Oleh: Fakhrunnas MA Jabbar
Menukil Kontribusi RAPP Bagi Daerah dan Negara Sejak Beroperasi Hingga Sekarang
Jumat 12 Januari 2018, 21:55 WIB
Tak bisa dipungkiri, kehadiran PT RAPP di Riau telah membawa efek domino yang sangat luar biasa terhadap masyarakat Riau khususnya Pelalawan.
Betapa tidak. Sejak beroperasi tahun 1999, Pangkalan Kerinci--ibukota kabupaten Pelalawan, tadinya bagai kota mati, mendadak menjadi sebuah kota yang dinamis.
Deretan ruko tampak berdiri disepanjang jalan di kota Pangkalan Kerinci yang dijadikan sebagai tempat transaksi jual beli. Pasar dan sejumlah hotel pun bermunculan. Semua ini terjadi akibat efek domino dari keberadaan RAPP yang memicu terjadinya perputaran uang dalam jumlah yang tidak sedikit.
Akibatnya, masyarakat yang tadinya tidak memiliki aktifitas perbaikan ekonomi, seketika berubah lantaran mendapat efek menetes yang dalam istilah ekonomi populer dengan sebutan "trickle down effect".
Itu baru dalam tahap kontribusi keberadaan RAPP terhadap daerah atau lokal. Belum lagi sumbangan mereka melalui CSR atau CD (Comunity Development) yang hingga saat ini masih terus berjalan secara konsisten dalam berbagai skema yang muaranya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat sekitar operasional perusahaan.
Lalu bagaimana dengan negara? Wow, ternyata selama beroperasi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) telah berkontribusi terhadap negara sebesar Rp 2,45 triliun.
Jumlah tersebut meliputi komposisi penerimaan pajak Rp 1,92 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp 530 miliar.
Selain memberikan kontribusi pendapatan ke pusat, Pemerintah Daerah (Pemda) pun turut merasakan adanya penerimaan tambahan hingga Rp 758,59 miliar sepanjang 1999 hingga 2014.
Selama 15 tahun beroperasi, salah satu unit usaha Royal Golden Eagle (RGE) atau Raja Garuda Emas milik konglomerat Sukanto Tanoto ini berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja secara nasional sebanyak kurang lebih 85.000 orang per tahun.
Dari jumlah itu, 65.000 atau 81 persennya berada di Riau. Pada 2000 lalu, RAPP membuka 42.000 kesempatan kerja di Riau dan meningkat menjadi 59.000 orang pada 2010, lalu naik lagi menjadi 58.000 kesempatan kerja pada 2014.
Sebanyak 60 persen kesempatan kerja muncul di Pelalawan. Dan hingga saat ini, RAPP telah memproduksi 2,8 juta ton pulp dan 1,2 juta ton kertas serta mempekerjakan 5.500 tenaga kerja langsung. Adapun produk yang dihasilkan dengan merek PaperOne yang dipasarkan ke lebih dari 75 negara.
Produk tersebut 100 persen dibuat dari kayu dari Hutan Tanaman Industri (HTI).
Berdasarkan kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM), keberadaan RAPP di Riau mampu berkontribusi signifikan terhadap perekonomian masyarakat wilayah tersebut.
Tercatat sejak 1999 hingga 2014, RAPP telah berkontribusi dalam pembentukan output terhadap perekonomian nasional Rp 557 triliun, yang mana Rp 498 triliun atau 89,5 persennya berada di Riau.
Dampak output tersebut setara dengan 7,4 persen dari total output Riau termasuk migas atau 9 persen dari output Riau tanpa Migas.
Namun, kontribusi relatif output RAPP terhadap perekonomian Riau menunjukkan pola penurunan sejak 2009 sebagai dampak pertumbuhan output Provinsi Riau yang lebih tinggi.
Meskipun demikian, penurunan tersebut bukanlah suatu hal yang negatif. Justru dengan penurunan tersebut menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat semakin meningkat dan tidak bergantung lagi pada RAPP.
Ini positif karena ketergantungan secara ekonomi masyarakat di Riau terhadap perusahaan semakin turun, karena tingkat kemandirian mereka justru meningkat.
Seiring dengan berjalannya waktu, meskipun sering mendapat kritikan kritikan yang terkadang sifatnya menyerang, namun suka tidak suka, keberadaan RAPP sejak berdiri hingga kini patut diapresiasi, terlepas dari kelebihan dan kekurangannya sebagai perusahaan go internasional yang dikelola manusia yang tidak luput dari kodrat Nya secara alamiah yang sewaktu waktu dapat memicu terjadinya konflik antara masyarakat dengan perusahaan.
Namun yang pasti sejauh ini konflik yang terjadi masih bisa diatasi dengan baik melalui pendekatan persuasif yang tentunya difasilitasi oleh pemerintah daerah maupun stakeholder lainnya.
1999-2018: 19 tahun sudah RAPP beroperasi. Ibarat umur manusia, keberadaan RAPP bisa dibilang sudah memasuki usia dewasa yang kedepan nya masih menjadi salah satu andalan bagi daerah dan negara.*
Betapa tidak. Sejak beroperasi tahun 1999, Pangkalan Kerinci--ibukota kabupaten Pelalawan, tadinya bagai kota mati, mendadak menjadi sebuah kota yang dinamis.
Deretan ruko tampak berdiri disepanjang jalan di kota Pangkalan Kerinci yang dijadikan sebagai tempat transaksi jual beli. Pasar dan sejumlah hotel pun bermunculan. Semua ini terjadi akibat efek domino dari keberadaan RAPP yang memicu terjadinya perputaran uang dalam jumlah yang tidak sedikit.
Akibatnya, masyarakat yang tadinya tidak memiliki aktifitas perbaikan ekonomi, seketika berubah lantaran mendapat efek menetes yang dalam istilah ekonomi populer dengan sebutan "trickle down effect".
Itu baru dalam tahap kontribusi keberadaan RAPP terhadap daerah atau lokal. Belum lagi sumbangan mereka melalui CSR atau CD (Comunity Development) yang hingga saat ini masih terus berjalan secara konsisten dalam berbagai skema yang muaranya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat sekitar operasional perusahaan.
Lalu bagaimana dengan negara? Wow, ternyata selama beroperasi PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) telah berkontribusi terhadap negara sebesar Rp 2,45 triliun.
Jumlah tersebut meliputi komposisi penerimaan pajak Rp 1,92 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp 530 miliar.
Selain memberikan kontribusi pendapatan ke pusat, Pemerintah Daerah (Pemda) pun turut merasakan adanya penerimaan tambahan hingga Rp 758,59 miliar sepanjang 1999 hingga 2014.
Selama 15 tahun beroperasi, salah satu unit usaha Royal Golden Eagle (RGE) atau Raja Garuda Emas milik konglomerat Sukanto Tanoto ini berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja secara nasional sebanyak kurang lebih 85.000 orang per tahun.
Dari jumlah itu, 65.000 atau 81 persennya berada di Riau. Pada 2000 lalu, RAPP membuka 42.000 kesempatan kerja di Riau dan meningkat menjadi 59.000 orang pada 2010, lalu naik lagi menjadi 58.000 kesempatan kerja pada 2014.
Sebanyak 60 persen kesempatan kerja muncul di Pelalawan. Dan hingga saat ini, RAPP telah memproduksi 2,8 juta ton pulp dan 1,2 juta ton kertas serta mempekerjakan 5.500 tenaga kerja langsung. Adapun produk yang dihasilkan dengan merek PaperOne yang dipasarkan ke lebih dari 75 negara.
Produk tersebut 100 persen dibuat dari kayu dari Hutan Tanaman Industri (HTI).
Berdasarkan kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM), keberadaan RAPP di Riau mampu berkontribusi signifikan terhadap perekonomian masyarakat wilayah tersebut.
Tercatat sejak 1999 hingga 2014, RAPP telah berkontribusi dalam pembentukan output terhadap perekonomian nasional Rp 557 triliun, yang mana Rp 498 triliun atau 89,5 persennya berada di Riau.
Dampak output tersebut setara dengan 7,4 persen dari total output Riau termasuk migas atau 9 persen dari output Riau tanpa Migas.
Namun, kontribusi relatif output RAPP terhadap perekonomian Riau menunjukkan pola penurunan sejak 2009 sebagai dampak pertumbuhan output Provinsi Riau yang lebih tinggi.
Meskipun demikian, penurunan tersebut bukanlah suatu hal yang negatif. Justru dengan penurunan tersebut menunjukkan bahwa kemandirian masyarakat semakin meningkat dan tidak bergantung lagi pada RAPP.
Ini positif karena ketergantungan secara ekonomi masyarakat di Riau terhadap perusahaan semakin turun, karena tingkat kemandirian mereka justru meningkat.
Seiring dengan berjalannya waktu, meskipun sering mendapat kritikan kritikan yang terkadang sifatnya menyerang, namun suka tidak suka, keberadaan RAPP sejak berdiri hingga kini patut diapresiasi, terlepas dari kelebihan dan kekurangannya sebagai perusahaan go internasional yang dikelola manusia yang tidak luput dari kodrat Nya secara alamiah yang sewaktu waktu dapat memicu terjadinya konflik antara masyarakat dengan perusahaan.
Namun yang pasti sejauh ini konflik yang terjadi masih bisa diatasi dengan baik melalui pendekatan persuasif yang tentunya difasilitasi oleh pemerintah daerah maupun stakeholder lainnya.
1999-2018: 19 tahun sudah RAPP beroperasi. Ibarat umur manusia, keberadaan RAPP bisa dibilang sudah memasuki usia dewasa yang kedepan nya masih menjadi salah satu andalan bagi daerah dan negara.*
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Rabu 15 Mei 2024
Edy Natar Nasution Kembali Berkomitmen Politik, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PAN Riau
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Berita Terkini
Sabtu 18 Mei 2024, 19:28 WIB
Ketua DPC PJS Kota Palembang Soroti Pembangunan Terminal Batubara Kramasan
Sabtu 18 Mei 2024, 18:10 WIB
Pernyataan Wan Abu Bakar Berpotensi Primordialisme, Tokoh Riau Edy Natar Nasution Angkat Bicara
Jumat 17 Mei 2024, 22:20 WIB
Dinkes Siak dan Apkesmi Gelar Webinar, Perkenalkan Program ILP
Jumat 17 Mei 2024, 10:57 WIB
Mahasiswa Hukum UIR Raih Best Speaker di Kontes Duta Wisata Riau 2024
Jumat 17 Mei 2024, 10:53 WIB
UIR Terima Bantuan Dana Pendidikan Sebesar Rp 70 Juta dari Bank Syariah Indonesia
Jumat 17 Mei 2024, 10:48 WIB
Viral! Beredar video Harimau Mati Tertabrak Mobil di Tol Permai, Ternyata Begini Faktanya
Jumat 17 Mei 2024, 10:41 WIB
Kisah Kontroversial Pemanggilan Pejabat Eselon 2 di Pemprov Riau: dari Spekulasi hingga Tersangka
Kamis 16 Mei 2024, 13:18 WIB
Tuhan Sedang Menyapa Kita
Kamis 16 Mei 2024, 07:57 WIB
Konsistensi Syamsuar Dipertanyakan: Dulu Tidak Maju, Sekarang Maju, Harris pun Merasa Tertipu?
Rabu 15 Mei 2024, 15:08 WIB
KPU Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur Jika Maju Pilkada 2024