Harga Minyak Dunia Tertekan Pembahasan Perang Dagang
Selasa 12 Februari 2019, 07:49 WIB
ilustrasi
Jakarta, berazamcom -- Harga minyak dunia merosot sekitar 1 persen pada perdagangan Senin (11/2), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan dipicu oleh kekhawatiran terkait pembahasan perdagangan AS-China yang berjalan lambat.
Dilansir dari Reuters, Selasa (12/2), harga minyak mentah berjangka Brent turun US$0,49 atau 0,8 persen menjadi US$61.61 per barel pada pukul 12:53 EST.
Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,65 atau 1,2 persen menjadi US$52,07 per barel.
Pembahasan perdagangan antara AS-China kembali berlangsung dengan diskusi kelompok kerja sebelum beralih ke diskusi tingkat tinggi pekan ini.
Dalam diskusi, China meluapkan kemarahan atas misi Angkatan Laut AS di Laut China Selatan yang tengah disengketakan. Hal ini membayangi upaya kedua negara untuk mencapai kesepakatan sebelum 1 Maret 2019 saat AS memberlakukan kenaikan tarif sebesar dari 10 persen menjadi 25 persen terhadap impor produk China yang bernilai US200 miliar.
Pada Kamis (7/2) lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan ia tidak berencana untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jin Ping sebelum tenggat waktu 1 Maret. Hal itu memupuskan harapan terhadap terjadinya kesepakatan perdagangan dalam waktu singkat.
Padahal, eskalasi tensi perdagangan AS-China telah merugikan kedua negara hingga miliaran dolar, mengganggu aliran bisnis dan perdagangan global, serta menimbulkan gejolak di pasar keuangan.
"Banyak sekali ketidakpastian tentang apa yang terjadi dengan perang dagang, apakah mereka akan menyelesaikan sesuatu," ujar Analis Perminyakan Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.
Flynn menambahkan pasar juga diliputi oleh kekhawatiran terhadap perlambatan perekonomian. Kendati demikian, harga minyak telah terangkat tahun ini oleh kesepakatan pemangkasan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia. Kelompok ini dikenal dengan sebutan OPEC+.
Kesepakatan yang berlaku efektif sejak Januari 2019 lalu tersebut dilakukan dengan memangkas 1,2 juta barel per hari hingga akhir Juni 2019 mendatang. Hal itu dilakukan untuk mengurangi banjirnya pasokan di pasar.
Pada Senin (11/2) kemarin, Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail Al Mazrouei bilang pasar minyak akan mencapai kondisi keseimbangan pada kuartal I 2019.
OPEC dan sekutunya bakal bertemu pada 17-18 April 2019 di Wina, Austria. Pertemuan tersebut dilakukan untuk mengevaluasi kesepakatan pemangkasan.
Sementara itu, sanksi AS terhadap Venezuela bersama dengan sanksi terhadap Iran juga turut menahan harga minyak mentah untuk tidak tertekan lebih dalam.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro telah meminta dukungan OPEC terhadap pengenaan sanksi tersebut. Hal itu dilakukan dengan mengingatkan efek pengenaan sanksi terhadap harga minyak dan potensi risiko bagi anggota lain di kelompok produsen tersebut.
Dilansir dari Reuters, Selasa (12/2), harga minyak mentah berjangka Brent turun US$0,49 atau 0,8 persen menjadi US$61.61 per barel pada pukul 12:53 EST.
Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,65 atau 1,2 persen menjadi US$52,07 per barel.
Pembahasan perdagangan antara AS-China kembali berlangsung dengan diskusi kelompok kerja sebelum beralih ke diskusi tingkat tinggi pekan ini.
Dalam diskusi, China meluapkan kemarahan atas misi Angkatan Laut AS di Laut China Selatan yang tengah disengketakan. Hal ini membayangi upaya kedua negara untuk mencapai kesepakatan sebelum 1 Maret 2019 saat AS memberlakukan kenaikan tarif sebesar dari 10 persen menjadi 25 persen terhadap impor produk China yang bernilai US200 miliar.
Pada Kamis (7/2) lalu, Presiden AS Donald Trump menyatakan ia tidak berencana untuk bertemu dengan Presiden China Xi Jin Ping sebelum tenggat waktu 1 Maret. Hal itu memupuskan harapan terhadap terjadinya kesepakatan perdagangan dalam waktu singkat.
Padahal, eskalasi tensi perdagangan AS-China telah merugikan kedua negara hingga miliaran dolar, mengganggu aliran bisnis dan perdagangan global, serta menimbulkan gejolak di pasar keuangan.
"Banyak sekali ketidakpastian tentang apa yang terjadi dengan perang dagang, apakah mereka akan menyelesaikan sesuatu," ujar Analis Perminyakan Price Futures Group Phil Flynn di Chicago.
Flynn menambahkan pasar juga diliputi oleh kekhawatiran terhadap perlambatan perekonomian. Kendati demikian, harga minyak telah terangkat tahun ini oleh kesepakatan pemangkasan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia. Kelompok ini dikenal dengan sebutan OPEC+.
Kesepakatan yang berlaku efektif sejak Januari 2019 lalu tersebut dilakukan dengan memangkas 1,2 juta barel per hari hingga akhir Juni 2019 mendatang. Hal itu dilakukan untuk mengurangi banjirnya pasokan di pasar.
Pada Senin (11/2) kemarin, Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail Al Mazrouei bilang pasar minyak akan mencapai kondisi keseimbangan pada kuartal I 2019.
OPEC dan sekutunya bakal bertemu pada 17-18 April 2019 di Wina, Austria. Pertemuan tersebut dilakukan untuk mengevaluasi kesepakatan pemangkasan.
Sementara itu, sanksi AS terhadap Venezuela bersama dengan sanksi terhadap Iran juga turut menahan harga minyak mentah untuk tidak tertekan lebih dalam.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro telah meminta dukungan OPEC terhadap pengenaan sanksi tersebut. Hal itu dilakukan dengan mengingatkan efek pengenaan sanksi terhadap harga minyak dan potensi risiko bagi anggota lain di kelompok produsen tersebut.
Awal pekan ini, Menteri Perminyakan Venezuela Manuel Quevedo menyatakan Venezuela juga ingin melipatgandakan penjualan minyaknya ke India dan terbuka untuk menggunakan skema pembayaran barter dengan konsumen minyak mentah ketiga di dunia itu.*
[]bazm-13
sumber: CNN Indonesia.com
Untuk saran dan pemberian informasi kepada berazam.com, silakan kontak ke email: redaksi.berazam@gmail.com
Komentar Anda
Berita Terkait
Berita Pilihan
Rabu 15 Mei 2024
Edy Natar Nasution Kembali Berkomitmen Politik, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PAN Riau
Jumat 08 Maret 2024
Stikes Tengku Maharatu Wisuda Lagi 231 Sarjana Kesehatan dan Profesi Ners
Senin 22 Januari 2024
Letakan Batu Pertama, Stikes Tengku Maharatu Bangun Kampus Empat Lantai
Selasa 28 November 2023
Satu Jam Bersama Gubernur Riau Edy Natar : Mimpi Sang Visioner dan Agamis
Selasa 21 November 2023
Silaturahmi IKBR dengan Plt Gubri, Edy Nasution: Insha Allah Saya Maju
Minggu 01 Oktober 2023
Bravo 28 Usulkan Ganjar-Jokowi Pasangan Pilpres 2024
Rabu 27 September 2023
Hendry Ch Bangun Terpilih Jadi Ketua Umum PWI Pusat 2023-2028
Rabu 20 September 2023
Perginya Dosen Ramah, Humoris, dan Rendah Hati
Senin 18 September 2023
Wow! Ternyata Harga Kontrak Impor LNG Pertamina yang Disidik KPK Jauh lebih Murah dari Harga LNG Domestik
Senin 11 September 2023
Menkominfo Mau Pajaki Judi Online, Ini Kata CERI
Berita Terkini
Jumat 17 Mei 2024, 22:20 WIB
Dinkes Siak dan Apkesmi Gelar Webinar, Perkenalkan Program ILP
Jumat 17 Mei 2024, 10:57 WIB
Mahasiswa Hukum UIR Raih Best Speaker di Kontes Duta Wisata Riau 2024
Jumat 17 Mei 2024, 10:53 WIB
UIR Terima Bantuan Dana Pendidikan Sebesar Rp 70 Juta dari Bank Syariah Indonesia
Jumat 17 Mei 2024, 10:48 WIB
Viral! Beredar video Harimau Mati Tertabrak Mobil di Tol Permai, Ternyata Begini Faktanya
Jumat 17 Mei 2024, 10:41 WIB
Kisah Kontroversial Pemanggilan Pejabat Eselon 2 di Pemprov Riau: dari Spekulasi hingga Tersangka
Kamis 16 Mei 2024, 13:18 WIB
Tuhan Sedang Menyapa Kita
Kamis 16 Mei 2024, 07:57 WIB
Konsistensi Syamsuar Dipertanyakan: Dulu Tidak Maju, Sekarang Maju, Harris pun Merasa Tertipu?
Rabu 15 Mei 2024, 15:08 WIB
KPU Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur Jika Maju Pilkada 2024
Rabu 15 Mei 2024, 13:21 WIB
Edy Natar Nasution Kembali Berkomitmen Politik, Kembalikan Formulir Pendaftaran ke PAN Riau
Rabu 15 Mei 2024, 12:15 WIB
Calon Pemimpin Riau Mendatang, Syamsuar Pastikan Maju Gubernur Riau