Proyek Kereta Cepat & LRT Sengaja Dihentikan Demi Tahan Laju Impor?
Jumat 23 November 2018, 12:44 WIB
Sri Mulyani mengakui bila proyek kereta cepat dan LRT memang mengandung komponen impor yang cukup besar.
Berazam-Keputusan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menghentikan sementara proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan kereta api ringan (Light Rail Transit/LRT) Cawang-Bekasi Timur memunculkan banyak spekulasi. Apalagi Budi Karya dan Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan punya alasan berbeda soal penghentian ini.
Budi Karya mengatakan keputusan ini diambil menyusul kemacetan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang semakin parah belakangan ini. Selain proyek konstruksi kereta cepat dan LRT, di sana juga tengah berlangsung pembangunan Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek II (Elevated). Sebaliknya, Luhut justru memiliki argumen berbeda dengan Budi Karya.
Menurutnya salah satu alasan penghentian sementara itu karena adanya isu lain, yakni terkait dengan pembebasan lahan konstruksi. “Ada sedikit masalah revisi mengenai pembebasan tanah saya kira. Tumpang tindih, kalau tidak keliru antara kereta cepat dan LRT,” kata Luhut saat ditemui di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu malam (21/11/2018).
Namun Luhut membantah rumor yang berkembang bila penghentian proyek ini dikaitkan dengan masalah pada keuangan. Luhut mengklaim pendanaan dari Cina untuk kereta cepat tetap berjalan sesuai skema serta tidak terkena faktor eksternal, misalnya imbas dari perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat.
“Kalau terkait pendanaan, sama sekali tidak ada masalah. Enggak ada isu seperti itu,” kata Luhut.
Terkait Neraca Dagang yang Jeblok?
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai penghentian sementara dua proyek itu tidak semata karena masalah kemacetan. Ia menduga proyek kereta cepat dan LRT sengaja dihentikan selama beberapa bulan guna menekan laju impor yang menggerus neraca perdagangan.
Menurut Bhima, pemerintah mau tidak mau memang harus melakukan rasionalisasi terhadap sejumlah proyek konstruksi. Sebab kebutuhan besi dan baja yang besar dari impor tidak sejalan dengan kondisi defisit neraca perdagangan yang melebar dan nilai tukar rupiah yang masih fluktuatif sejak awal tahun.
Bhima menengarai penghentian sementara dua proyek konstruksi ini juga untuk menjaga kesehatan fiskal. Ia menyebutkan pendanaan proyek konstruksi selama ini cenderung menggunakan skema pinjaman.
Dengan demikian, kata Bhima, ketika suku bunga global menunjukkan tren kenaikan, maka itu bisa berpengaruh terhadap cashflow pinjaman maupun keuangan perusahaan yang membangun kereta cepat dan LRT.
Anggaran belanja infrastruktur yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 pun, kata Bhima, tidak menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya hal itu karena pemerintah saat ini lebih getol mengalokasikan anggaran untuk bantuan sosial dan belanja negara yang berkaitan dengan pemilu.
“Jadi memang harus diakui infrastruktur itu faktor penyumbang pelemahan nilai tukar rupiah dan kalau tidak hati-hati akan jadi beban APBN. Sehingga pemerintah memang harus gentle mengakui itu dan tidak berlindung dengan alasan kemacetan,” kata Bhima kepada Tirto.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati belum mau berbicara banyak mengenai dampak penghentian sementara dua proyek itu terhadap penekanan laju impor.
Namun meski tidak merinci seberapa besar signifikansinya, Sri Mulyani tidak menampik apabila proyek kereta cepat dan LRT memang mengandung komponen impor yang cukup besar.
“Tentu kalau melihat dari dua proyek ini dan juga proyek-proyek listrik, itu semuanya sangat capital intensive. Nanti saya koordinasikan dengan Pak Menhub mengenai kebijakan beliau,” kata Sri Mulyani saat ditemui di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis sore (22/11/2018).*
sumber: tirto.id
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Sabtu 09 September 2023
Jalin Silaturahmi, Sahabat Fuja ''Sejiwa Sehati'' Gelar Turnamen Domino Diikuti 500 Peserta
Berita Terkini
Rabu 08 Mei 2024, 23:58 WIB
Hadiri Halal bi Halal IKA-UNRI, Bupati Kasmarni Terima Penghargaan Alumni Berprestasi Bidang Politik
Rabu 08 Mei 2024, 13:34 WIB
TMMD ke 120 Kodim 0301 PBR Resmi Dibuka, Masykur Tarmizi: Mari Kita Bangun Taraf Ekonomi Masyarakat di TMMD
Rabu 08 Mei 2024, 12:54 WIB
Alih Kelola , Tarif Parkir Pasar Tradisional di Pekanbaru Bakal Turun
Rabu 08 Mei 2024, 12:50 WIB
Pemko Pekanbaru Segera Salurkan Beras CPP Periode April-Mei 2024
Rabu 08 Mei 2024, 11:26 WIB
LKTJ Sawit 2024: Meski Tanpa Juara Satu, Gaungnya Serasa Wow Banget
Rabu 08 Mei 2024, 11:21 WIB
Investasi Pekanbaru Triwulan I Capai Rp 1,6 Triliun
Rabu 08 Mei 2024, 10:40 WIB
Tak Paham Maksud Toxic Luhut Panjaitan, JK: Yang Tak Boleh Masuk Pemerintahan Pelanggar UU
Rabu 08 Mei 2024, 07:41 WIB
Foto Kebersamaan Edy Natar Nasution dengan Para Tokoh Populer dan Ulama Riau Viral, Apa Sebenarnya yang Terjadi?
Selasa 07 Mei 2024, 19:56 WIB
Dewan Pers Gelar Workshop Peliputan Pilkada 2024, Ketua Ninik: Berita Harus Berimbang
Selasa 07 Mei 2024, 19:51 WIB
Respons Sekda Meranti Terhadap Keluhan ASN Terkait Dana Insentif yang Belum Cair