tengah mendidik Agus untuk mampu berkomunikasi dengan tokoh politik nasional. Sebagai politikus muda, AHY perlu menghargai tokoh-tokoh senior. Selain itu, pertemuan itu bisa bermakna bahwa SBY ingin AHY mendapat citra positif bahwa sebagai politis muda harus menghormati Jokowi yang lebih senior yang juga sebagai presiden. “[Ini] berdampak pada pemberitaan yang positif,” kata Ujang. Selain tiga pesan di atas, Ujang menyebut, pesan politik yang paling terbaca adalah sinyal untuk berkoalisi atau sebaliknya. Sinyalemen pertama, nampak dalam kedatangan AHY ke Istana. Ia menduga pertemuan ini menjadi bagian dari silaturahmi dan penjajakan AHY untuk menjadi calon wakil presiden bagi Jokowi pada Pemilu 2019. Pesan Berkawan atau Berlawan Ihwal sinyalemen kedua alias beroposisi usai pertemuan kedua orang itu, dosen di Universitas Al-Azhar Indonesia ini menyebut bisa muncul lantaran peluang AHY untuk maju menjadi cawapres tak akan mudah. AHY harus mendapat restu dari PDI Perjuangan selaku partai pengusung lantaran Jokowi sudah dideklarasikan partai berlambang banteng ini sebagai calon presiden untuk 2019. Ia memperkirakan Megawati akan susah menerima AHY meskipun saat ini SBY sudah membuka diri untuk berkomunikasi dengan PDI Perjuangan yang menjadi oposisi SBY selama 10 tahun menjabat. “[Megawati belum mau [membuka diri],” ucap Ujang. Ihwal pesan berkawan atau berlawan yang dibawa AHY ini juga disoroti Manajer Riset Poltracking Faisal Arief Kamil. Faisal menyebut AHY dan Demokrat berada di posisi strategis. Saat ini, keduanya berada di antara kubu Jokowi atau Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra yang digadang akan kembali maju dalam Pilpres 2017. “Kita bisa melihatnya dari dua sisi, mengajak koalisi dan kedua ingin menunjukkan bahwa ini ada AHY. Kalau tidak koalisi ya bisa ke Prabowo"," kata Faisal. Dalam survei Poltracking yang dirilis akhir Februari 2018, AHY merupakan kandidat cawapres potensial berdasarkan survei nasional Poltracking terhadap 1.200 responden pada 27 Januari-3 Februari 2018. Ia meraih elektabilitas 3,6 persen. Selain AHY, tokoh yang berpotensi menjadi cawapres berdasarkan survei itu adalah Gatot Nurmantyo dengan elektabilitas 4,2 persen, Anies Baswedan 4,1 persen, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) 3,7 persen, Ridwan Kamil 3,0 persen, dan Khofifah 2,4 persen. “Kemungkinan poros ketiga yang digagas SBY melawan poros Jokowi dan Prabowo, meski kecil kemungkinan. AHY bisa saja jadi pasangan Prabowo atau Jokowi," ujar Faisal. Jawaban Aman dari AHY Di luar tafsiran yang dikemukakan oleh Faisal dan Ujang, pernyataan AHY hanya menegaskan pertemuan dengan Jokowi hanya untuk menyampaikan undangan Rapimnas Demokrat, termasuk saat bertemu Wiranto. Alumnus Akademi Militer tahun 2000 ini mengatakan, Demokrat menghendaki kedua tokoh politik itu memberi pesan buat kadernya. “Tujuan utama Rapimnas adalah mengkonsolidasikan kader Demokrat. Oleh karena itu pasti ada hal-hal penting yang bisa disampaikan oleh pemimpin kita Presiden Jokowi dan sejumlah tokoh lainnya," kata AHY di Kantor Kemenko Polhukam,. Alumnus Harvard University ini mengatakan pembicaraan koalisi untuk pemilu 2019 masih terlalu dini. Namun, ia tak memungkiri akan terus menjalin komunikasi dengan semua parpol hingga koalisi terbentuk. Ia juga memastikan, partainya akan bergabung dengan salah satu poros koalisi di pemilu, meskipun dirinya tak menjelaskan apakah Demokrat hendak membuat poros baru atau bergabung dengan koalisi yang sudah ada. “Saya belum bisa mengatakan hari ini, terlalu dini, karena masih akan terjadi banyak momentum dan juga komunikasi di antara elite dan kader-kader partai peserta pemilu mendatang. Semua masih mungkin,” ujar AHY.** Sumber; Tirto.id



Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com


Komentar Anda
Berita Terkait
 
 


About Us

Berazamcom, merupakan media cyber berkantor pusat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau, Indonesia. Didirikan oleh kaum muda intelek yang memiliki gagasan, pemikiran dan integritas untuk demokrasi, dan pembangunan kualitas sumberdaya manusia. Kata berazam dikonotasikan dengan berniat, berkehendak, berkomitmen dan istiqomah dalam bersikap, berperilaku dan berperbuatan. Satu kata antara hati dengan mulut. Antara mulut dengan perilaku. Selengkapnya



Alamat Perusahaan

Alamat Redaksi

Perkantoran Grand Sudirman
Blok B-10 Pekanbaru Riau, Indonesia
  redaksi.berazam@gmail.com
  0761-3230
  www.berazam.com
Copyright © 2021 berazam.com - All Rights Reserved
Scroll to top